Tuesday 5 April 2011

Kesadaran Akan Doa yang Kurang Tepat

Awalnya kupernah berdoa mengharapkan jadi org nomor satu di negeri ini. Namun setelah aku pelajari biografi para pemimpin dunia, ternyata lebih banyak orang yang diakhir hidupnya tidak sesuai dengan keinginanku.


Aku pun berganti dengan doa yang berharap menjadi orang kaya yang dapat membuat rumah sakit gratis, sekolah gratis, rumah makan gratis. Namun aku baru tersadar ternyata kumenemukan seseorang yang bercita-cita hampir sama denganku, ternyata keluarganya diambang kehancuran dan aset kekayaannya mulai menurun

Lalu akupun berdoa agar menjadi perantara akan keagungan agama-Nya dan jangan dikenal sebagai perantara yang menyebabkan orang menghina ajaran-Nya. Namun sebelum diungkapkan contoh padaku, aku tersadar bahwa aku bukanlah siapa-siapa dan aku tidak punya hak menuntut keistimewaan itu dari-Nya.

Sekarang aku hanya memohon dan berharap pada-Nya agar diberi kenikmatan iman padaku, istriku, anak-anaku, orang tuaku, mertuaku dan orang-orang yang mengharapkan nikmat iman itu dari-Nya.

Ya Rabb, kabulkanlah doaku, amin.amin.amin

(Gantira, 5 April 2011, Jakarta)

Kerinduan Yang Mendalam

Setelah kupahami bahwa dunia ini ada yang menggemgamnya.

Setelah kusadari bahwa rizqi setiap makhluk ada sumbernya.

Setelah kuyakini bahwa ubun-ubun setiap makhluk ada yang memagangnya.

Hatiku begitu rindu bertemu dengan-Nya.

Jiwaku begitu bahagia saat mendatangi panggilan-Nya.

Batinku menjerit saat ada yang menghalangi untuk segera menemui-Nya.

Sungguh, kerinduan dan kebahagiaan terbesar saat mengharapkan cinta-Nya.

Ya Rabb, berikan pada hati kami jiwa yang tenang saat menghadap-Mu. Amin.amin.amin

(Gantira, 5 April 2011, Jakarta)