Monday 13 October 2008

Sudah Cukupkah Pengakuan Keislaman Kita?


” Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS Al-Anbiyaa : 21:107)

Umumnya kita sudah pernah membaca ayat suci di atas, namun pertanyaannya adalah apakah kita sebagai seorang yang mengaku muslim sudah menjadi rahmat bagi sekeliling kita?

Bila kita melihat sejarah awal perkembangan Islam di Kota Mekah dan Madinah. Rasulullah telah melakukan suatu perubahan peradaban di tempat tersebut menjadi jauh lebih baik. Suatu peradaban yang sebelumnya tanpa aturan yang membuat kesengsaraan di sebagian pihak. Dimana seorang perempuan yang sebelumnya tidak dihargai sama sekali sehingga setiap anak perempuan sudah umum di kubur hidup hudup bahkan seorang ibu dijadikan warisan untuk dinikahi oleh anak tirinya, Seorang yang berkuasa menindas orang yang lemah serta banyak lagi penindasan lainnya di tanah arab tersebut.

Namun setelah Rasulullah menyampaikan kebenaran Islam, maka Hak azasi manusia mulai ditegakkan, seorang perempuan menjadi lebih mulia dari sebelumnya, seorang penguasa menjadi pelindung bagi yang lemah, terbentuknya persaudaraan yang saling tolong menolong serta saling percaya diantara mereka sehingga tidak ada lagi kekhawatiran dari kejahatan tetangganya. Mereka semua meresapi rasa takut bila mendolimi yang lain karena mereka yakin akan pembalasan yang akan diterima di kehidupan abadi nanti. Mereka berbuat semata-mata hanya untuk mencari keridoan Sang Maha Pencipta. Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan maju dengan pesat di atas peradaban saat itu.

Begitu pula pada awal perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di pulau jawa. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) sebagai salah seorang wali songo yang pertama kali datang ke daerah tanah nusantara telah membawa perubahan yang cukup signifikan. Beliau yang pertama kali memperkenalkan sistem pengairan sehingga daerah di sekitarnya menjadi subur. Beliau pula telah melakukan pengobatan bagi orang yang sakit, memerangi para perampok yang ada di daerah tersebut serta memperkenalkan sistem pendidikan melalui pesantrennya. Sunan Gresik telah membawa suatu peradaban yang berada di atas peradaban saat itu. Sehingga dengan perjuangan beliau dan murid-muridnya masyarakat yang sebelumnya tertindas menjadi masyarakat yang makmur.

Hal ini tiada lain karena orang yang menyebarkan Islam saat itu sesuai dengan ajaran Islam sebagai pembawa rahmat bagi masyarakat sekitarnya. Namun bila seseorang yang mengaku islam malah membuat keresahan tetangganya? membuat kerusakan di sekitarnya? membawa suatu perilaku dan pengetahuan yang berada dibawah peradaban saat ini? dapatkah dia disebut sebagai islam yang telah kaffah (sempurna)?

Untuk itu kita perlu intropeksi diri atas pengakuan keislaman kita. Karena seorang muslim yang sejati adalah seorang yang membuat tentram tetangganya, seorang yang membuat sejahtera sekitarnya serta seorang yang menyampaikan pengetahuan yang berada di atas peradaban saat ini.

”Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal, baik lelaki maupun perempuan" (QS. Ali Imron: 195)

Tapi carilah dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu kehidupan akhirat, dan janganlah lupa bagianmu di dunia; dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu; dan janganlah engkau mencari (kesempatan untuk) berbuat kerusakan di muka bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (QS Al-Qashash:77)--- (Gantira)

Friday 10 October 2008

Sebuah Cita-cita Agung yang Cocok bagi Semua Profesi


Sebagian besar manusia mempunyai cita-cita yang tinggi dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Ada yang bercita-cita menjadi seorang PNS, dokter, menteri, pengusaha bahkan Presiden. Mereka berusaha mengejar dan memperjuangkannya agar semua keinginannya terwujud.

Bila seseorang yang bercita-cita menjadi PNS, maka cita-cita selanjutnya mendapatkan jabatan eselon 4, eselon 3, eselon 2 bahkan eselon 1. Semua keinginan itu, merupakan hal yang wajar dimiliki oleh orang yang berpropesi sebagai PNS.

Begitu pula bila berada dalam bidang politik, mereka bercita-cita jadi anggota DPR, menteri bahkan Presiden dengan tekad dalam hatinya untuk memakmurkan bangsa dan negara. Merasa yakin bahwa hanya dialah yang bisa membuat bangsanya sejahtera dan makmur.

Namun semua cita-cita di atas tidaklah abadi dan bahkan akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri, bila tidak dilandasi dengan cita-cita yang agung, cita cita tertinggi yang seharusnya dikejar oleh setiap manusia. Cita-cita yang dasyat itu adalah berada dalam kebahagiaan yang tak akan pernah pudar yaitu menjadi salah seorang penghuni surga di kehidupan abadi nanti.

Bila seseorang berjuang dan berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa dilandasi cita-cita agung di atas, maka untuk mendapatkannya mereka umumnya cenderung dengan menghalalkan berbagai macam cara, baik itu melalui suap, menginjak bawahan, menjilat atasan, mensikut teman sejawat serta banyak lagi tindakan-tindakan lain yang pada dasarnya akan merugikan mereka sendiri.

Dan bila mereka sudah mencapai kedudukannya, mereka akan cenderung menghina profesi yang hina dimatanya. Seorang pengusaha yang sukses akan menghina seorang pedagang asongan, seorang pejabat akan menghina seorang pemulung, dan banyak lagi tindakan lain yang semakin membuat sombong dengan apa yang mereka miliki.

Begitu juga sebaliknya seorang yang masih belum mencapai cita-citanya tanpa dilandasi dengan cita-cita masuk surga-Nya, maka mereka yang masih berada di bawah akan cenderung silau dengan kedudukan orang yang berada di atasnya. Seorang pegawai rendahan akan begitu mengagungkan kedudukan seorang presiden, seorang pesuruh akan begitu gentar melihat kedudukan seorang anggota DPR dan seorang staf akan terkagum-kagum terhadap jabatan tertinggi di tempat kerjanya. Hal ini diakibatkan karena hanya mengejar t cita-cita yang ada di dunia yang fana ini..

Bila seseorang tidak memiliki cita-cita mendapatkan kebahagiaan abadi nanti, maka pada saat jabatannya hilang. Orang tersebut akan cenderung merasakan hidupnya telah berakhir dan muncul kekecewaan dihatinya. Banyak diantara mereka yang akhirnya stroke dan stress berat akan kondisi itu. Bahkan adapula orang yang menderita akibat cita-cita tertingginya di dunia ini. Sebagaimana yang pernah tercatat dalam sejarah mengenai penderitaan para penguasa sebuah negeri besar, seperti Hitler, Firaun, Korun, Marcos dan banyak lagi para pemimpin sebuah negara lainnya yang dihujat dan tercatat sebagai orang yang dibenci oleh rakyatnya sebagai akibat dari cita-cita yang dimilikinya tersebut.

Namun bila kita melihat cita-cita yang jauh lebih tinggi, yaitu bercita-cita mendapatkan surga-Nya. maka dia akan nyaman dengan berbagai macam profesi yang dijalani yang sesuai dengan kemampuan dan keunikan yang dimilikinya. Baik itu sebagai pemulung, pengusaha, staf, anggota DPR bahkan presiden. Dan diantara mereka tidak akan ada saling menghina dan saling mengagungkan. Karena cita-cita mereka yang sebenarnya adalah kehidupan setelah kematian.

Seorang pemulung tidak harus menjadi presiden untuk mendapatkan cita-cita termulianya. Begitu pula seorang presiden tidak mesti jadi seorang pemulung untuk mencapai surga-Nya. Seseorang dapat mencapai cita-cita tertinggi tersebut dengan berbagai profesi yang sesuai dengan anugrah kemampuan yang mereka miliki. Mereka yang berbeda profesi akan saling menghormati, menyayangi serta saling menasehati untuk mencapai kebaikan bersama. Mereka akan melihat bahwa hidup di dunia ini sebagai tempat untuk bercocok tanam yang akan didapatkan hasilnya di kehidupan abadi nanti.

Mereka akan melakukan pekerjaannya dengan selalu waspada jangan sampai setiap yang dilakukannya malah menjauhkan mereka dari cita-cita tertingginya. Mereka akan berusaha melakukan yang terbaik yang sesuai dengan petunjuk-Nya. Sesuatu yang tidak bertentangan dengan rambu-rambu yang telah diturunkan oleh Sang Maha Pemilik Kebahagiaan Abadi, yaitu melalui aturan yang ada dalam Kitab Suci-Nya dan apa yang telah dicontohkan oleh perilaku para Nabi-Nya.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam syurga dan keni’matan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): ”Makanlah dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan”, mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli’ (QS. Ath Thuur 52:17-20)

Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas (piala), cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir” (QS. Al-Waqi’ah 56:15-18)

Mereka itulah (orang-orang yang) bagi merekasyurga ’Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam syurga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah, (QS. Al kahfi 18: 30-31)

Di surga akan ada seseorang penyeru yang berkata. ”Sesungguhnya sekarang tibalah saatnya kalian sehat wal afiat dan tidak menderita sakit selama-lamanya. Sekarang tibalah saatnya kalian hidup dan tidak mati selama-lamanya. Sekarang tibalah saat bagi kalian tetap muda dan tidak tua selama0lamanya. Sekarang tibalah saatnya bagi kalian bersenang-senang dan tidak sengsara selama-lamanya. (HR. Muslim)

”Penghuni surga akan masuk surga dan penghuni neraka akan masuk neraka, kemudian penyeru berdiri di antara mereka dan berkata, Wahai penghuni surga, sekarang tidak ada lagi kematian. Wahai penghuni neraka, sekarang tidak ada lagi kematian. Semuanya kekal abadi di tempat masing-masing.” (HR Al-bukhori-Muslim).----

 (Gantira, 10 Oktober 2008, Jakarta)

Sunday 28 September 2008

"Kesempatan yang Terabaikan"


Pada suatu negeri, terdapatlah seorang raja yang sangat kaya dan mempunyai kekuasaan yang tak terbatas. Daerah kekuasaannya mengandung berbagai macam kekayaan yang berlimpah ruah yang tak habis-habisnya.

Lautnya berlimpahkan berbagai macam jenis kekayaan yang sangat mengagumkan, terkandung berbagai macam jenis ikan yang berkembang dengan cepatnya, ada minyak dan gas yang takkan pernah habis sampai kapanpun, ada banyak terumbu karang yang sangat indah dan mengagumkan.

Daratannya memendam berbagai macam kemewahan yang tak pernah habis digunakan. Tanahnya mengandung zat hara yang sangat tinggi sehingga tanaman apapun akan tumbuh dengan suburnya, air tanah didalamnya berlimpah ruah tanpa batas. Intan, emas, permata, berlian, minyak bumi, gas, dan berbagai jenis bahan tambang yang sangat berharga tertanam di dalam daratan tersebut.

Saat dia mengunjungi daerah A yang masih berada di bawah kekuasaannya. Terlihat rakyatnya dalam kehidupan yang sangat menyenangkan. Mereka makan dengan makanan yang diinginkannya, minum dengan minuman yang mereka senangi. Mereka mendapatkan semua itu karena telah memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk mengeksploitasi kekayaan yang terkandung di daerah yang tempatinya. Setelah melihat itu, raja tersebut tersenyum bahagia karena kagum atas kecerdasan rakyatnya yang telah memanfaatkan otak yang mereka miliki.

Saat raja mengunjungi daerah B yang juga berada di bawah kekuasaannya. Terlihat penduduk ditempat itu dalam kehidupan yang sangat menyengsarakan. Pada saat lapar, mereka memenuhi kebutuhannya dengan mencari cacing dan belatung yang ditemui di permukaan tanah sehingga membuat perutnya semakin lapar dan mual. Pada saat haus mereka mendatangi air laut dan meminumnya sehingga membuat kerongkongan mereka semakin haus. Melihat itu, raja sangat marah akan kebodohan rakyatnya di daerah B yang tak memanfaatkan otak yang mereka miliki untuk menggali kekayaan yang terpendam.

Saat dia mengunjungi daerah C yang juga berada di daerah kekuasaannya. Disana terdapat anak muda yang tidak tahu apa-apa. Lalu penguasa itu mengajak anak muda tersebut melihat daerah A dan daerah B namun hanya melihat tidak diperkenankan untuk merasakan situasi keduanya. Dan dikatakan kepada anak muda di daerah C itu, bahwa dulu mereka diberi kesempatan dikirim ke daerah yang kaya akan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Penduduk A telah memanfaatkan kesempatannya untuk belajar berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tehnik mengolah segala macam jenis kekayaan yang terkandung di daerah yang mereka tempati. Akhirnya seperti yang terlihat, mereka hidup dalam kemewahan yang luar biasa. Begitu pula penduduk B, merekapun diberi kesempatan yang sama untuk menimba berbagai jenis ilmu pengetahuan. Namun sayangnya penduduk B malah menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan, sehingga saat pulang dari negeri yang kaya ilmu itu. Penduduk B tetap bodoh seperti yang terlihat saat itu.

Setelah mengunjungi Daerah A dan B, pemuda tersebut mengerti dan paham akan situasi yang ada. Kemudian pemuda itu dikirim ke daerah yang kaya akan ilmu yang dibutuhkan untuk mengolah tanah yang ditempatinya. Pada saat dia berangkat dia bertekad akan memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin, agar bisa hidup mewah seperti yang dia lihat di daerah A.
Setelah sampai ditempat tujuannya, pada awalnya pemuda itu tetap pada tujuan semula yaitu menuntut ilmu yang ada hubungannya dengan kekayaan yang terkandung di dalam tanah yang dimilikinya. Namun lambat laun dia mulai tergoda untuk mengikuti kesenangan lain yang terdapat di daerah yang kaya akan berbagai macam ilmu pengetahuan itu.

Pemuda itu mulai merasakan nikmatnya minum-minuman keras, nikmatnya pergaulan bebas serta nikmatnya keglamoran hidup lainnya. Disamping itu, diapun mulai mempelajari ilmu berjudi, ilmu sihir dan berbagai ilmu lainnya yang tidak ada hubungannya dengan ilmu tentang mengolah kekayaan alam yang akan ditempatinya.

Padahal ditempat tersebut, banyak sekali ilmu pengetahuan mengenai pertanian, pertambangan, perikanan, perhutanan, dan berbagai jenis ilmu lainnya yang sangat berlimpah tersedia disana. Tapi sayang si pemuda itu lupa akan tujuan awal dia di kirim ke tempat dunia ilmu tersebut.

Detik, menit, jam, hari, bulan dan tahunpun berlalu. Pada saat diumumkan bahwa besok pemuda itu akan dilantik serta diwajibkan untuk kembali ke daerahnya masing-masing. Baru dia tersadar akan kebodohannya, dia minta diperpanjang waktunya untuk menimba ilmu yang dibutuhkannya namun sayang semua sudah terlambat.Terbayang di matanya kehidupan yang akan dia alami seperti kehidupan yang dialami oleh penduduk B. Saat itu, dia hanya bisa menangis dan meraung-raung akan penyesalan yang tak mungkin bisa diperbaiki.

----------
Membaca kisah fiksi di atas, akankah kita menyia-nyiakan kesempatan di dunia yang sangat singkat ini? Padahal tujuan akhir hidup kita adalah di kehidupan abadi nanti....

Q.S. Al Anbiya (21) ayat 35:Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.'

Q.S. An Naml (37) Ayat 89-90:'Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu'. 'Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan'

Q.S. Thaaha (20) ayat 124:''Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.'' (Gantira)

Tuesday 23 September 2008

Berkenankah Allah dengan Keiklasan kita?


Salah satu makna ikhlas adalah melakukan atau menerima segala sesuatu semata-mata hanya karena mengharapkan ridho-Nya. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan terang-terangan dapat pula dengan cara sembunyi-sembunyi. Semuanya dilakukan tanpa mengharapan pujian dan balasan dari makhluk-Nya.

Seorang manusia bila beramal tanpa ikhlas maka amalnya tidak akan diterima disisi-Nya. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam Al-Ghozali bahwa ”Setiap manusia akan binasa kecuali berilmu, manusia yang berilmu akan binasa kecuali ia beramal dengan ilmunya. Manusia yang beramal akan binasa kecuali dia ikhlas dalam amalnya”
Oleh karena itu ikhlas merupakan puncak tertinggi dari seorang manusia yang mengharapkan kasih sayang-Nya. Iblispun tidak dapat berdaya pada orang yang ikhlas, sebagaimana yang difirmankan dalam QS. Shaad ayat 82-83: ’Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”.

Namun kadang kita sering melihat aplikasi ikhlas yang tidak sesuai. Ada orang merasa ikhlas saat melihat agamanya dilecehkan, ikhlas istrinya diganggu orang lain, dan banyak lagi ikhlas-ikhlas lainnya yang tidak sesuai dengan kaidah Islam, bahkan ada pula orang membuat ajaran baru yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhamad SAW. Mereka merasa bahwa apa yang dilakukannya semata-mata karena-Nya.

Bila kita melakukan suatu amal yang tidak sesuai dengan petunjuk-Nya maka tindakan tersebut akan ditolak, sebagaimana Sabda Nabi Muhamad SAW ”Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasar dari kami, maka ia tertolak” (HR Imam Bukhori & Muslim).

Jadi semua amal manusia akan diterima bila dilakukan dengan ikhlas dan berkenan dihadapan-Nya. Suatu amal diperkenankan oleh-Nya bila sesuai dengan Firman-Nya dan perilaku Nabi Muhamad SAW. Oleh karena itu diwajibkan pada kita untuk mempelajari Al-qur’an dan Sunnah Nabi agar semua amal yang kita lakukan bermanfaat di dunia dan di akhirat kelak. Jangan sampai kita merasa ikhlas dengan sesuatu yang kita sangka sebuah ibadah tapi tanpa disadari itu malah menimbulkan murka-Nya.

" Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : 'Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ; Aku tinggalkan dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh pada keduanya maka tidak akan sesat selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku”. (Hadits Shahih Riwayat Al-Hakim dan Al-Baihaqy)

(Gantira, 23 September 2008, Jakarta)

Tuesday 16 September 2008

”Kemuliaan Seseorang”


Pada umumnya setiap orang mengharapkan kemuliaan buat dirinya. Untuk mendapatkannya ada yang melakukan dengan cara berusaha minta dihormati namun ada pula yang berusaha untuk memberikan penghormatan kepada orang lain.

A. Minta dihormati
Banyak orang yang berusaha mendapatkan kemuliaan dengan cara minta dihormati. Ada yang mendapatkannya dengan cara menindas bawahannya, ada yang melakukannya dengan cara mengagungkan dirinya dan menjelekan rekan-rekannya serta banyak lagi usaha lainnya yang bertujuan agar dirinya nampak lebih terhormat dipandang orang sekitarnya.

Tindakan di atas mendapatkan hasilnya, yaitu dia dihormati pada saat ada depan matanya. Namun dibelakangnya, orang-orang lebih cenderung mencibirkan serta menghinanya. Sehingga orang tersebut nampak mulia di pelupuk matanya namun hina di pelupuk mata orang lain.

Sebagaimana salah satu sabda nabi SAW “Barang siapa yang tidak menyayangi orang lain, ia tidak akan disayangi” (HR. Bukhori)

B. Berusaha MenghormatiAdapula orang yang mendapatkan kemuliaan dengan cara berusaha menghormati orang lain. Dia berusaha membantu serta mendorong kemajuan orang sekitarnya. Pada bawahannya dia memberikan kesempatan untuk lebih meningkatkan karirnya. Dengan sejawat dia berusaha untuk mendorong agar dapat sama-sama maju untuk kepentingan yang lebih besar.

Hasil dari tindakan di atas, dia mendapatkan penghormatan dari orang lain tanpa dia sadari. Orang-orang sekitarnya sering membicarakan kebaikannya. Di depan matanya semua orang terhormat, namun di mata orang lain dialah yang lebih terhormat.

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-An’aam 6: 132)

“Kasihanilah mereka yang ada di bumi niscaya yang di langit akan mengasihani kamu” (HR. Tirmizi)

C. Kesimpulan
Melihat dua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kemuliaan seseorang didapat bukan dengan cara bagaimana agar orang lain memperlakukan kita tapi didapat bagaimana cara kita meperlakukan orang lain. Setiap orang akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang telah dilakukannya bukan yang orang lain lakukan.

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula, (QS Az-Zalzalah 99:7-8)

“Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Al-Baqarah 2:112).

(Gantira, 16 September 2008, Jakarta)

Sunday 14 September 2008

“Belahan Jiwa ”

Belahan jiwa bukanlah pasangan hidup yang mempunyai kesamaan dalam segala hal. Namun belahan jiwa adalah sesuatu yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Sehingga kekurangan di satu pihak akan terisi oleh kelebihan di pihak yang lain begitu pula sebaliknya.

Belahan jiwa dapat diandaikan bagai hati di belah dua. Sesuatu yang kelihatan sama tapi tidak sama karena yang satu ada disebelah kiri dan lainnya ada disebelah kanan. Bila keduanya disatukan jadilah hati yang sempurna.

Jadi belahan jiwa bukanlah seperti belahan hati yang sama sama sebelah kiri dan bukan pula yang sama-sama sebelah kanan. Karena bila keduanya disatukan akan tetap menjadi jiwa yang hanya punya sebelah tidak menjadi sesuatu yang utuh.

Bila seseorang sudah merasa sebagai belahan jiwa bagi pasangan hidupnya, maka dia akan merasakan apa yang bagian lain rasakan walaupun mereka berada pada jarak yang berjauhan. Mereka akan berkomunikasi dengan getaran jiwa masing-masing tanpa dapat dimengerti kejadian prosesnya.

Pasangan jiwa yang utuh bagaikan pasangan suami istri yang menyatu. Kebahagiaan yang dirasakan suaminya pada saat istrinya merasakan bahagia begitu pula sebaliknya. Karena bila yang satu membuat pasangannya menderita pada dasarnya dia telah membuat dirinya sendiri menderita. Sebagaimana tangan kita apabila yang sebelah kiri terluka maka tangan yang kanan akan merasakan penderitaan pula.

Oleh karena itu, perhiasan yang paling istimewa di dunia ini bagi seorang suami adalah mempunyai seorang istri yang menyenangkan batinnya, begitu pula sebaliknya. Jadi pasangan hidup yang diharapkan adalah pasangan yang dapat membuat kenyaman hatinya saat di rumah dan juga saat di luar rumah. Secara fitrahnya bila seseorang telah berkeluarga maka imannya akan sempurna, kebahagiaannya akan berlipat dan kedamaiannya akan meresap.

Kita semua tahu bahwa manusia diciptakan di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Sang Maha Pencipta. Ibadah manusia kepada-Nya dapat dalam berbagai bentuk, salah satu diantaranya adalah saling menyempurnakan pasangan hidupnya. Bila itu tidak dilakukan maka pada dasarnya seseorang telah menyalahi aturan kehidupan yang sebenarnya.

Bila terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan serta membuat keduanya bertengkar secara terus menerus, berarti disini ada sesuatu yang salah. Karena pertengkaran itu bukanlah sebagai tujuan hidup suatu pernikahan. Yang terbaik bagi keduanya adalah sama-sama berintropeksi apa yang seharusnya mereka lakukan untuk kesempurnaan bersama. Bukan menuntut kesempurnaan dari pasangannya, karena hal itu tidak mungkin tercapai tanpa penyatuan keduanya secara utuh.

Pertengkaran umumnya disebabkan oleh tuntutan dari masing-masing yang mengharuskan pasangannya seperti dirinya. Padahal belahan jiwa adalah sesuatu yang sama namun tidak sama. Bila semuanya sama maka tak perlu lagi adanya penyatuan jiwa. Pasangan hidup yang sejati akan berusaha saling melengkapi untuk mencapai kesempurnaan hidupnya.

Pada saat kita menuntut hak pada pasangan kita maka pada saat yang bersamaan kitapun dituntut untuk melakukan kewajiban. Namun bila cinta dan kasih sayang sudah meresap pada keduanya, maka hak dan kewajiban bagaikan sebuah kehidupan yang menghiasi keindahan dalam berkeluarga.

Jadi yang namanya belahan jiwa bukanlah segala sesuatu yang serba sama tapi sesuatu yang berbeda yang saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya sehingga tercapai kesempurnaan hidup. Bagaimanapun juga belahan jiwa akan selalu saling mengisi dan terus memberikan yang terbaik buat pasangannya masing-masing. (Gantira)

Friday 12 September 2008

“Sudahkah Kita Memanfaatkan Waktu dengan Tepat?”

A. Hubungan Waktu dengan Aktivitas KitaWaktu merupakan sesuatu yang bisa dirasakan sangat cepat dan bisa pula menjadi sangat lambat. Hal ini tergantung pada pemanfaatan terhadap waktu tersebut. Pada saat kita mempunyai tugas yang banyak dengan waktu yang sedikit maka saat itu waktu terasa sangat cepat. Begitu pula pada saat kita mempunyai tugas yang sedikit dengan waktu yang banyak maka waktu akan terasa begitu lambat. Jadi cepat tidaknya waktu tergantung aktivitas kita.

Sering sekali kita mempunyai waktu dan tugas yang banyak. Namun dalam memanfaatkannya kita sering berleha-leha dan menunda-nunda pekerjaan yang ada. Kita merasa bahwa waktu begitu panjang, sehingga lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan dalam pemanfaatannya. Akhirnya waktu terus berjalan dan baru tersadar saat sisa waktu tinggal sedikit. Yang terjadi adalah kita akan kelabakan dan mulai melakukan SKS (sistem kebut semalam) dalam mengerjakan tugas yang ada.

Kita semua tahu bahwa dengan sistem SKS tugas dapat terselesaikan juga. Namun hasil SKS
kadang sering tidak seoptimal yang kita harapkan, yang didapat hanyalah output saja. Tidak ada suatu ilmu yang meresap dalam diri kita. Berbeda bila kita melakukannya dari awal dengan terus menerus maka manfaat yang dirasakan akan tertanam dalam diri kita. Sebagaimana sebuah pepatah ‘bila uang mudah didapat maka uang akan mudah pula hilangnya namun bila kita dengan susah payah mendapatkannya maka uang tersebut akan bertahan lebih lama’.

Bila kita mulai merasakan kebosanan, maka ber-refresing lah dengan melakukan pekerjaan yang paling kita senangi terlebih dahulu dengan tetap memperhatikan waktu yang ada. Setelah energi tumbuh maka bergantilah dengan pekerjaan lain yang lebih prioritas. Dengan demikian maka waktu kita akan termanfaatkan dengan baik.


B. Kemampuan Manusia dalam Mencapai Kesuksesan
Ada satu hal yang perlu kita ketahui mengenai kemampuan otak manusia. Menurut penelitian bahwa kemampuan otak manusia pada umumnya baru termanfaatkan sekitar 3%. Orang sejenius Albert Einsten baru memanfaatkan kemampuan otaknya antara 10-15%. Begitu pula dengan Tomas Alfa Edison, dia adalah salah seorang penemu yang sangat sukses, namun keberhasilannya dihasilkan dari usaha dan kerja keras yang pantang menyerah.

Melihat kemampuan otak yang luar biasa tersebut, pada dasarnya setiap orang mampu melakukan pekerjaan yang ada. Tidak ada yang namanya bodoh atau pintar. Yang membedakan antara satu dengan yang lainnya hanyalah apakah dia mau bekerja keras atau tidak. Bekerja keras itu bisa berupa bekerja dengan menggunakan otak ataupun bekerja dengan menggunakan fisik.

Menimbulkan semangat bekerja sangatlah sulit dibandingkan dengan bekerja itu sendiri. Pada saat kita mempunyai semangat untuk terus bekerja janganlah membuat kita menjadi sombong dengan menghinakan orang lain yang bekerja dengan malas. Karena pada dasarnya keinginan untuk bekerja keras datangnya dari Tuhan Yang Maha Berkehendak. Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah mengilhamkan pada hati kita untuk terus bekerja. Berbeda kalau seandainya kita tidak diberi keinginan untuk bekerja keras maka kita pun akan merasakan kemalasan yang sama.

Oleh karenanya, selalulah bermohon kepada-Nya agar diberi hati yang semangat untuk terus bekerja keras. Karena hanya Dialah yang membolak-balikan hati kita untuk terus berusaha mencapai apa yang kita inginkan. Jadi pada saat hati kita bersemangat untuk melakukan sesuatu yang terbaik maka ikutilah dorongan hati tersebut. Bila kita mengabaikannya maka lambat laun keinginan tersebut akan mulai menghilang. Bila ini terjadi maka sangatlah rugi, karena menumbuhkan hati yang penuh semangat sangatlah sulit.

Jadi bila kita ingin sukses dalam hidup ini dengan sebaik mungkin maka yang harus kita lakukan adalah bermohonlah kepadaNya, mengikuti apa yang hati kita inginkan, melakukan skala prioritas, serta melakukan refresing secukupnya untuk meningkatkan kembali semangat yang ada.

” Ya Allah, Sesungguhnya, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari duka dan kesulitan, kelemahan dan kemalasan, kekikiran dan ketakutan, tekanan utang, dan paksaan orang lain.” (HR Bukhori)

(Gantira, 12 September 2008, Jakarta)

Wednesday 10 September 2008

“Roda Kehidupan”


Bila kita melihat roda kehidupan ini, maka kita akan menyadari bahwa setiap orang mempunyai permasalahan yang berbeda-beda. Masalah tersebut bagi seseorang dapat menjadi beban tapi bagi yang lain tidak, begitu juga sebaliknya.

Agar kita bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan batin dalam menghadapi roda kehidupan ini, maka kita bisa menghadapinya dengan dua pilihan, yaitu bersyukur atau bersabar.

Pada saat kita ditimpa kesusahaan, maka solusi yang terbaik adalah dengan bersabar. Bersabar dalam menjalani, bersabar dalam menerima serta bersabar dalam berjuang untuk lepas dari penderitaan tersebut.

Kita semua mengetahui bahwa kenikmatan sehat itu akan benar-benar terasa pada saat pergantian antara sakit dan sehat. Begitu pula kenikmatan batin, akan terasa pada saat pergantian antara masalah yang kita hadapi dan terselesaikannya masalah tersebut.
Jadi pada intinya adalah pada saat kita mendapatkan penderitaan, maka bersiap-siaplah untuk menyambut kebahagiaan yang akan datang menemui kita. Sebaliknya, pada saat kita mendapatkan kebahagiaan, maka bersyukurlah karena nikmat yang disyukuri akan semakin menambah kenikmatan itu sendiri.

Orang yang menghadapi roda kehidupan dengan cara bersabar dan beryukur kepada-Nya maka siap-siaplah untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di kehidupan abadi nanti. Pada saat kebahagian di kehidupan abadi datang pada kita maka yang ada hanyalah rasa syukur tidak ada lagi yang namanya bersabar.

Dan sebaliknya janganlah kita menghadapi hidup ini dengan putus asa atau sombong karena keduanya akan membinasakan kita.

Bila ditimpa malapetaka, kita putus asa bahkan sampai bunuh diri maka yang akan kita terima adalah penderitaan di kehidupan yang abadi nanti. Begitu pula bila kebahagiaan yang kita terima menyebabkan kita jadi sombong, maka siap-siaplah menerima kesengsaraan di dunia dan di kehidupan abadi nanti.

Pada saat kesengsaraan yang abadi itu datang pada kita maka yang akan ada hanyalah putus asa yang abadi, tidak ada lagi yang namanya kesombongan.

Jadi bila kita ingin mendapatkan kebahagiaan dalam menghadapi roda kehidupan ini, maka yang dapat kita lakukan adalah dengan cara bersabar atau bersyukur.

Ya Rabb, jadikanlah kami sebagai seorang hamba yang ahli bersyukur sekaligus ahli bersabar, aamiin..3x

(Gantira, 10 September 2008, Jakarta)