Friday 29 July 2016

"Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 2)"

Untuk tulisan "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 1)" bisa dibaca di http://sudutpandang2.blogspot.co.id/2016/07/kenalilah-rizqi-kita-bagian-1.html?m=1

Beberapa dalil yang menyatakan bahwa Allah Maha Pemberi rizqi dan tidak ada gunanya bergantung kepada selain-Nya,

1. Surat Saba' ayat 24

“ Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah .” (QS. Saba’: 24)

Ada sebuah kisah seorang ulama besar di jaman Tabi'in. Dia adalah seorang ulama sekaligus seorang pengusaha yang sangat kaya raya. Suatu hari dengan hikmah Allah usahanya  bangkrut dan dia terlilit hutang, sampai2 dia berhenti mengajar. Dan selama 2 tahun, dia hidup berpindah2 dari satu tempat ke tempat yang lain sambil meminta tolong pada orang lain untuk diberikan makan, sudah tidak punya waktu untuk mengajar karena hidup begitu susahnya, terlilit hutang dan dikejar2 orang.

Setelah dua tahun dia melalang buana ke berbagai tempat, suatu hari Allah memberikan pelajaran pada dia. Dia masuk ke Kota Baghdad, ibukota Irak, di situ ada sebuah mesjid Jami besar. Pada saat masuk, ada beberapa orang miskin yang berdiri di belakang mesjid yang sedang memegang berbagai bingkisan. Maka dia pun bertanya kepada mereka terkait asal pemberiannya itu, dan dia pun mau.

Tiba2 salah seorang miskin di antara mereka berkata bahwa di depan shaf pertama ada seseorang yang sedang duduk, maka mintalah padanya, karena dia akan memberikannya kepada siapa saja yang meminta kepadanya.

Maka orang alim ini pun datang ke dalam mesjid dengan pelan2 layaknya orang miskin yang meminta2 lalu mendekati orang yang dimaksud yang saat itu sedang berdoa. Saat dirinya sudah dekat, terdengar  orang tersebut memanjatkan doa "Ya Allah, Dzat Yang Maha Kaya, Dzat Yang tidak pernah habis persediaannya, Dzat Yang Selalu mengurus makhluk-Nya. Berikan dan berkahilah apa yang telah Engkau berikan padaku.".

Lalu orang alim  ini berkata, "Subhanallah, yang selama dua tahun ini dia telah tertipu oleh syaitan. Meminta2 pada manusia yang sebenarnya mereka seperti saya. Orang kaya ini pun meminta dan merengek hanya kepada Allah."

Semenjak saat itu, orang alim ini berhenti meminta-minta dan dia mulai bekerja berusaha berikhtiar sambil berdoa dan beristighfar kepada Allah. Tidak lebih dari satu bulan kemudian kembali menjadi orang yang kaya raya. Allah kembalikan keadaannya karena dia kembali kepada Allah.

Betapa banyak orang yang bangkrut, malah semakin jauh dari Allah dan tergoda oleh bisikan syetan yang dihembuskan kepadanya. Maka dia semakin jauh dari target yang diharapkannya.

Jadi mintalah segalanya hanya kepada Allah. Bahkan kita boleh tamak dalam meminta rahmat kepada Allah. Meminta sehat pada saat sehat jauh lebih baik daripada meminta sehat setelah kita jatuh sakit. Begitu juga meminta kekayaan pada saat kita kaya lebih baik daripada kita meminta kaya disaat kita telah bangkrut.

Dalam salah satu hadist disebutkan:

“Ingatlah Allah ketika senang, maka Allah akan mengingat engkau ketika sulit.” (HR. Hakim).


2. Surat Ar - Rum ayat 37

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman." (Qs. Ar-Ruum:37)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Dia-lah Rabb Yang mengatur lagi melakukan semua itu (mengatur rizqi) dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya. Dia memberikan keluasan kepada suatu kaum dan memberikan kesempitan kepada kaum yang lain.

Dan dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan bahwa maksudnya adalah, orang2 yang senang mendapat kesenangan dan kemewahan hidup dan berputus asa jika ditimpa kesusahan, apakah mereka tidak melihat dengan mata hati mereka agar mereka tahu bahwa kesulitan dan kesenangan ada di tangan Allah? Sesungguhnya Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki siapa saja yang Dia kehendaki.

Dan dijelaskan pula dalam Tafsir Ath-Thabari tersebut bahwa sesungguhnya dalam kelapangan dan kesempitan rezeki, serta kaya dan miskin, menjadi bukti nyata bagi orang2 yang percaya dan mengakui bukti2 kekuasaan Allah yang ia lihat dan saksikan.

3. Surat Ghafir ayat 64

"Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam." (Qs. Ghafir (40): 64)

Dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan bahwa Allah lah yang menjadikan semua itu (bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik); yang telah memberikan semua nikmat dan karunia ini kepadamu, wahai manusia, Dia lah Allah, ketuhanan hanya layak untuk-Nya. Dia-lah Tuhanmu yang pemeliharaan tidak layak untuk selain-Nya. Pemeliharaan itu bukan milik sesuatu yang tidak dapat memudharatan atau mendatangkan manfaat, tidak kuasa menciptakan dan tidak pula mampu memberikan rezeki. Maha Agung Allah Pemilik semua makhluk; jin dan manusia, serta seluruh jenis makhluk selain mereka.

4. Surat Qaf ayat 9-11

"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfa`atnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan." (Qs. Qaf: 9-11)

Dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan bahwa Allah telah menumbuhkan dengan air yang diturunkan dari langit, kebun kebun, biji bijian, dan kurma sebagai rezeki bagi hamba2-Nya. Sebagiannya menjadi makanan dan sebagian lain menjadi buah2an serta barang2.

Dijelaskan pula bawa Allah telah menghidupkan dengan air yang diturunkan dari langit, tanah yang mati, gersang, dan tandus, yang tidak ada tanaman serta tumbuh2an padanya. Sebagaimana Allah telah menumbuhkan dengan air ini tanah yang mati, hingga menghidupkannya, lalu mengeluarkan tumbuhan dan tanamannya, maka begitu juga Allah akan mengeluarkan manusia pada Hari Kiamat dalam keadaan hidup dari kubur setelah manusia hancur di dalamnya, dengan sebab air yang Allah turunkan atasnya.

Jadi secara umum yang namanya rizqi itu ada dua, yaitu

1. Rizqi yang sudah ditakdirkan

Hal ini seperti sebuah pohon yang buahnya berjatuhan, tanpa kita minta atau tanpa berusaha, rizqi akan datang pada kita.

Sebagaimana ada dalam hadist:

“Sesungguhnya rizki akan mengejar seorang hamba seperti ajal mengejarnya” (HR Ibnu Hibban (1087-Mawarid))

Beberapa contoh rizqi ini adalah harta warisan yang bukan hasil usaha kita, makanan yang tiba2 datang dari pemberian tetangga tanpa kita memintanya serta banyak lagi contoh lainnya yang datang secara tak terduga.

2. Rizqi yang dihasilkan lewat ikhtiar.

Rizqi ini bagaikan buah yang masih bergelantungan, sehingga kita bisa menggapainya dengan menggunakan tangga. Dalam hal ini tangga tersebut adalah ilmu dan keterampilan, jadi kita mesti memiliki ilmunya dalam menggapai rizqi ikhtiar ini.

Orang muslim ataupun bukan, Allah berikan rizkinya, baik rizqi yang berjatuhan maupun yang masih bergelantungan. Namun yang membedakan orang mukmin dan bukan adalah orang mukmin ada rambu2 nya, dimana dalam mengambil buah2an yang berjatuhan dan bergelantungan tersebut, bagi orang mukmin hanya boleh yang bagus2 saja sedangkan yang busuk harus ditinggalkan. Berbeda denga orang yang tidak beriman, semua buah mereka ambil tanpa batas.

Lalu kiat - kiat apa sajakah untuk menambah rizqi?

Jawaban untuk pertanyaan ini ada pada tulisan selanjutnya "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 3)"

Sumber: Intisari dari Ceramah2 Ust. Dr Khalid Baslamah serta sumber lainnya.

(Gantira, 30 Juli 2016, Bogor)

Monday 25 July 2016

"Kenalilah Rizqi kita (Bagian 1)"

Apakah yang dimaksud dengan rizqi?

Umumnya orang  mengatakan bahwa rizqi hanyalah seputar makanan, minuman, tempat tinggal, kendaraan, dan uang.

Padahal yang namanya rizqi itu sangat luas, salah satu contohnya adalah cahaya. Dengan adanya cahaya kita bisa melihat, bisa beraktifitas, bahkan dengan  adanya cahaya matahari, dia bisa menghasilkan berbagai energi yang bermanfaat buat manusia.
Selain cahaya, banyak lagi rizqi lainnya berupa hujan, api, angin, udara, tanah, pepohonan, binatang dan banyak lagi yang namanya rizqi yang ada di luar tubuh kita.

Sedangkan dalam tubuh kita sendiri yang termasuk rizqi adalah memiliki tangan, mata, kaki, telinganya serta anggota tubuh lainnya yang sehat dan sempurna dalam mendukung segala aktifitas kehidupan kita sehari-hari.

Ulama salaf mendefinisikan bahwa rizqi adalah semua yang dibutuhkan oleh makhluk untuk menopang roda kehidupan manusia.

--

Dalam sebuah kisah, ada  seorang lelaki menemui  imam mesjid  dan mengeluhkan tentang kemiskinannya.

Namun Syaikh, imam mesjid itu  menyatakan situasi sebaliknya bahwa lelaki itu sangat kaya. Lelaki itu tidak percaya dan minta bukti. Lalu Syaikh itu bertanya maukah bila sebelah matanya, sebelah tangannya, dan sebelah ginjalnya dijual ke rumah sakit yang masing2 harga 1 milyar. Lelaki itu keberatan, bahkan kalau lebih dari itu pun dia tidak bersedia menjualnua, karena tidak terbayangkan bagaimana menderitanya bila apa yang ada pada dirinya tersebut diambil dari dirinya.

Lalu Syaikh itu berkata bahwa bukankah dirinya itu sangat
kaya. Jika sebelah matanya harganya lebih dari 1 milyar,  satu tangannya
lebih dari 1 milyar, sebelah ginjalnya harganya lebih dari 1 milyar, jika jantungnya, paru-parunya, kakinya, hidungnya, lidahnya, telinganya dan
semuanya dinilai dengan uang, betapa kaya dirinya.

Kekayaannya lebih dari ratusan milyar. Dan Allah memberikan semua itu gratis. Andaikan Allah menyuruh kita membayar oksigennya, menyuruh kita
menyewa penglihatan dan pendengaran, kita takkan
sanggup membayar itu, berapapun uang yang kita miliki.

Sampai di sini, tak terasa mata laki-laki itu telah basah. Ia baru menyadari betapa kaya dirinya. Dia berterimakasih kepada Syaikh, kini dia menyadari
nikmat-nikmat Allah, dan dia merasa betapa kaya dirinya.

Lalu Syaikh itu berkata bahwa untuk selanjutnya, dengan landasan
mensyukur semua itu, maka tingkatkanlah ibadah dan ikhtiar. Perbanyaklah shalat tahajud, mintalah pada Allah di
sepertiga malam terakhir. Adukan semua masalah pada-Nya. Jika surga saja diberikan oleh Allah, tentu sangat mudah bagiNya memberikan apapun di
dunia ini. Rutinkan shalat dhuha dan bersedekahlah.

Tentu yang namanya rezeki berupa uang tidak akan datang seperti hujan yang turun dari langit. Berusahalah, bisa dimulai dari yang kecil asal engkau lakukan dengan sungguh-sungguh, yang penting halal. Jangan malu jika mulai dari berdagang kecil-kecilan. Hasilnya, manfaatkan sebagian untuk makan, sebagian untuk tambahan modal dan sebagian untuk sedekah.

Jika sebelumnya lelaki tersebut masuk masjid dengan langkah gontai, kini ia keluar dari masjid dengan langkah tegap. Hatinya dipenuhi dengan syukur,
harapan baru, dan semangat baru. Sebab ia sadar, ia adalah orang kaya. Kaya dengan karunia dariNya.

---

Dalam surat Adz -Dzariyat ayat 56 - 58 disebutkan:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh."

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa tujuan diciptakan manusia itu adalah untuk menyembah Allah. Arti kata menyembah Allah itu adalah kita cinta, tunduk, patuh dan takut hanya kepada Allah.

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah Tabaaraka wa Ta'ala telah menciptakan hamba2-Nya dengan tujuan agar mereka beribadah kepada-Nya semata, Rabb yang tiada sekutu bagi-Nya. Barangsiapa mentaati-Nya, maka ia akan diberikan balasan yang sempurna. Dan barangsiapa yang durhaka kepada-Nya, maka ia akan mendapatkan adzab yang sangat pedih. Dan Allah Ta'ala juga memberitahukan bahwa Dia sama sekali tidak membutuhkan mereka, tetapi justru merekalah yang sangat membutuhkan-Nya dalam segala keadaan. Dengan demikian, Dia adalah Pencipta dan Pemberi rizqi mereka.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Allah Ta'ala berfirman:'Wahai anak Adam, luangkanlah waktu untuk beribadah kepada-Ku, Aku akan memenuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku akan menutupi kefakiranmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan mengisi hatimu dengan kesengsaraan dan Aku tidak akan menutupi kefakiranmu.'"

__

Salah seorang dosen di Ulumul Quro bercerita dalam salah satu ceramahnya bahwa dia pernah berpergian dan satu kendaraan dengan seorang pengusaha di Jeddah. Lalu pengusaha itu bertanya kepadanya, "Syeh, doa apakah yang harus aku amalkan agar kenikmatan yang ada tetap dapat dipertahankan, bahkan lebih meningkat lagi?".

Saat itu, syeh hanya teringat ayat pada surat Adz-Dzariyat ayat 56 - 58. Lalu syeh menjawab, amalkanlah ayat Adz-Dzariyat 56-58 tersebut dan beribadahlah secara totalitas kepada Allah dan lakukanlah semuanya karena Allah.

Lalu setiap mau berdoa, bacalah ayat tersebut dan kemudian panjatkan doa "

"Ya Razak, wahai Dzat yang Maha Pemberi rizqi dan tidak pernah habis stoknya

Zulquatil matiin, sebaik baik tempat bersandar

Urzukni, karuniakan saya rizqi

Barikli, berkahi buat saya"

Satu setengah bulan kemudian pengusaha itu menelponnya dan mengatakan, selama 1,5 bulan ini dia mengamalkan nasihat syeh tersebut. Dia terus membaca surat dan doa yang telah di sarankan pada waktu2 mustajab, hingga dalam 1,5 bulan itu dia memperoleh keuntungan sekitar 1 juta real atau 3,5 milyar. Dan dia berterima kasih akan ilmu yang didapatkannya.


Bersambung... pada tema "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian2)"

Sumber: Intisari dari Ceramah2 Ust. Dr Khalid Baslamah serta sumber lainnya.

 (Gantira, 25 Juli 2016, Bogor)

Saturday 9 July 2016

"Kunci Kebahagian"

Apa itu bahagia?

Secara umum definisi bahagia adalah segala sesuatu yang akan membuat hati kita senang dan tenang.

Dalam memperoleh kebahagiaan ini, ada beberapa orang yang menganggap kebahagiaan bisa diperoleh dengan:

1. Harta dan anak

Orang yang memahami bahwa kebahagiaan bisa didapat dengan harta dan anak, maka mereka akan berusaha keras mengejar dan mendapatkannya dengan segala cara. Sehingga setiap pertemuan, yang ditanyakan kepada orang lain adalah punya kendaraan apa, berapa banyak rumah dan luasnya serta berapa anak yang sudah mereka punyai. Padahal apalah manfaat banyaknya harta jika sebagian besar hartanya tidak dia manfaatkan dan tidak ditunaikan zakat hartanya, serta apalah artinya banyak anak jika mereka bukan anak2 yang shaleh.

Namun mereka yang menganggap bahwa kebahagiaan itu hanya bisa didapat dengan harta, mereka akan mendapatkan atau mempertahankan suami/istri yang menghasilkan harta yang banyak walaupun dirinya menderita disiksa oleh pasangannya itu. Atau mereka akan berusaha menipu banyak orang walaupun dirinya diliputi ketakutan dikejar oleh orang2 yang telah ditipunya.


Padahal dalam Surah At-Takasur ayat 1-3 disebutkan:

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)".

Pada surat yang sama dan ayat ke 6 disebutkan:
"niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahanam,"

 dan ayat 8: "kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu, tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)."

2. Jabatan

Ada juga orang yang menganggap bahwa kebahagiaan itu didapat dengan jabatan. Sehingga banyak orang yang menghabiskan hartanya sampai ratusan juta bahkan milyaran untuk mendapatkan sebuah jabatan. Bahkan ada juga yang mengorbankan keluarga, sahabat dan teman2nya hanya untuk menggapai  tujuannya tersebut dengan harapan banyak orang yang menyanjung dan memujinya, padahal pujian itu hanyalah berada di ujung lidah saja.

Disamping itu, yang namanya jabatan tetap ada konsekuensinya, yaitu dengan seabreg tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukannya. Bahkan di akhirat kelak, seorang yang menjabat akan diminta pertanggung jawabannya.

Rasulullah saw bersabda, "
“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (Sahih, HR. Muslim no. 1825


3. Kemaksiatan

Ada orang yang sengaja berbuat maksiat semata2 karena ingin bahagia. Sehingga ada orang yang pergi ke diskotek, berjinah, mencuri, mabuk2an dengan harapan memperoleh kebahagiaan.

Memang harus diakui ada sebuah kenikmatan dalam melakukan sebuah kemaksiatan, sebagaimana ada kenikmatan juga dalam melakukan amal shaleh.

Namun kenikmatan yang diperoleh dalam bermaksiat tidak akan bertemu dengan kenikmatan dalam beramal shaleh. Dimana bagi orang yang senantiasa beramal shaleh itu merasa bahwa melakukan kemaksiatan itu hanyalah sebuah penderitaan belaka sebagaimana yang dirasakan oleh orang yang senantiasa bermaksiat merasa berat dalam berbuat amal shaleh.

Disamping itu kenikmatan dalam beramal shaleh berbeda dengan kenikmatan dalam bermaksiat. Dimana orang yang sudah bermaksiat, umumnya merasakan penyesalan di hatinya, bahkan orang2 kafir pun ada rasa penyesalan di hatinya setelah mereka selesai berzina. Tapi mereka tidak tahu jalan keluar untuk menghilangkan sesuatu yang mengganggu hatinya itu.

Dalam sebuah hadis disebutkan, “ Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 4). (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu . Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi).

4. Tidak ada

Namun bagi seseorang yang sudah menggapai semua hal yang dianggap bisa membuat mereka bahagia itu didapat, banyak diantara mereka yang akhirnya berkesimpulan bahwa tidak ada kebahagiaan di dunia ini. Mereka akhirnya putus asa, dan seberapa diantaranya memilih jalan untuk bunuh diri.


Pertanyaannya adalah Apakah ada yang namanya kebahagiaan di dunia ini?

Ada, sebagaimana perkataan para ulama terdahulu.

Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.’”

Ibrahim bin Adham mengatakan, “Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli kami dengan pedang.” Ada ulama salaf yang lain mengatakan, “Pada suatu waktu pernah terlintas dalam hatiku, sesungguhnya jika penghuni surga semisal yang kurasakan saat ini tentu mereka dalam kehidupan yang menyenangkan.”

Jadi apa saja kunci2 yang harus dimiliki sehingga dapat memperoleh kebahagian sebagaimana yang dirasakan oleh para ulama tersebut?

Beberapa kunci agar memperoleh kebahagiaan di dunia ini, diantaranya adalah:

1. Meyakini adanya Allah swt dan mentauhidkannya.

Orang yang yakin akan adanya Allah serta tidak menyukutukan-Nya, maka hidupnya akan tenang. Dia yakin bahwa Allah Maha Melihat pada semua yang dilakukan makhluk2-Nya. Dia akan membalas semua perbuatan manusia, baik itu perbuatan zhalim maupun perbuatan amal shaleh.

Dia tidak akan berani melakukan zhalim pada orang lain, karena yakin Allah melihatnya. Dan dia pun tidak akan sedih yang berlarut2 bila didholimi oleh orang yang jauh lebih kuat darinya, karena yakin Allah akan membalasnya.

Hatinya akan tenang saat mengingat Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya:

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram ” (Qs. ar-Ra’du: 28)


2. Menjiplak dan mengikuti Rasulullah.

Umat saat ini benar2 dimanjakan oleh Allah, dimana kita telah diberi model kehidupan yang sempurna, yaitu dengan diutusnya Rasulullah. Kita tinggal menjiplak dan mengikuti  apa yang dilakukan Rasulullah dalam menghadapi segala kehidupan di dunia ini.

Kehidupan yang dijalani Rasulullah sangat lengkap. Dia adalah seorang rasul yang pernah kaya dan juga pernah miskin, beliau pernah menjalani sebagai seorang pedagang, penggembala, pemimpin perang dan kepala pemerintahan.  Rasulullah juga seorang suami yang memiliki istri, memiliki anak dan juga memiliki cucu. Kita bisa mengikuti bagaimana solusi yang dilakukan Rasulullah dalam menghadapi segala permasalahan hidup di dunia ini.

Orang yang mengikuti Rasulullah pasti akan mendapatkan solusi dari permasalahan kehidupan di dunia ini dan memperoleh kebahagiaan di akhirat.

Sebagaimana yang diabadikan dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

“ Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah .” (Al-Ahzab: 21)


Oleh karena itu kenalilah Rasulullah dengan mempelajari sirah nabi atau kehidupan Rasulullah. Lalu realisasikan dalam kehidupan kita sesuai dengan yang sedang kita alami.

3. Selalu menggantungkan hati kita pada akhirat

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. ” ( Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.)

Apabila seorang hamba menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dan mengesampingkan urusan akhiratnya, maka Allâh Azza wa Jalla akan menjadikan urusan dunianya tercerai-berai, berantakan, serba sulit, serta menjadikan hidupnya selalu diliputi kegelisahan. Allâh Azza wa Jalla juga menjadikan kefakiran di depan matanya, selalu takut miskin, atau hatinya selalu tidak merasa cukup dengan rizki yang Allâh Azza wa Jalla karuniakan kepadanya. Dunia yang didapat hanya seukuran ketentuan yang telah ditetapkan baginya, tidak lebih, meskipun ia bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan hingga pagi lagi dengan mengorbankan kewajibannya beribadah kepada Allâh, mengorbankan hak-hak isteri, anak-anak, keluarga, orang tua, dan lainnya.

Orang yang hatinya sehat, dia akan lebih mengutamakan akhirat daripada kehidupan dunia yang fana, tujuan hidupnya adalah akhirat. Dia menjadikan dunia ini sebagai tempat berlalu dan mencari bekal untuk akhirat yang kekal. Orang yang hatinya sehat akan selalu mempersiapkan diri dengan melakukan ketaatan dan mengerjakan amal-amal shalih dengan ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla dan menjauhkan larangan-larangan-Nya, karena dia yakin pasti mati dan pasti menjadi penghuni kubur dan pasti kembali ke akhirat. Karena itu, dia selalu berusaha untuk menjadi penghuni surga dengan berbekal iman, takwa, dan amal-amal yang shalih.

Bagi orang yang tujuannya adalah akhirat, maka akan menganggap segala sesuatu yang ada di dunia ini tampak kecil jika dibandingkan dengan akhirat. Bagaimana bisa kehidupan keindahan dunia dibandingkan dengan keindahan surga, dimana salah satu luas tanah istana yang dimiliki penduduk surga baru bisa terlewati selama 40 tahun perjalanan, batu batanya dari emas serta kekayaan paling rendah penduduk surga itu sama dengan 10 kali lipat orang yang paling kaya dan berkuasa  yang pernah hidup di dunia ini.

4. Menyibukkan diri dengan amal shaleh

Dalam salah satu ayat disebutkan “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Ayat diatas menyebutkan bahwa orang yang senantiasa beramal shaleh akan mendapatkan kehidupan yang baik. Oleh karena itu, kita sebagai seorang hamba yang ingin mendapatkan kebahagian, awalnya harus memaksakan diri dan memprogramkan untuk senantiasa berbuat amal shaleh. Bila kita sudah terbiasa melakukannya, maka pada akhirnya kita akan merasakan kenikmatan sebagai buah dari amal shaleh kita.

5. Lingkungan yang baik

Sesungguhnya lingkungan sangat berperan besar dalam mempengaruhi kehidupan kita, oleh karena itu berusahalah untuk mencari pasangan yang shaleh serta mendidik anak2 agar menjadi orang2 yang shaleh dan selalu menggalakkan amar ma'ruf nahi munkar bagi lingkungan kita sehingga terbentuk lingkungan yang shaleh.

Sebagaimana salah satu kisah orang yang ingin bertobat dari perbuatannya yang telah membunuh 100 orang. Tobatnya baru diterima pada saat dia berhijrah dari lingkungannya yang buruk menuju lingkungan yang baik yang ditempati oleh orang2 shaleh. Walaupun dirinya tidak sempat sampai tujuan tapi niat dan tindakannya dalam berhijrah tersebut sudah mencukupi untuk memasukkannya ke dalam surga.

----------

Disarikan dari Ceramah Dr Khalid Baslamah (https://youtu.be/M7OBdaLpWmc) serta sumber lainnya.

(Gantira, 9 Juli 2016, Bogor)



Sunday 3 July 2016

"Berbagai Macam Jenis Dunia yang Ada Saat Ini"

Pada saat ini, kehidupan dunia yang bisa dimasuki oleh manusia  terbagi menjadi 5 macam, yaitu dunia nyata, dunia mimpi, dunia  jin, dunia khayal dan dunia maya.

1. Dunia Nyata

Dunia Nyata adalah dunia yang  aktifitasnya menggunakan jasmani dan rohani untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan kita sebagai manusia sebagaimana yang umumnya dilakukan oleh sebagian besar manusia sejak jaman nabi Adam sampai saat ini. Dalam dunia nyata ini, ada berbagai aktifitas yang bisa dilakukan, yaitu shalat, zakat, puasa, haji, menuntut ilmu, bertani, berdagang, bekerja dalam memenuhi tugas dari instansi tempatnya bekerja serta berbagai macam aktifitas lainnya yang dilakukan oleh jasmani kita.

Dalam dunia nyata ini akan berlaku hukum berupa balasan  pahala, dosa, atau perbuatan yang sia sia yang tidak ada nilainya sama sekali.

Orang berakal umumnya akan memanfaatkan dunia nyata ini untuk beramal sebanyak2nya buat memenuhi kebutuhan dunianya dan buat bekal di akhirat kelak.

2. Dunia mimpi

Dunia mimpi terjadi pada saat kita tidur. Dalam dunia mimpi  ada yang menyenangkan dan ada juga yang tidak menyenangkan, tergantung dari jenis mimpi yang terjadi dalam tidurnya.

Dalam dunia mimpi  tidak berlaku hukum pahala dan dosa, sehingga waktu yang kita sisihkan  dalam dunia mimpi ini hanya secukupnya saja. Dunia mimpi atau waktu untuk tidur diperlukan semata2 untuk mengistirahatkan tubuh kita yang telah megalami kelelahan   melakukan berbagai aktifitas pada dunia nyata. Sehingga diharapkan bila telah bangun dari dunia mimpi, maka tubuh kita segar kembali sehingga kita bisa melakukan aktifitas yang lebih banyak lagi dengan kekuatan yang telah prima.

Orang yang menghabiskan waktunya untuk tidur secara berlebihan, maka waktu yang ada akan terbuang percuma. Sehingga jatah waktu yang diberikan pada kita akan tersita habis pada dunia mimpi ini.

3. Dunia Jin

Di alam ini, selain ada dunia nyata ada juga dunia jin atau dunia ghaib. Kita sebagai seorang mukmin dilarang untuk ikut campur atau ikut2an dalam dunia jin ini. Yang kita lakukan cukup mengimaninya saja, tidak lebih dari itu.

Namun sayangnya masih ada sebagian orang yang menghabiskan sebagian waktunya untuk memasuki dunia jin. Sehingga kalau dari segi fisiknya dia nampak diam, padahal jiwanya mengembara ke dalam dunia jin. Dia merasa sibuk dan melakukan berbagai macam aktifitas dalam dunia jin ini. Sehingga ada sebagian orang yang merasa jadi pahlawan dalam dunia jin itu atau bisa juga melakukan banyak ibadah dengan berhaji berkali2 dengan sekejab dari tempat diamnya menuju mekah. Padahal kalau secara fisik dia hanya terdiam atau nampak tidur saja.

Orang mencoba melakukan berbagai aktifitas dalam dunia jin, tidaklah bernilai ibadah sama sekali, walaupun dia merasa diri telah melakukan banyak shalat dan haji. Karena yang namanya ibadah itu harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah yaitu perpaduan antara aktifitas jiwa dan aktifitas jasmani. Bahkan bisa jadi berdosa karena dia berusaha memasuki dunia jin yang dilarang Allah untuk melakukannya.

Kalau dalam film yang ada saat ini, contoh orang yang memasuki dunia jin ini bagai kehidupan yang ada pada film Hary Potter atau film Narnia. Dimana mereka nampak bagai seorang pahlawan yang membela kebenaran, padahal dalam dunia nyata  mereka tidak melakukan aktifitas apapun.

4. Dunia Khayal

Dunia khayal ini terjadi dalam dunia nyata, namun sayang walaupun jasmani dan rohaninya berada dalam dunia nyata tapi pikirannya mengembara ke mana2. Sehingga jasmaninya hanya diam tanpa melakukan banyak aktifitas yang bermanfaat, sedangkan pikirannya sibuk dalam berbagai macam aktifitas. Kegiatan yang bisa dimasukan dalam dunia khayal ini, diantaranya adalah melamun atau menonton siaran tc atau film2 yang berisi cerita khayalan belaka.

Dunia khayal ini tidak berdosa jika yang dikhayalkan tidak mengandung dosa. Namun  jika berlebihan menggunakan waktu untuk menghayal maka waktu yang ada akan terbuang sia2. Sehingga, langkah yang lebih baik adalah mengurangi atau membatasinya memasuki dunia khayal ini.

5. Dunia Maya

Pada zaman modern saat ini, ternyata sudah ada tambahan dunia lain selain ke empat dunia di atas, yaitu dunia maya.

Pada awalnya dunia maya ini banyak manfaatnya, dimana kita bisa menggunakan jaringan internet untuk mendapatkan berbagai ilmu dengan cepat dan murah serta kita juga bisa berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai pelosok  di dunia ini, apalagi dengan adanya fasilitas WA, facebook, integram, bbm serta fasilitas jaringan sosial lainnya.

Namun sayangnya, makin lama orang makin kecanduan sehingga waktu yang digunakan untuk menjelajahi dunia maya ini lebih banyak dari waktu yang digunakan dalam dunia nyata. Sehingga dirinya merasa nampak hebat bisa berkelana ke berbagai dunia, bisa berkomunikasi dengan banyak macam orang serta kita merasa menjadi diri orang lain yang nampak hebat dari apa2 yang telah kita baca. Namun sayangnya pada saat dia kembali dalam dunia nyata, dia bukanlah siapa2 karena sangat sedikit aktifitas yang dilakukannya untuk dunia nyatanya.

Jadi dalam mensikapi dunia maya ini, cukuplah dilakukan seperlunya yang bisa berefek pada perubahan dunia nyata kita dan orang lain. Sedang kurangi bahkan batasi  menjelajahi dunia maya ini bila tidak berefek sama sekali dalam dunia nyata kita walaupun dunia itu nampak hebat dan mengagumkan. Karena bagaimana pun juga yang akan dinilai oleh-Nya pada kita adalah apa refleksi dunia nyata kita.


Kesimpulan dari uraian ke 5 macam dunia di atas adalah gunakanlah sebagian besar waktu hidup yang kita miliki untuk melakukan aktifitas di dunia nyata, sedangkan dunia lainnya baru bisa dilakukan jika ada manfaatnya untuk dunia nyata kita serta tidak melanggar aturan-Nya.

(Gantira, 3 Juli 2016, Bogor)