Wednesday 6 April 2011

Perjalanan Panjang yang Singkat

Buku yang kubaca membuatku lupa bahwa aku sedang dalam perjalanan di dalam kereta.
 .
Kenikmatan saat membaca buku tulisan Ibnu Qayyim ini membuat hatiku terpana menikmati isinya.

Disaat kereta berhenti di sebuah stasiun, terdengar suara lagu-lagu cinta. Awalnya lagu itu mengganggu kenikmatanku dalam melahan setiap makna dalam buku yg kugenggam. Namun lama kelamaan, lagu itu terus menyusup dalam hatiku dan mulai terasa merdu. Sehingga kenikmatan berganti menjadi menikmati sebuah lagu, sedangkan kenikmatan buku secara bertahap berkurang.

Saat kereta mulai melaju kembali. Suara lagu-lagu cinta itu mulai memudar. Dan aku pun berusaha kembali menikmati buku yang kupegang.

Awalnya untuk menikmati buku itu agak sulit, namun lama kelamaan mulai menyusup kembali di dadaku.

Mendapatkan pelajaran ini, aku jadi teringat akan perjalanan panjangku yg singkat ini.

Awalnya aku begitu iri pd orang-orang yang memiliki banyak harta, titel berjubel dan jabatan tinggi. Setelah kucoba menata dalam mendapatkan apa yg kuiri itu.Terasa situasi setelah mendudukinya tidak seindah yang kubayangkan sebelumnya.

Lalu aku pun mulai beralih menyisihkan waktu untuk mempelajari ajaran-Nya. Saat kupahami tiap ayat-Nya, terasa ada kenikmatan tersendiri. Kubayangkan bila aku mengamalkannya maka kenikmatan itu akan bertambah.

Sedikit demi sedikit kulakukan dalam hidupku, ternyata kenikmatan yang kurasakan melebihi yang kubayangkan sebelumnya. Sehingga kesibukan dunia menjadi hambar dan membuat hatiku tidak nyaman karena sedikit banyak mengurangi waktuku dalam menikmati pengamalan ajaran-Nya.

Sehingga rasa iri ini berganti dari rasa iri kepada orang yang mendapat limpahan dunia menjd rasa iri kepada orang yang memiliki waktu yang banyak untuk mengamalkan ajaran-Nya.

Dari perjalanan panjang yg singkat ini, membuatku paham ternyata cahaya tidak bisa bersatu dengan kegelapan.

Bagi orang yang sudah menikmati kegelapan akan merasa heran kepada org yang menikmati cahaya yang menurutnya suatu siksaan tersendiri.

Begitu juga orang yang terbiasa menikmati cahaya akan merasa aneh kepada orang yang menikmati kegelapan.

Namun disamping itu, kenikmatan masing masing tanpa disadari bisa bertukar juga. Dimana bila orang yang awalnya suka pd cahaya, terus dia mencoba sedikit demi sedikit pada kegelapan maka akhirnya dia menikmati kegelapan itu.

Begitu juga sebaliknya orang yang terbiasa menikmati kegelapan, bila dia memaksakan diri pindah pada cahaya terang, maka dia pun akan merasakan kenikmatan cahaya yang terang.

Perjalanan panjang ini, akan terasa singkat setelah kita lalui.

(Gantira, 6 April 2011, Jakarta)