Thursday 15 September 2016

"Kekuatan dan Kemenangan"

Kalau kita baca sejarah umat islam sebelumnya. Semua peperangan yang diikuti oleh umat islam pasti mendapatkan kemenangan yang gemilang, walaupun dari segi jumlah, peralatan perang, pengalaman dan kekuatan fisik jauh lebih kecil dari pihak lawan.

Ingatlah pada perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan Tahun 2 Hijriyah, dimana Rasulullah didukung oleh  314 prajurit, 70 ekor kuda, 60 orang anggota pasukannya berbaju besi dan 2 penunggang kuda. Sedangkan pasukan dari kaum Quraisy dengan jumlah pasukan 950 orang, didukung oleh 200 ekor kuda serta 600 orang berpakaian baju besi.

Pada perang Ahzab atau Khandaq yang terjadi pada tahun 5 Hijriyah, Rasulullah dengan kaum muslim berangkat dengan jumlah 3.000 orang, sedangkan pasukan Quraisy dengan jumlah 10.000 orang  yang juga dibantu oleh Kaum Ghathafan dan Bani Quraizhah.

Pada perang Mu'tah, yaitu perang pertama antara umat Islam dengan bangsa Romawi yang terjadi pada tahun 8 Hijriyah, dengan jumlah pasukan umat Islam sebanyak 3.000 orang. Sedangkan pasukan Romawi berjumlah 100.000 orang yang ditambah dengan bala bantuan dari kabilah2 Lakhm, Judzam, Al Qin, Bahar dan Baly.

Pada perang Yarmuk, yaitu perang yang terjadi pada Masa Khalifah Abu Bakar pada tahun 14 Hijriyah. Jumlah pasukan muslimin pada saat itu berjumlah 36.000 sampai 40.000 melawan pasukan Romawi berjumlah 240.000. Bahkan pada saat perang Yarmuk ini, Khalid memimpin 100 personil pasukan penunggang kuda untuk menghadapi 100.000 personil Romawi, dan berhasil mengalahkannya.

Pada perang Afrika, yaitu perang yang terjadi pada masa Khalifah Ustman pada tahun 26 Hijriyah. Pada perang ini, pasukan muslimin berjumlah 10.000 personil yang dipimpin oleh Abdullah bin Abu Sarh, sedangkan pasukan lawan yang dipimpin Raja Barbar, yakni Jirjir dengan pasukan berjumlah 100.020 personil.

Bahkan pada perang Afrika ini, Abdullah bin Az-Zubair meminta ijin kepada pemimpin pasukan muslimin (Abdullah bin Abu Sarh) untuk masuk dalam pasukan Afrika dengan membawa  beberapa personil. Dan dengan tenangnya Abdullah bin Az-Zubair berjalan membelah barisan pasukan untuk menuju Raja Barbar dan mereka mengira bahwa Abdullah ini membawa surat pada Raja mereka. Lalu saat sudah dekat dengan sang Raja, raja ini langsung lari dengan kudanya dan dikejar  oleh Abdullah bin Az-Zubair lalu ditombak dan kepalanya ditebas hingga dipasang pada ujung tombaknya. Sambil bertakbir dia mengangkat tombak itu di tengah pasukan musuh hingga membuat mereka terpecah belah melarikan diri.

Dan banyak lagi peperangan2 lainnya yang dimenangkan oleh pasukan muslimin, walaupun dari segi jumlah, peralatan dan pengalaman jauh dibawah pasukan lawan. Apalagi bila memiliki jumlah, peralatan dan pengalaman yang sama atau lebih besar dari musuh, pasukan muslimin dengan sangat mudah mengalahkan mereka.

Namun yang jelas, sesungguhnya  kemenangan yang didapat oleh pasukan umat Islam saat itu bukanlah semata2 terletak pada kekuatan fisik semata tapi yang paling utama adalah kekuatan ilmu dan kekuatan iman.

Jadi, bila sebuah pasukan muslimin, seluruhnya memiliki kekuatan ilmu, yaitu ilmu agama yang dijalaninya sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya, serta kekuatan iman yang diamalkan dengan ikhlas dalam kehidupan nyata, maka bisa dipastikan umat islam akan mendapatkan kemenangan yang gemilang.

Namun bila salah satunya hilang dari pasukan itu, maka tidak ada jaminan kemenangan yang berpihak  pada umat Islam dari  peperangan yang diikutinya.

Sebagaimana yang terjadi pada perang Uhud pada tahun 3 Hijriyah, sebagian pasukannya  salah menafsirkan perintah Rasulullah sehingga para pemanah  tetap turun dari tempatnya yang sebelumnya Rasulullah larang, sehingga akhirnya terjadi kekalahan walaupun awalnya mendapatkan kemenangan.

Sebagaimana juga pada perang Hunain yang terjadi pada tahun 8 Hijriyah, dimana jumlah awalnya pasukan muslimin sangat banyak melebihi pasukan musuh, tapi karena merasa bangga dengan jumlah yang banyak, akhirnya pasukan muslim lari bercerai berai yang hampir mengalami kekalahan. Namun karena yang tersisa yang tidak lari adalah pasukan muslim yang kuat ilmu dan keimanannya akhirnya pasukan kecil ini dapat mengalahkan pasukan yang lebih besar darinya. Hingga akhirnya perang Hunain ini tetap dimenangkan oleh pasukan muslimin.


Sebagaiman yang terjadi pada tahun 351 Hijriyah, dimana pada tahun ini Ad-Damastaq, Raja Romawi memasuki kota Halaba dengan kekuatan 200.000 pasukan dapat mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Said Ad-Daulah, dia adalah seorang Syi'ah yang lebih cenderung kepada sekte Rafidhah. Maka menjadi tidak aneh jika Allah tidak menolong orang2 seperti itu sehingga para musuhnya mampu mengalahkannya karena mereka menjadi pengikut hawa nafsunya.

Serta banyak lagi peperangan2 lainnya yang menjadi sebab kekalahan pasukan muslimin adalah akibat dari pasukannya ada orang2 yang tidak berilmu (salah dalam menafsirkan ajaran Islam) atau banyak berbuat maksiat.

Pada saat ini, peperangan yang terjadi tidak hanya pada medan perang secara fisik, tapi bisa juga dianalogikan dalam perang perdagangan.

Jadi bila kita ingin mendapatkan kemenangan pada saat ini maka yang pertama harus dikuasai adalah ilmu yang benar2 murni berasal dari Rasulullah, serta amalkan secara kaffah. Walaupun jumlah kita sangat sedikit, insya Allah akan mendapatkan kemenangan dengan pertolongan Allah swt.

Ingatlah akan firman-Nya:

“Bahkan jika kamu sabar dan tidak melarikan diri ketika menghadang mereka (kaum musyrikin) dan mereka datang kepada kamu dengan bergegas-gegas di waktu ini, niscaya Allah mengirimkan bala bantuan kepada kamu, yaitu 5.000 malaikat yang terlatih.” (Qs. Ali ‘Imran: 125)

Ingat pula akan sabda Rasulullah saw. : “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan mendapat rezeki karena dosa yang dilakukannya” (HR Ibnu Majah dan Hakim)

Ingatlah pula wasiat Umar bin Khattab  ketika melepas tentara perang: ”Dosa yang dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah. Kalau tidak demikian kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah kita tidak sepadan dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak sepadan dengan perlengkapan mereka. Jika kita sama dalam berbuat maksiat, maka mereka lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan dengan keutamaan kita, maka kita tidak dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.”

Semoga kita semua senantiasa diberi hidayah dengan memahami ilmu yang telah diturunkan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta bisa mengamalkannya secara kaffah, agar kita senantiasa  dianugerahi kemenangan dalam setiap apapun yang sedang kita hadapi, aamiin...3x ya robbal alamin..

( Gantira, 15 September 2016, Bogor)