Tuesday 25 May 2021

"Semoga Kesabaran & Kesehatan Menyertaimu"

 Mengetahui kabar seorang teman sma di Lombok, yang kondisinya sekarang terbujur kaku karena stroke, badannya tinggal tulang ditutupi kulit; mata terus tertutup karena silau melihat cahaya terang; yang tidak bisa lagi berbicara dan komunikasinya hanya dengan isyarat perubahan raut wajah.


Cobaan yang dialaminya sangat panjang dan beruntun. Diawali dengan sakitnya dengan berobat ke jakarta pada tahun 2017. Di susul pada tahun 2018 dengan cobaan gempa bumi di lombok yang telah menghancurkan rumahnya hingga harus digotong ke tempat pengungsian yang membuat mentalnya makin jatuh.


Pada tahun 2020  saat mau berwudhu terjatuh sampai 9 kali dan dibawa ke rs hingga pingsan 2 kali. Sejak kejadian itu, yang awalnya masih bisa berjalan kondisinya berubah drastis menjadi hanya bisa menggerakkan isyarat wajah sampai sekarang.


Melihat dan membayangkan kondisinya, membuatku tersadar betapa Allah memberikan cobaan yang berbeda2 pada tiap orang sesuai kemampuannya. Dan juga semakin sadar bahwa Allah memberikan kenikmatan pun berbeda2 pada tiap orang.


 Semakin besar cobaan dia dan bisa dilaluinya dengan sabar maka pahalanya juga semakin deras mengalir padanya.


Begitu juga semakin besar kenikmatan yang diberikan pada seseorang yang dilaluinya dengan rasa syukur maka semakin besar juga pahala padanya.


Melihat kondisinya membuatku semakin tersadar betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan pada kita  yang belum kita syukuri. 


Yang selama ini terkadang masih sering terbersit melihat teman2 SMP, SMA, S1 yang dunianya di atasku.


Mudah2an Allah segera  memberikan kesembuhan pada Khaerul, serta penyakit yang dialaminya dapat meningkatkan derajatnya.


"Salah satu kebahagiaan seseorang adalah keridhaannya menerima keputusan ALLAH."

(HR. Ahmad)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa diantara kami yang sering mengkufuri nikmat Mu.


 Ya Allah berikanlah kesabaran, kekuatan dan kesembuhan pada temanku Khaerul, kesembuhan yang tidak ada rasa sakit lagi. Jadikanlah sakitnya sebagai penggugur segala dosanya dan menjadi wasilah sebagai peningkat derajatnya di sisi-Mu.


Aamiin aamiin aamiin ya robbal alamiin..


(Terima kasih kang Bubun yang sudah menengoknya..🙏🙏🙏)


(Gantira, 26 Mei 2021, Bogor)

Thursday 18 June 2020

"Menyikapi Kehidupan dengan Benar"


Kalau kita renungi, ternyata kenikmatan yang paling besar itu adalah kehidupan yang disikapi dengan benar.

Dalam situasi apapun selama dia masih hidup dan selama disikapi dengan benar maka yang didapatkannya adalah kebaikan dan keberuntungan.

Saat dilimpahi kesehatan dan kekayaan bila disikapi dengan benar maka  kesehatan dan kekayaannya menjadi berkah bagi dirinya dan sekelilingnya.

Saat diberi sakit dan kesempitan rezeki bila disikapi dengan benar maka sakit dan kesempitan rizqinya menjadi penggugur dosa baginya, dan tiada orang yang paling berunrung kecuali orang yang dosa2nya diampuni. Sehingga doa yang paling utama dibaca saat lailatur qodar adalah doa minta diampuni dosanya.

Kita akan benar2 menyadari betapa besarnya nikmat kehidupan ini pada saat telah di alam kubur. Saat itulah semua manusia berdoa dan berharap akan dikembalikan ke dunia agar bisa beramal dengan sebaik2nya, namun keinginan itu sudah terlambat dan hanya angan2 belaka.

Jadi selama kita masih diberi kesempatan hidup di dunia ini, apapun situasi yang sedang kita alami,  marilah kita sikapi hidup ini dengan benar...

(Gantira, 19 Juni 2020, Bogor)

Thursday 14 May 2020

Saringan Kehidupan Sebagai Pemisah Antara Intan dan Ampas Lumpur

KONDISI SAAT INI MERUPAKAN UJIAN BAGI SEMUA LINI KEHIDUPAN:

Bagi  yang berkecukupan diuji apakah dia peduli pada sekelilingnya...

Bagi yang kekurangan diuji apakah dia bisa bersabar menghadapi situasi yang serba menyulitkan ini....

Bagi yang memiliki kekuasaan diuji apakah dia amanah dalam menjalankan jabatannya...

Bagi yang dipimpin diuji apakah dia taat pada peraturan yang sudah ditetapkan...

PADA AKHIRNYA AKAN TERSELEKSI:

Antara  orang kaya yang bersyukur dan kufur...

Antara orang miskin yang sabar dan putus asa...

Antara penguasa yang amanah dan khianat...

Antara masyarakat yang taat dan ingkar...

PADA SAAT MASA YANG SULIT INI TELAH BERAKHIR, MAKA TAK ADA GUNANYA LAGI:

Orang kaya kufur yang baru mau berbagi karena orang yang butuh sudah tidak membutuhkan lagi.

Orang miskin berputus asa yang mau bersabar karena semua kesulitan sudah hilang.

Penguasa yang khianat yang mau amanah karena sudah tidak adalagi kekuasaan yang bisa dijalankan.

Masyarakat yang ingkar yang mau taat karena semua peraturan sudah dicabut.

PADA AKHIRNYA SEMUA AKAN TERPISAHKAN ANTARA INTAN YANG BERHARGA DENGAN AMPAS LUMPUR YANG HANYA JADI LIMBAH

(Gantira, 15 Mei 2020, Bogor)

Monday 13 April 2020

Menuju "Lele Bumbu Bu Mayang"

Salah satu cita2 saya yaitu ingin jadi ibu rumah tangga saja. Ini terbersit saat saya sma. Soalnya saya lihat para ibu2 rumah tangga kayaknya enak sekali. Diam di rumah, main sama anak2, nyambut suami pulang kerja dan dapat uang deh... 😅😅😅

Setelah lulus S1, saya langsung menikah  dengan seorang laki2 yang dikenalkan oleh ibu saya. Satu bulan kemudian saya diboyong suami yang dapat tugas  belajar S2 di Australia. Sesuai harapan saya, saya hanya ingin jadi ibu rumah tangga alias pingin ikut  saja sama  suami kemanapun dia pergi.. 🤭🤭🤭

Saat suami studi di sana, suami iseng2 cerita bahwa dia ingin keluar dari kerjaan. Saya nganggap omongannya hanya bercanda saja jadi saya hiraukan. Saya gak ambil pusing dengan candaannya itu.

Setelah pulang ke Indonesia, suami kembali  lagi ke kantornya yang saat itu kerja di Kementrian Kelautan dan Perikanan yang kantornya di Jakarta.

Setahun kemudian, saya pulang jogja untuk nengok orang tua. Orang tua saat itu kangen sekali sama cucu2nya, saat saya mau balik jakarta ditahannya dan diminta untuk nerusin kuliah. Akhirnya dengan ijin suami  saya lanjutin kuliah di UGM walaupun salah satu opsi cita2 saya hanya ingin jadi ibu rumah tangga. Jadi kesimpulannya saya dan suami berpisah tempat tinggal.

Selama perpisahan itu, untuk menghilangkan kesendirian,  suami sibuk baca2 hadist, tafsir al quran dan buku2 ulama salaf. Nah suatu hari,  suami cerita lagi bahwa dia ingin keluar dari pekerjaannya karena ingin mengaplikasikan  apa yang ia pahami. Mendengar hal itu, saya langsung kaget dan langsung saya tolak karena kalau keluar kerja bagaimana nanti mencukupi kebutuhan sehari2, wong salah satu opsi cita2 saya hanya ingin jadi ibu rumah tangga bukan berkarir.. 😥😥😥

Suami tetap sabar dan mengurungkan niatnya untuk keluar. Setelah saya selesai kuliah dan balik Jakarta serta mulai hidup serumah dengan suami. Suami saya sedikit demi sedikit memberikan pemahaman bahwa rizqi itu yang menjamin adalah Allah, kita hanya ikhtiar saja sesuai kemampuan kita yang Allah ridhoi. Tapi saat itu saya tetap nolak dan gak setuju akan ide2nya itu.

Suatu hari, suami saya dinas luar. Saya mau mengecek air (kebetulan saat itu kami punya  sedikit tanah di seberang sungai yang sumber airnya jernih),  saat saya nyebrang sungai, saya terpeleset jatuh.

Dengan diseret air yang sangat deras, saat itu tidak adalagi harapan selamat. Yang teringat saat itu hanyalah pertolongan Allah. Lalu saya memohon kepada-Nya, kemudian ada tetangga yg kebetulan baru pulang dari kantor dan mendengar suara anak2 saya teriak minta tolong...

Alhamdulillah saya bisa selamat, saya ditolong oleh-Nya melalui perantara tetangga yang baru pulang tersebut.

Sejak saat itu, saya mulai tersadar bahwa yang dicari didunia ini hanyalah keberkahan. Sedangkan rizqi sudah Allah atur. Dan sejak kejadian itu akhirnya saya menyetujui suami untuk keluar dari pekerjaannya.

Suami saya punya prinsip bahwa dalam memutuskan hal yang sangat besar itu harus disetujui bersama2. Suami saya memiliki pemahaman kalau saya tidak setuju, suami merasa berjalan dengan kaki sebelah jadi akan susah berjalan cepat. Makanya suami saya bisa bersabar selama 6 tahun lebih untuk meyakinkan saya.

Nah setelah saya setuju, suami bikin surat pengunduran ke sesdit. Dan fotocopiannya, suami minta saya untuk ikut menandatangani agar gak ada lagi pertengkaran ke depannya karena semua itu diputuskan secara bersama2 bukan sebelah pihak.

Akhirnya suami resign dari PNS pada akhir Oktober tahun 2014. Setelah suami  keluar, suami saya tenang saja menghadapi tantangan dari keluarga besar suami dan keluarga besar saya karena yang suruh jawab adalah saya.. 😭😭😭

Akhirnya saya sibuk menjelaskan ke kedua belah pihak, suami bisa tidur nyenyak dan fokus pada impiannya.. 😅😅😅

Sejak suami keluar, lalu suami mulai mengolah tanah  yang kami punyai luasnya sekitar 230 m2. Tanahnya curam tak karuan. Tapi karena suami punya sebuah impian, akhirnya tanahnya diolah oleh suami sendiri. Suami saya setiap hari nyangkul tanah, ngaduk semen, nembok dan buat kolam.

Saya saat itu gak ngerti apa yang dilakukan oleh suami, sampai2 para tetangga keheranan tentang kegiatan suami yang tiap hari ke kebun. Suami mengolah tanah tersebut lamanya sekitar 3 tahun lebih, maklum semuanya dilakukan oleh suami sendirian. Karena yang punya pemikiran mau diapakan kebun itu adalah suami, yaaa sambil berhemat soalnya sudah gak ada lagi gaji bulanan.

Setelah 3 tahun lewat, alhamdulillah akhirnya wujud yang suami idam2kan itu terealisasi. Yaitu membuat kolam untuk gurame dan ikan lele di atas tanah  yang sebelumnya bertebing tak karuan.

Atas usulan suami, agar memiliki nilai tambah hasil produknya di olah menjadi bumbu dengan nama "Lele Bumbu Bu Mayang".

Yang  dijadikan target pasar oleh suami saya adalah
1. Orang2 yang sudah mengenal karakter suami saya yang otomatis teman2nya
2. Orang2 yang mengenal tentang kualitas ikan sesuai dengan tempat kerja suami dulu
3. Orang2 yang sebelumnya tidak suka lele.

Alhamdulillah, karena rizqi dari Allah kemudian kesabaran dan keuletan suami. Sedikit demi sedikit langganan yang menyukai Lele Bumbu ini semakin bertambah. Orang yang sebelumnya gak suka ikan lele, saat mencoba lele Bumbu Bu Mayang, mereka akhirnya jadi langganan.

Konsep yang ingin dibawa oleh suami adalah konsep integrated farming.

Kalau integrated farming yang banyak saat ini adalah beternak  kambing/sapi dan rerumputan. Namun karena lahan yang dipunyai tidak luas dan bukan bidang suami saya, maka suami mencoba menerapkannya pada perikanan.

Sama2 metode integrated tapi beda objek. Yang satu objeknya rumput, sapi, kambing & restoran. Sedangkan di My Minifarm tanaman air lemna,  kunyit, lele , "Lele Bumbu Bu Mayang" dan sayuran lainnya 😊😊😊

Awal2 saya sering down...tapi saya sering ingat    Mbo yang suka bantu ibu yg ga biasanya sholat di mesjid ( ketika itu saya belum tau kalau perempuan lebih utama di rumah) saya tanya:  wah tumben sholat ning mesjid? Jawabnya: yo iyo mba...ning dunyo wis rekoso, ojo nganti neng akhirat yo rekoso katanya sambil..😁😁😁😁

Setelah suami saya keluar justru keajaiban2x yang terjadi yg tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Saya bisa lunasin rumah, umroh, dan perbaiki rumah sekaligus buat ruang pengolahan.

Tapi intinya yang sekarang saya pahami bahwa rizqi itu datangnya dari Allah, kita hanya berihtiar sesuai dengan yang mampu dilakukan dan yang Allah ridhoi. Ikhtiar tetap, tapi jangan sampai ikhtiar itu lah yang membuat kita pusing.

Ikhtiar sebagai sarana. Tapi yakin itu bukan jalan satu2nya untuk mendapat rezeki Allah. Terus berdo'a atas ikhtiar yg kita lakukan. Tapi siap ridho dengan kemungkinan terburuk. Yakin sesungguhnya Allah maha mengetahui jalan yang terbaik buat kita...

Gitu aja ya..

===
Cerita Mayang, 11 April 2020, Ditulis untuj mengiai pada Sesi Diskusi di Grup Wa Islamic Multitasking Mom

Friday 20 March 2020

"Perlunya Perubahan Kebijakan dalam Rumah Tangga"


Melihat fenomena saat ini:

- Pasien yang terkena corona terus meningkat, berdasarkan data resmi dari https://linktr.ee/covid19check tanggal 21 Maret 2020 pukul 3.17 dimana jumlah  pasen corona dalam perawata  320 orang, sembuh 17 orang, meninggal 32 orang

- Masih banyak masyarakat yang meremehkan wabah ini, sebagai contoh orang dalam pemantauan (ODP) corona di solo yang ternyata status akhirnya berubah menjadi suspek Corona, sebelumnya masih menganggap bahwa dirinya sehat2 saja sehingga  ikut membantu persiapan pernikahan tetangganya dan terus bersosialisasi ke pasar2.

- Saat shalat berjamaah di mesjid rumah sekitar pun, masih ada jamaah yang mengajak bersalaman, tanpa khawatir  dengan wabah yang sedang terjadi.

- Banyaknya postingan dari tenaga medis yang menuliskan poster

" I Stay at Work for You

You Stay at Home for Us"

Saya berfikir bahwa sudah saatnya ada perubahan kebijakan dalam rumah tangga ini, sehingga saya sebagai pemimpin didalamnya perlu mengintruksikan pada seluruh anggota keluarga untuk mengikuti fatwa dari MUI 14/20 pada point  3a:

".....ia boleh meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat kediaman, serta meninggalkan jamaah shalat lima waktu/rawatib, Tarawih, dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya.."

Semoga perubahan kebijakan ini bisa dipatuhi dan dipahami oleh anggota keluarga yang masih  anak2 yang mungkin akan terus bertanya2.

Dan semoga wabah ini pun cepat berlalu dari negeri ini, sehingga mereka bisa kembali menikmati aktifitas shalat berjamaah di mesjid yang sudah membuat nyaman hati mereka.. Aamiin..aamiin  aamiin ya robbal alamiin..

(Citayam-Bogor, Gantira,  21 Maret 2020)

Thursday 19 March 2020

"Akhir Sebuah Dilema"

Semalam, saya beri intruksi pada anak2 bahwa mulai sekarang  untuk sementara shalat fardhu di rumah saja mengikuti anjuran dari Fatwa MUI  14/20.

Putriku yang paling kecil, yang masih status paud, langsung angkat bicara, "Tapi pah, cowokkan shalatnya harus di mesjid, gak boleh di rumah?"

Putraku yang nomber dua, yang statusnya kelas 6 SD, langsung protes, "Yaaaa, nanti aku dapatnya cuma 1 pahala donk. Gak dapat 36 kali lipat?"

Putriku yang nomber satu, yang baru kelas 1 smp, langsung memberi nasehat, "Pah, takut itu hanya kepada Allah bukan pada Corona?"

Ibunya mereka pun langsung merespon kegalauan mereka, "Bahwa selain ibadah, kita harus taat ulama dan ulil amri kita. Allah akan tetap membalas  kita untuk taat pada yang Allah perintahkan, salah satunya taat pada mereka. Pada jaman Rasulullah pun, pada kondisi hujan lebat kita diijinkan shalat di rumah apalagi kalau wabah penyakit menyerang suatu daerah."

Mendengar jawaban dari belahan jiwaku, putra putriku manut tapi tetap nampak kurang puas atas keputusanku itu.

Semalaman, saya terus gelisah dalam kedilemaan kuputusan tersebut. Lalu coba kuingat2 lagi isi fatwa MUI 14/20. Saya baru ingat ternyata ada satu pernyataan pada point 3b, yang berisi:

"Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang, maka ia tetap wajib menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar virus corona, seperti tidak kontak fisik langsung (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun."

Setelah ingat itu, akhirnya saya bisa tenang. Ketika mereka bangun, lalu saya bilang sama putraku bahwa keputusan papa berubah. Boleh shalat fardhu di mesjid, dengan syarat bawa sajadah sendiri, setelah shalat langsung pulang, untuk sementara jangan salam2an dulu. Sebelum masuk rumah, cuci tangan dulu pakai sabun.

Mendengar perubahan keputusanku, putraku langsung senang, lalu mengambil sajadah dan berjalan cepat menuju mesjid. Dalam perjalanan, saya panggil dia. Dan kukatakan bahwa saat keluar rumah baca dulu doa "'Bismillahi tawakkaltu 'alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah'..

Alhamdulillah, akhirnya kedilemaankupun telah terurai.

(Citayam-Bogor, Gantira,  19 Maret 2020)

Tuesday 11 February 2020

Anugrah yang Berbeda-Beda

Kalau kita amati dengan seksama. Ternyata orang yang lebih kaya, pintar, cakep, sholeh dan hal2 lainnya yang positif daripada kita sangat banyak.

Begitu pula sebaliknya  kalau kita perhatikan dengan seksama ternyata orang yang lebih miskin, bodoh, kurang cakep, kurang sholeh dan hal2 lainnya yang negatif ternyata banyak juga tidak kalah banyaknya dari point di atas.

Hikmahnya dari pengamatan itu adalah bahwa di satu sisi kita jangan sombong karena orang yang diberi anugrah lebih dari kita itu banyak dan di satu sisi lagi kita harus bersyukur karena  kita pun diberi anugrah yang banyak yang melebihi orang lain.

Dan untungnya, islam sangat adil, yaitu kita akan diberi balasan sesuai dengan yang telah dianugrahkan pada kita bukan pada orang lain.

Saya jadi ingat akan sebuah kisah dari seorang ulama yang menceritakan tentang dirinya yang pernah bermimpi bertemu dengan orang2 yang sudah meninggal di suatu pemakaman. Ternyata orang paling mulia dari orang2 yang sudah meninggal itu bukan seorang ulama yang banyak menyebarkan agama tapi ternyata seorang yang mendapatkan cobaan hidup yang berat baik dari segi penyakit maupun kemiskinannya, tapi dia oleh Allah diberi anugrah kesabaran yang luar biasa sehingga derajatnya bisa menyaingi seorang ulama di perkuburan itu yang sangat dikenal luas akan perjuangannya.

Oleh karena itu, janganlah pernah iri/dengki pada anugrah yang Allah berikan pada orang lain karena kita tidak akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang mereka terima.

Yang bisa kita lakukan adalah berusahalah melakukan yang terbaik dari anugrah yang telah diberikan pada kita karena kita akan diminta pertanggungjawaban terhadap anugrah itu.

Sesungguhnya yang membedakan antara satu dengan yang lain hanyalah ketakwaannya, bukan anugrah fisik.

Bila kita diuji menjadi orang kaya maka jadilah orang kaya yang bertakwa. Bila kehidupan kita dicoba dengan  kemiskinan maka jadilah orang miskin yang bertakwa.

Bila kita ditakdirkan jadi orang yang sehat dan kuat jadilah orang sehat san kuat yang bertakwa. Begitu juga jika kita ditentukan menjadi orang yang sering sakit dan lemah maka jadilah orang sakit dan lemah yang bertakwa.

Sesungguhnya siapapun orangnya serta dalam kondisi apapun, maka pada dasarnya dia bisa menjadi orang yang bertaqwa sesuai kondisinya. Dan sesungguhnya orang yang paling mulia diantara manusia adalah orang2 yang paling bertakwa,  dalam kondisi apapun itu.

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

(Gantira, 11 Februari 2020, Bekasi)