Friday, 31 July 2015

7. Husnuzhan



A. Pengertian dan makna husnuzan

Husnuzan berasal dari kata husnul yang berarti baik dan zan yang berarti prasangka. Jadi secara sederhana Husnuzhan adalah prasangka atau dugaan baik.

Prasangka baik adalah suatu sikap atau perilaku yang memiliki prasangka baik, berpikiran positif, berpandangan mulia terhadap apa yang ada di hadapannya. Seorang yang memiliki sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya.

Sebaliknya orang yang pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap su’uzan selalu akan memandang segala sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama sekali tak terbukti.


Perilaku husnuzan termasuk akhlak terpuji karena akan mendatangkan manfaat. Sedangkan perilaku suuzan termasuk akhlak tercela karena akan mendatangkan kerugian.

Sungguh tepat jika Allah SWT dan rasul-Nya melarang perilaku buruk sangka. Sesuai dengan firman-Nya pada surat Al-Hujurat ayat 49 yang artinya:
“Jauhkanlah dirimu dari berprasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari seseorang berdasarkan sangkaan saja).” (Hr Bukhari dan Muslim)

B. Pembagian husnuzan

1. Husnuzan kepada Allah

Husnuzan kepada Allah artinya adalah berprasangka baik terhadap semua keputusan Allah atau takdir Allah yang telah ditetapkan kepada manusia. Disamping itu, juga meyakini Asma', sifat serta perbuatan Allah yang layak bagi-Nya.

Sebuah keyakinan yang menuntut pengaruh yang  nyata. Misalnya, meyakini bahwa Allah merahmati semua hamba-Nya dan memaafkan mereka jika mereka bertaubat dan kembali kepada-Nya. Allah akan menerima amal ketaatan dan ibadah mereka. Serta meyakini, Allah mempunyai hikmah yang sempurna dalam setiap yang Dia takdirkan dan tentukan.

Sedangkan siapa yang menyangka, husnudzan kepada Allah Ta'ala tidak disertai amal apapun, maka ia salah besar dan tidak memahami ibadah agung ini sesuai dengan pemahaman yang benar.

Ibnul Qayyim berkata,
"Telah nampak jelas perbedaan antara husnudzan dengan ghurur (tipuan). Adapun Husnuzan, jika ia mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padanya: maka ia benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat: maka ia ghurur (tipuan). Husnuzan adalah raja' (pengharapan). Siapa yang pengharapannya mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat: maka ia pengharapan yang benar. Sedangkan siapa yang kemalasannya adalah raja' dan meremehkan perintah: maka ia tertipu." (Al-Jawab al-Kaafi: 24)

Al-Hasan al-Bashri berkata,
" Sesungguhnya seorang mukmin selalu berhusnudzan kepada Tuhannya lalu ia memperbagus amalnya. Dan sesungguhnya seorang pendosa berpesangka buruk kepada Tuhannya sehingga ia berbuat yang buruk." (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam al-Zuhd, hal. 402)

Abu al-Abbas al-Qurthubi rahimahullah berkata, "berperasangka (yakin) dikabulkan doa saat berdoa, diterima saat bertaubat, diampuni saat istighfar, dan berperasangka akan diterima amal-amal saat menjalankannya sesuai dengan syarat-syaratnya; ia berpegang teguh dengan Dzat yang janji-Nya benar dan karunia-Nya melimpah. Hal ini dikuatkan oleh Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
"Berdoalah kepada Allah sementara kalian yakin diijabahi." (HR. Al-Tirmidi dengan sanad shahih)

Seandainya ia menjalankan amal-amal tersebut dengan keyakinan atau prasangka bahwa Allah tidak akan menerimanya dan amal-amal tersebut tak memberikan manfaat baginya, itu namanya putus asa dari rahmat Allah. Sedangkan berputus asa dari rahmat Allah termasuk dosa besar.

Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat syukur, sabar, tawakal, dan ikhlas dalam menjalani hidup.

2. Husnuzan kepada orang lain


Husnuzan kepada orang lain berarti berprasangka baik terhadap semua yang dilakukan oleh orang lain. Berprasangka baik artinya menanggap bahwa apa yang dilakukan orang lain, baik yang terlihat jahat adalah baik, apalagi yang baik tentu baik, kecuali perbuatannya jelas melanggar syariat.
Semua orang dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam pergaulan.

Husnuzan atau berbaik sangka terhadap sesama manusia, merupakan sikap mental terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap lahir, ucapan dan perbuatan yang baik, diridai Allah SWT, dan bermanfaat.

Sikap, ucapan, dan perbuatan baik, sebagai perwujudan dari husnuzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga serta bermasyarakat.

Antara tetangga yang satu dengan yang lainnya hendaknya saling menghormati dan menghargai.

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Muslim no. 47)

3. Husnuzan terhadap diri sendiri

Husnuzan terhadap diri sendiri berarti bahwa segala yang melekat pada diri kita, baik yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai merupakan pemberian yang terbaik dari Allah kepada kita.
Husnuzan ini dapat memotivasi seseorang untuk memperdayagunakan pemberian dari Allah pada jalan yang telah Allah ridai.

Orang yang memiliki sikap husnuzan terhadap diri sendiri akan senantiasa memiliki semangat yang tinggi untuk meraih sukses dalam setiap langkahnya. Sebab ia telah mengenali dengan baik kemempuan yang dimilikinya, sekaligus menerima kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat menetahui kapan ia harus maju dan tampil di depan dan kapan harus menahan diri karena tidak punya kemampuan di bidang itu.

Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri, optimis, gigih, rela berkorban serta inisiatif

C. Hikmah husnuzan

Di antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut :
1.  Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah dan  Rasul serta menjauhi segala larangannya,
2. Melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesama manusia karena Allah.
3. Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.
4.  Menumbuhkan sikap sabar dan tawakal.
5.  Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah
6. Mendorong manusia mencapai kemajuan.
7. Menimbulkan ketentraman.
8. Menghilangkan kesulitan dan kepahitan.
9. Membuahkan kreasi yang produktif dan daya cita yang berguna.
10. Hidup menjadi tenang dan penuh optimis.
11. Yakin bahwa terdapat hikmah dibalik segala cobaan.
12.Membentuk pribadi yang tangguh, kreatif dan tidak mudah putus asa.
13. Menumbuhkan sikap peduli, santun, tulus, pemaaf, dan tidak emosional.

Penutup:

Setiap Muslim/Muslimah, hendaknya membiasakn diri dengan berperilaku husnuzan terhadap Allah SWT, terhadap sesama manusia, maupun terhadap diri sendiri.

1. Seorang Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap Allah SWT, tentu akan senantiasa bertakwa kepadanya, di mana pun dan kapan pun dia berada.Ia akan selalu bersyukur pada Allah SWT bila berada dalam situasi yang menyenangkan dan akan senantiasa bersabar bila berada dalam keadaan yang menyusahkan.

2. Setiap Muslim/Muslimah hendaknya membiasakan diri untuk berperilaku husnuzan terhadap manusia,baik dalam kehidupan berkeluarga dan bertetangga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Demikian juga, Seorang Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap dirinya sendiri, tentu akan membiasakan diri dengan bersikap dan berperilaku terpuji yang bermanfaat bagi dirinya, seperti percaya diri, gigih, rela berkorban dan banyak berinisiatif yang positif.

Insya Allah, jika setiap Muslim/Muslimah dan setiap anggota masyarakat, telah membiasakan diri untuk berperilaku husnuzan dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan memperoleh kebaikan-kebaikan yang banyak.

Mudah2an kita dapat senantiasa bersikap Husnuzhan dalam kehidupan sehari-hari kita. Aamiin..3x

No comments: