Monday 28 December 2015

"Pembahasan Asmaul Husna"

Sesungguhnya pengetahuan tentang Allah serta nama2 dan sifat-2-Nya adalah semulia2nya ilmu.

Dimana Ilmu tentang Allah adalah asal segala ilmu. Maka barangsiapa yang mengetahui Allah, dia akan mengetahui yang selain Allah. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui Tuhannya, maka dia akan lebih tidak mengetahui yang lain-Nya. Allah berfirman:

 وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

" Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik".
(Qs. Al-Hasr:19)

Jumlah Asmaul Husna adalah  99 nama, pada jum'at sebelumnya telah dibahas tentang "Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salaam, Al-Mu'min, Al-Muhaimin,  Al-Aziiz dan Al Jabbar yang intinya adalah

1. Ar-Rahman

Yang artinya adalah Yang Maha Pengasih

Dialah yang mengasihi dan merahmati  semua makhluk ciptaan-Nya tanpa kecuali (semua makhluk melata di darat, laut dan udara serta semua manusia baik yang beriman maupun tidak) secara adil dan merata selama di dunia.

2. Ar-Rahim

Artinya Yang Maha Penyayang

Dialah yang mengasihi, merahmati, menyayangi dan mencintai khusus umat dan kaum yang mulia, manusia-manusia muslim yang beriman di dunia dan di akhirat. Dilimpahkan begitu banyak kemuliaan bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya.

3. Al-Malik

Artinya Yang Maha Merajai/Memerintah

Al-Malik adalah yang mampu memerintah dan melarang, memuliakan dan menghinakan, memberi rizqi dan menahannya, mengangkat dan merendahkan.

Apa yang diperintahkan-Nya akan membawa kepada kecintaan-Nya dan apa yang dilarang-Nya akan menyeret kepada kemurkaan-Nya.

4. Al-Quddus

artinya Yang Maha Suci

Allah adalah Dzat Yang Maha Suci. Ini dapatlah dipahami bahwa Dia memiliki Kesucian yang mutlak. Suci karuniaNya. Suci pemeliharaanNya. Suci keagunganNya, suci keputusanNya, suci takdirNya, suci segala yang menjadi sifatNya. KesucianNya tidak dinodai oleh apa pun. Oleh karena itu, sebagai hambaNya yang beriman, kita hendaknya bertasbih kepadaNya.

5. As-Salaam

Artinya Mahaselamat (Sejahtera)

Makna dari nama mulia ini ialah Yang Mahaselamat dari semua aib dan kekurangan, karena kesempurnaan yang ada pada Dzat-Nya, sifat2 dan perbuatan2-Nya.

Jika kita melihat satu2 dari sifat2 kesempurnaan-Nya, maka kita akan mendapati setiap sifat tersebut selamat dari segala hal yang berlawanan dengan kesempurnaannya.

6. Al Mu'min

Artinya Yang Maha Memberi Keamanan

Dia Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Jika bukan karena Allah swt yang memberikan rasa aman dalam hati, niscaya kita akan senantiasa gelisah, takut, dan cemas.

Setiap orang takut yang berlindung kepada Allah dengan tulus, niscaya ia akan mendapati Allah Ta'ala dengan tulus, niscaya ia akan mendapati Allah Ta'ala memberikan keamanan kepadanya dari rasa takut itu.

7. Al Muhaimin

Artinya Yang Maha Pemelihara

Hak Allah SWT bahwa dia mengurus keperluan makhluk-Nya, berupa pekerjaan mereka, rizqi mereka, dan ajal mereka, yaitu dengan memperhatikan, menguasai dan memeliharanya.

Allah Maha Menyaksikan. Tidak ada perbuatan baik yang tidak disaksikan oleh Allah, tidak ada perbuatan buruk yang lepas dari pengawasan Allah. Perbuatan baik dan benar akan dijamin mendapat balasan yang setimpal, bahkan sangat mungkin dilipatgandakan.

8. Al-Aziiz

Artinya Yang Maha Perkasa/Yang Maha Mulia

Al-Aziiz adalah yang memiliki kekuatan ('izzah) yang sempurna. Dan salah satu tanda kesempurnaan kekuasaan-Nya adalah selamatnya Dia dari semua keburukan, kekurangan dan aib. Sebab semua hal itu akan menafikan kekuasaan-Nya yang sempurna.

Al-’Aziz artinya yang memiliki segala macam kemuliaan: kemuliaan kekuatan, kemuliaan kemenangan, dan kemuliaan pertahanan. Sehingga tidak seorangpun dari makhluk dapat mencelakai-Nya. Dan Ia mengalahkan dan menundukkan seluruh yang ada, sehingga tunduklah kepada-Nya seluruh makhluk karena kebesaran-Nya.”

9. Al Jabbar

Al Jabbar artinya Yang Mahakuasa

Allah Mahakuasa memperbaiki keadaan hamba dengan melepaskannya dari kesulitan, serta menghilangkan darinya kesusahan.

Semua makhluk patuh dalam gerakan dan diamnya, apa yang mereka bawa dan tinggalkan adalah milik Raja dan Pengatur mereka. Mereka tidak memiliki sedikit pun dari urusan tersebut, tidak pula dalam hal hukum, tetapi semua urusan hanya milik Allah.

Dia yang Maha Tinggi dengan Dzat-Nya di atas seluruh makhluk-Nya, yaitu ketinggian Dzat, kedudukan, dan kekuasaan.

Sumber utama untuk tema ini diambil dari:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

'Pembahasan Asmaul Husna'


Sesungguhnya pengetahuan tentang Allah serta nama2 dan sifat-2-Nya adalah semulia2nya ilmu.

Dimana Ilmu tentang Allah adalah asal segala ilmu. Maka barangsiapa yang mengetahui Allah, dia akan mengetahui yang selain Allah. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui Tuhannya, maka dia akan lebih tidak mengetahui yang lain-Nya. Allah berfirman:


 وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

" Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik".
(Qs. Al-Hasr:19)

Jumlah Asmaul Husna adalah  99 nama, pada jum'at sebelumnya telah dibahas tentang "Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salaam, Al-Mu'min, Al-Muhaimin dan Al-Aziiz yang intinya adalah

1. Ar-Rahman

Yang artinya adalah Yang Maha Pengasih

Dialah yang mengasihi dan merahmati  semua makhluk ciptaan-Nya (semua makhluk melata di darat, laut dan udara serta semua manusia baik yang beriman maupun tidak) tanpa kecuali secara adil dan merata selama di dunia.

2. Ar-Rahim

Artinya Yang Maha Penyayang

Dialah yang mengasihi, merahmati, menyayangi dan mencintai khusus umat dan kaum yang mulia, manusia-manusia muslim yang beriman di dunia dan di akhirat. Dilimpahkan begitu banyak kemuliaan bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya.

3. Al-Malik

Artinya Yang Maha Merajai/Memerintah

Al-Malik adalah yang mampu memerintah dan melarang, memuliakan dan menghinakan, memberi rizqi dan menahannya, mengangkat dan merendahkan.

Apa yang diperintahkan-Nya akan membawa kepada kecintaan-Nya dan apa yang dilarang-Nya akan menyeret kepada kemurkaan-Nya.

4. Al-Quddus

artinya Yang Maha Suci

Allah adalah Dzat Yang Maha Suci. Ini dapatlah dipahami bahwa Dia memiliki Kesucian yang mutlak. Suci karuniaNya. Suci pemeliharaanNya. Suci keagunganNya, suci keputusanNya, suci takdirNya, suci segala yang menjadi sifatNya. KesucianNya tidak dinodai oleh apa pun. Oleh karena itu, sebagai hambaNya yang beriman, kita hendaknya bertasbih kepadaNya.

5. As-Salaam

Artinya Mahaselamat (Sejahtera)

Makna dari nama mulia ini ialah Yang Mahaselamat dari semua aib dan kekurangan, karena kesempurnaan yang ada pada Dzat-Nya, sifat2 dan perbuatan2-Nya.

Jika kita melihat satu2 dari sifat2 kesempurnaan-Nya, maka kita akan mendapati setiap sifat tersebut selamat dari segala hal yang berlawanan dengan kesempurnaannya.

6. Al Mu'min

Artinya Yang Maha Memberi Keamanan

Dia Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Jika bukan karena Allah swt yang memberikan rasa aman dalam hati, niscaya kita akan senantiasa gelisah, takut, dan cemas.

Setiap orang takut yang berlindung kepada Allah dengan tulus, niscaya ia akan mendapati Allah Ta'ala dengan tulus, niscaya ia akan mendapati Allah Ta'ala memberikan keamanan kepadanya dari rasa takut itu.

7. Al Muhaimin

Artinya Yang Maha Pemelihara

Hak Allah SWT bahwa dia mengurus keperluan makhluk-Nya, berupa pekerjaan mereka, rizqi mereka, dan ajal mereka, yaitu dengan memperhatikan, menguasai dan memeliharanya.

Allah Maha Menyaksikan. Tidak ada perbuatan baik yang tidak disaksikan oleh Allah, tidak ada perbuatan buruk yang lepas dari pengawasan Allah. Perbuatan baik dan benar akan dijamin mendapat balasan yang setimpal, bahkan sangat mungkin dilipatgandakan.


8. Al-Aziiz

Artinya Yang Maha Perkasa/Yang Maha Mulia

Al-Aziiz adalah yang memiliki kekuatan ('izzah) yang sempurna. Dan salah satu tanda kesempurnaan kekuasaan-Nya adalah selamatnya Dia dari semua keburukan, kekurangan dan aib. Sebab semua hal itu akan menafikan kekuasaan-Nya yang sempurna.

Al-’Aziz artinya yang memiliki segala macam kemuliaan: kemuliaan kekuatan, kemuliaan kemenangan, dan kemuliaan pertahanan. Sehingga tidak seorangpun dari makhluk dapat mencelakai-Nya. Dan Ia mengalahkan dan menundukkan seluruh yang ada, sehingga tunduklah kepada-Nya seluruh makhluk karena kebesaran-Nya.”



9. Al Jabbar

Al Jabbar artinya Yang Mahakuasa

Allah Mahakuasa memperbaiki keadaan hamba dengan melepaskannya dari kesulitan, serta menghilangkan darinya kesusahan.

Semua makhluk patuh dalam gerakan dan diamnya, apa yang mereka bawa dan tinggalkan adalah milik Raja dan Pengatur mereka. Mereka tidak memiliki sedikit pun dari urusan tersebut, tidak pula dalam hal hukum, tetapi semua urusan hanya milik Allah.

Dia yang Maha Tinggi dengan Dzat-Nya di atas seluruh makhluk-Nya, yaitu ketinggian Dzat, kedudukan, dan kekuasaan.

Sunday 27 December 2015

"Tingkatan Kedudukan Manusia"



Ada 4 tingkatan kedudukan manusia yang bisa terjadi di dunia ini, yaitu:

Tingkatan Pertama, yaitu orang yang taat pada semua perintah-Nya. Dia berusaha mempelajari dan memahami semua firman-Nya beserta hadist Rasul-Nya lalu berusaha mengamalkannya semata2 untuk mencari ridho-Nya. Inilah tingkatan tertinggi yang akan memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat.

Tingkatan Kedua, yaitu orang yang memberdayakan akal dan hati nuraninya secara maksimal. Dia berusaha bebas dan tidak mau dipengaruhi oleh agama ataupun pendapat banyak orang. Dia berusaha merealisasikan apa yang diyakini oleh akal dan hati nuraninya. Tingkatan orang seperti ini biasanya mendapatkan keunggulan di dunia tapi tidak di akhirat.

Tingkatan Ketiga, yaitu orang yang mengikuti apa pendapat umum yang berlaku pada saat itu. Jika mayoritas berpendapat A maka dia ikut pendapat A, namun bila mayoritas berpindah ke pendapat B maka dia pun ikut berpindah ke pendapat B. Dia tidak memiliki pendirian. Orang seperti ini berada pada posisi rata2, dia aman di dunia namun tidak bisa menjadi yang terbaik. Sedangkan untuk kehidupan akhirat tergantung dari pendapat umum yang berlaku saat itu. Jika mayoritas beriman, maka dia akan beruntung mendapatkan kebaikan di akhirat. Namun jika mayoritas selalu berbuat dholim, maka akhiratnya  akan merugi karena dia telah salah langkah mengikuti mayoritas yang dholim.

Tingkatan Keempat, yaitu orang yang lebih mengutamakan hawa nafsunya. Dia tidak peduli terhadap orang lain yang menasehatinya. Dia berani melawan arus masyarakat bila hal itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Kedudukan nya lebih rendah dari kedudukan binatang. Untuk kedudukan orang seperti ini maka dia akan memperoleh kehinaan di dunia sekaligus di akhirat.

Jadi jika kita ingin menjadi manusia terunggul, maka yang terbaik adalah mengikuti dan mengamalkan semua firman-Nya dan sabda Nabi-Nya. Insya Allah kita akan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Semoga kita termasuk salah satu di dalamnya.

(Gantira, 27 Desember 2015, Bogor)

Friday 25 December 2015

"Menanti Waktu yang Tepat untuk Sebuah Kebahagiaan"

Suatu yang menyenangkan itu tidak akan berakhir indah jika tidak pada waktunya.

Bercumbu dan bergandengan tangan erat dengan lawan jenis yang kita sukai tidaklah berujung  indah bila ikatan resmi belum disahkan. Karena yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu selain berdosa juga akan terjadi saling mendholimi di antara mereka.

Memegang jabatan tinggi tidaklah seindah yang dibayangkan jika kita belum siap dan belum waktunya menjabat. Karena yang terjadi adalah masalah semakin kacau dan kita memperoleh celaan dari banyak orang.

Memiliki rumah dan kendaraan yang bagus serta mahal tidaklah seindah yang dibayangkan jika kita belum siap memilikinya. Karena yang terjadi bisa saja membuat kita semakin stess dikarenakan biaya pemeliharaan dan pajak yang tak sanggup kita bayar. Sehingga yang terjadi adalah hutang kita semakin menumpuk dan keresahan semakin meningkat karena takut mengundang para perampok.

Serta banyak lagi hal lainnya yang nampak menyenangkan, namun bila datang belum pada waktunya maka yang didapat adalah tidaklah seindah yang kita bayangkan.

Jadi, teruslah berdoa dan berusaha untuk menggapai apa2 yang kita inginkan. Lalu bersabarlah menunggu semuanya datang pada waktunya sehingga yang akan terjadi adalah lebih indah dari yang kita bayangkan.

( Gantira, 26 Desember 2015, Bogor)

6. Al - Aziiz

A. Pendahuluan

Al-Aziiz adalah yang memiliki kekuatan ('izzah) yang sempurna. Dan salah satu tanda kesempurnaan kekuasaan-Nya adalah selamatnya Dia dari semua keburukan, kekurangan dan aib. Sebab semua hal itu akan menafikan kekuasaan-Nya yang sempurna.

Nama Al-Asma`ul Husna, Al-Aziiz disebutkan di dalam Al-qur'an hampir mencapai 100 kali, salah satu diantaranya sebagaimana yang  terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 129:

إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

“Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Sedangkan di dalam hadits di antaranya diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَفَاةً عُرَاةً غُرْلاً كَمَا خُلِقُوا…. فَأَقُوْلُ كَمَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ: إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

“Manusia dikumpulkan di Hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak dikhitan sebagaimana dahulu mereka diciptakan.Maka aku mengatakan seperti yang dikatakan seorang hamba yang shalih: Jika engkau siksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan jika Engkau ampuni mereka, sesungguhnya Engkau adalah Al-Aziz (Maha Perkasa) dan Maha Bijaksana. (Shahih, HR. At-Tirmidzi dalam Kitab Shifatul Qiyamah Bab Ma Ja`a fi Sya`nil Hasyr no. 2423. Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani mengatakan: Shahi

B.Arti dan Makna Al-Aziiz

Al-Aziiz artinya Maha Perkasa atau Maha Mulia

Adapun makna nama Allah Al-Aziz adalah yang memiliki sifat ‘izzah.Al-‘Izzah menurut para ulama memiliki tiga makna:

1. Al-’Izzah ( yang berasal dari kata عَزَّ-يَعِزًُّ artinya pertahanan diri dari musuh yang hendak menyakiti-Nya sehingga tidak mungkin tipu dayanya akan sampai kepada-Nya.

Sebagaimana dalam hadits qudsi Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي …

“Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya kalian tak akan dapat mencelakai Aku, sehingga membuat Aku celaka…”

2. Al-’Izzah yang berasal dari kata( عَزَّ-يَعُزُّ artinya mengalahkan dan memaksa.

Contoh penggunaan kata itu dengan makna tersebut:

إِنَّ هذَا أَخِي لَهُ تِسْعٌ وَتِسْعُوْنَ نَعْجَةً وَلِيَ نَعْجَةٌ وَاحِدَةٌ فَقَالَ أَكْفِلْنِيْهَا وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ

“Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Dia berkata: Serahkanlah kambingmu itu kepadaku, dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan. (Shad: 23)

Sehingga maknanya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Perkasa, memaksa dan mengalahkan musuh-musuh-Nya, sedang musuh-Nya tidak mampu mengalahkan dan memaksa-Nya. Makna inilah yang paling banyak penggunaannya.

3. Dari kata عَزَّ-يَعَزُّ artinya kuat/Mulia.

(Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin mengatakan:

“Sifat ‘izzah menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bahwa tiada yang menyerupainya dalam hal kuat/mulia kedudukan-Nya.”

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan:

“Al-’Aziz artinya yang memiliki segala macam kemuliaan: kemuliaan kekuatan, kemuliaan kemenangan, dan kemuliaan pertahanan. Sehingga tidak seorangpun dari makhluk dapat mencelakai-Nya. Dan Ia mengalahkan dan menundukkan seluruh yang ada, sehingga tunduklah kepada-Nya seluruh makhluk karena kebesaran-Nya.”



مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (QS Fathir 35: 10)

Allah yang Maha Mulia, kesempurnaan sifat-Nya yang Maha Mulia ini sangat sulit atau tidak mungkin diraih oleh makhluknya sama sekali. Bahkan untuk membayangkan seberapa besar kemuliaan Allah tidak ada manusia yang mampu.

Laisa kamitslihi syaiun (Tidak ada yang serupa dengan-Nya). Puncak kemuliaan yang tidak pernah tersentuh oleh kehinaan sama sekali, tanpa cacat dan tanpa cela. Bahkan sebenarnya, bahwa tidak ada satu makhluk yang mampu mengenal Allah dalam arti yang sebenarnya. Hanya Allah sendiri yang mengenal siapa sebenarnya Allah yang Maha Mulia itu.

Sedangkan Allah dengan segala kekayaan yang dimilikinya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk yang hidup di semesta alam ini.

Allahushshamad, Allah tempat bergantung segala sesuatu. Semua makhluk yang hidup maupun yang tidak hidup keberadaannya di dunia ini tergantung kepada Allah. Lengkaplah sudah sifat keperkasaan atau kemuliaan Allah.

C. Pengaruh Nama Al-’Aziz pada Hamba

Pengaruhnya pada diri seorang hamba, diantaranya adalah:

1. Nama tersebut membuahkan sikap tunduk kepada-Nya

Dan tidak mungkin bagi makhluk untuk melakukan sesuatu untuk memerangi Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti melakukan riba atau merampok. Karena keduanya merupakan salah satu bentuk memerangi Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 279 dan Al-Ma‘idah ayat 33.

2. Nama ini membuahkan sifat mulia dalam diri seorang mukmin dalam berpegang dengan agamanya, sehingga ia mulia di hadapan orang kafir, merendah di hadapan mukminin.

Karena keperkasaan atau kemuliaan itu milik Allah semuanya maka bagi siapa saja yang menghendaki keperkasaan atau kemuliaan tidak ada jalan lain kecuali memohonnya kepada Allah.

Dia harus meyandarkan segala upaya untuk mencapai keperkasaan atau kemuliaan tersebut kepada Allah. Menempuh jalan dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan Allah untuk memperoleh kemuliaan tersebut.

Dalam surat Al father 35: 10 Allah berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka kemuliaan itu seluruhnya hanya milik Allah. ”

Maka hanya dengan berbuat taat kepada Allah kita bisa mendapatkan kemuliaan tersebut. Dan memang demikian, bahwa dihadapan Allah orang yang paling taat dalam arti paling taqwa akan menjadi orang yang paling mulia.

Dalam surat Al Hujurat Allah berfirman: Inna akramakum ‘indallahi atqaakum (Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu adalah orang yang paling bertakwa).

Disamping itu dengan nada menghibur Allah memberitakan kepada orang-orang beriman bahwa mereka itu memiliki derajat yang sangat tinggi kalau mereka termasuk ke dalam kelompok orang yang beriman. Janganlah kalian bersedih dan jangan khawatir sedang kalian lebih tinggi derajatnya jika kamu termasuk orang-orang beriman (Q.S. Ali Imran 3: 139).


3.  Nama ini membuahkan sikap selalu memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kejahatan musuh karena Dia-lah yang Maha Kuat lagi Perkasa.

D. Penutup

Orang yang faham akan makna al-Aziiz akan senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang menurunkan derajat akhlaknya. Dia akan berusaha mengambil amalan yang meninggikan derajatnya dan menghindari amalan yang merendahkan dirinya sendiri.

Bahkan terhadap amal-amal yang meskipun menurut syareat halal, akan tetapi kalau amal itu menurunkan kemuliannya akan dia hindari.

Mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk meraih kemulian itu dengan berbuat taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Sumber:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet


(Gantira, Bogor 26 Desember 2015)

Sunday 20 December 2015

Suasana Syukur dan Sabar


Mungkin kita pernah melihat sebuah gambar karikatur tetang seorang yang pejalan kaki melihat dan membayangkan nikmatnya seorang yang sedang naik sepeda; seorang yang sedang naik sepeda melihat dan membayangkan nikmatnya naik motor; seorang yang sedang naik motor melihat dan membayangkan nikmatnya naik mobil.

Namun pada situasi lain, dimana jalanan sedang macet total. Maka situasi gambar itu bisa menjadi terbalik, dimana seorang yang naik mobil melihat dan membayangkan nikmatnya naik motor yang bisa selap selip melewati dirinya walaupun pelan; orang yang sedang naik motor pun sama membayangkan nikmatnya orang yang sedang naik sepeda yang bisa mengangkat kendaraannya melewati dirinya, dan orang yang sedang naik sepeda pun membayangkan nikmatnya  pejalan kaki yang bisa terus berjalan melewati dirinya tanpa membawa beban yang berat.

Itulah berbagai situasi yang mungkin terjadi pada hidup kita. Sehingga dengan pengalaman yang berbeda2 itu akan menyadarkan kita bahwa pada dasarnya setiap orang itu akan mengalami kebahagiaan dan kesengsaraan tersendiri dalam tiap waktu yang berbeda2.

Sehingga dua modal utama yang harus dimiliki dalam mengarungi kehidupan ini adalah bersabar dan bersyukur. Saat susah maka pergunakanlah modal bersabar, sebaliknya saat memperoleh kenikmatan maka gunakanlah modal bersyukur.

(Bandung, 20 Desember 2015)

Thursday 17 December 2015

6. Al-Muhaimin

A. Pendahuluan

Al-Muhaimin artinya Yang Maha Pemelihara.

Di dalam Al-Qur’an hanya ada satu ayat yang menunjukkan Al-Muhaimin sebagai nama Allah SWT. Yakni dalam firman-Nya:

هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ‌ الْمُتَكَبِّرُ‌ ۚ سُبْحَانَ اللَّـهِ عَمَّا يُشْرِ‌كُونَ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. al-Hasyr [59]: 23).


B. Makna Al-Muhaimin

Kata Al-Muhaimin
berasal dari kata kerja ‘haimana, yuhaiminu' yang secara behasa mencakup beberapa makna:
1. Menguasai dan mengurusi segala sesuatu
2. Mengawasi dan menyaksikan segala sesuatu
3. Menjaga dan memelihara segala sesuatu

Hak Allah SWT bahwa dia mengurus keperluan makhluk-Nya, berupa pekerjaan mereka, rizqi mereka, dan ajal mereka, yaitu dengan memperhatikan, menguasai dan memeliharanya. Jadi yang menghimpunkan ketiga makna itulah Al-Muhaimin.

Al biqo’iy dalam tafsirnya menjelaskan tentang makna kata al Muhaimin serta penempatannya sebagai al asma’ul husna yang terletak sesudah assalaam dan al mu’min.

Ulas beliau, bahwa untuk terpenuhinya rasa damai dan aman yang dikandung oleh kata assalaam dan al mu’min tentu diperlukan pengetahuan yang sangat dalam menyangkut hal-hal yang bersifat tersembunyi, karena itu kedua kata ini disusul dengan sifat-Nya al Muhaimin. Karena sifat ini bermakna kesaksian yang dilandasi oleh pengetahuan menyeluruh tentang detail,serta pandangan yang mencakup keseluruhan yang lahir maupun yang bathin, maka tidak satu yang tersembunyipun yang tersembunyi bagi-Nya apalagi yang lahir dalam kenyataan.

Allah Maha Menyaksikan. Tidak ada perbuatan baik yang tidak disaksikan oleh Allah, tidak ada perbuatan buruk yang lepas dari pengawasan Allah. Perbuatan baik dan benar akan dijamin mendapat balasan yang setimpal, bahkan sangat mungkin dilipatgandakan.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa al-Muhaimin berarti yang menyaksikan amalan makhluk-Nya, dalam artian mengawasi mereka.

Dan dalam tafsirnya al-Wasiith, Syaikh al-Thanthawi menjelaskan bahwa al-Muhaimin berarti yang mengawasi para hamba-Nya, mengetahui perkataan, perbuatan dan segala kondisi hamba-Nya

Jadi secara ringkasnya makna "Al-Muhaimin" adalah yang mengetahui rahasia2 segala perkara dan yang disembunyikan oleh dada2, yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang menyaksikan amal perbuatan  makhluk, mengawasi mereka dalam berbicara dan berbuat. Tidak ada yang tersembunyi sedikit pun dari perbuatan mereka meskipun sebiji sawi di atas bumi atau di atas langit.


C. Konsekwensi dari nama al-Muhaimin

Konsekwensi dari nama Al-Muhaimin yang mencakup semua makna di atas, menuntut adanya:

1. Sifat ilmu yang tidak ada batasnya dan kekuasaan yang sempurna yang meliputi segala sesuatu.

Sehingga jika kita mengatakan bahwa Allah SWT. sebagai al-Muhaimin, maka itu berarti Allah SWT. memiliki ilmu sempurna yang tidak ada batasnya.

Tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi bagi-Nya di langit dan bumi. Dia maha mengetahui apa yang sudah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi.

Allah SWT. berfirman:

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ‌ وَالْبَحْرِ‌ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَ‌قَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْ‌ضِ وَلَا رَ‌طْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”. (QS. al-An’am [6]: 59).

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْ‌ضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْ‌شِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْ‌ضِ وَمَا يَخْرُ‌جُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُ‌جُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ‌

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Hadiid [57]: 4).

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ‌

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS. Ghafir [40]: 19).

اللَّـهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْ‌ضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ‌ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ‌ وَأَنَّ اللَّـهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. al-Thalaq [65]: 12).


2. Allah SWT. Maha kuasa atas segala sesuatu.

Tidak ada yang tidak mampu dilakukan Allah SWT. dan tidak ada batas bagi kekuasaan-Nya.

Allah SWT. berfirman:

قُلِ اللَّـهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ‌ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ‌

Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali ‘Imran [3]: 26).

وَلِلَّـهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْ‌ضِ ۗ وَاللَّـهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ‌

kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu. (QS. Ali ‘Imran [3]: 189).

إِنَّمَا أَمْرُ‌هُ إِذَا أَرَ‌ادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ ﴿٨٢﴾ فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْ‌جَعُونَ ﴿٨٣﴾

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. Yaasin [36]: 82-83).


D. Makna berdoa dengan nama Al-Muhaimin

Ketika kita berdoa kepada Allah dengan nama Al-Muhaimin, berarti kita:

1. Mohon supaya Allah menyaksikan amal baik kita, menjamin hidup kita, menjamin masa depan kita, menjamin keselamatan kita di dunia dan akhirat.

2. Memohon diawasi tindak-tanduk kita agar tidak melenceng dan terjerumus ke dalam jurang kesengsaraan dan kehancuran.

3.  Memohon dipelihara dari fitnah dan bencana, kita mohon Allah memberikan keputusan yang terbaik kepada kita.


E. Buah keimanan kepada nama Allah ‘al-Muhaimin’

Keimanan kepada nama Allah, Al-Muhaimin akan menghasilkan beberapa hal dalam diri kita, yaitu:

1. Merasakan keagungan Allah SWT. dalam penguasaan, pengawasan, penjagaan dan pemeliharaan-Nya terhadap segala sesuatu dengan ilmu dan kekuasaan-Nya yang sempurna.

Allah SWT. berfirman:

وَمَا يَعْزُبُ عَن رَّ‌بِّكَ مِن مِّثْقَالِ ذَرَّ‌ةٍ فِي الْأَرْ‌ضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ‌ مِن ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ‌ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yunus [10]: 61).

2. Tsiqah (percaya) kepada Allah SWT. dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya sehingga tidak ada perasaan takut kepada apapun dan siapapun kecuali kepada-Nya.

Karena Dia lah yang Maha mengawasi, menguasai, mengatur, menjaga dan memelihara segala sesuatu.

3. Memberikan kekuatan kepada jiwa seorang mukmin untuk dapat menghadapi segala cobaan dan tantangan hidup

Karena dia mengetahui bahwa Allah SWT. Maha mengetahui segala sesuatu dan ia meyakini bahwa Allah SWT. tidak akan memilihkan untuk para hamba-Nya kecuali yang terbaik dan paling bermanfaat untuk kehidupannya, terutama untuk kehidupan akhiratnya.

Sehingga bagaimanapun cobaan dan musibah yang menimpanya ia meyakini bahwa pasti itulah yang terbaik baginya. Allah SWT. berfirman:

فَعَسَىٰ أَن تَكْرَ‌هُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّـهُ فِيهِ خَيْرً‌ا كَثِيرً‌ا

(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. al-Nisa` [4]: 19).

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْ‌هٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تَكْرَ‌هُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ‌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ‌ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. al-Baqarah [2]: 216).

4.  Meningkatkan muraqabatullah dan rasa malu terhadap Allah SWT. dalam diri seorang mukmin karena mengetahui bahwa Allah SWT. Maha mengetahui dan mengawasi semua yang dilakukannya.

Allah SWT. berfirman:

إِنَّ اللَّـهَ لَا يَخْفَىٰ عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْ‌ضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ

Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. (QS. Ali ‘Imran [3]: 5).

F. Penutup

Manusia cenderung berkeluh kesah, karena ketidakadilan, kezaliman orang lain. Bukan karena Allah SWT lalai, akan tetapi hal tersebut merupakan ujian bagi umat-Nya di dunia, untuk mencapai kemenangan hakiki, yang nantinya akan dilihat di akhirat.

Orang beriman pasti dimenangkan oleh Allah SWT., meskipun terlihat “kalah” di dunia. Karena sesungguhnya Allah Maha Memelihara orang2 yang beriman.

Semoga kita semua termasuk salah seorang hamba yang merasa selalu di awasi-Nya sehingga kita terhindar dari perbuatan mendholimi diri sendiri dan orang lain serta semoga kita juga termasuk salah seorang hamba yang senantiasa dijaga-Nya..aamiin..3x

Sumber:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 18 Desember 2015, Bogor)

Monday 14 December 2015

"Bahan Perbincangan Dari Sebuah Keluarga "



Bila dilihat dari sisi ekonomi, ada dua golongan rumah tangga di dalam masyarakat, yaitu:
1. Golongan pertama, merupakan golongan yang menjadi bahan perbincangan para tetangga lainnya.
2. Golongan kedua, merupakan golongan yang luput dari bahan  perbincangan para tetangganya.

Ciri dari golongan pertama adalah sebuah rumah tangga yang memiliki ekonomi yang lebih tinggi dari tetangganya yang diperlihatkannya dengan memiliki rumah dan kendaraan yang lebih mewah dari sekitarnya atau sebuah rumah tangga yang memiliki ekonomi dibawah rata2 yang diperhatikannya dengan meminta2 dan menyusahkan tetangga sekitarnya.

Sedangkan ciri golongan kedua adalah sebuah rumah tangga yang memiliki ekonomi yang lebih tinggi dari sekitarnya namun dia tidak memperlihatkannya secara mencorong atau sebuah rumah tangga yang ekonominya dibawah rata2 tapi dia tidak suka meminta2 ataupun menyusahkan tetangganya.

Jadi bila kita ingin masuk pada golongan kedua maka saat kita memiliki ekonomi yang lebih tinggi dari rata2 maka perhatikanlah tetangga sekitar jangan berusaha melebihi mereka, dan kalau kita mendesak butuh rumah dan mobil yang lebih mewah maka tunggu sampai tetangga memilikinya atau kita memiliki rumah lagi ditempat lingkungan yang lebih elit sehingga kita tetap tidak memperlihatkan keluarga yang paling kaya di lingkungan tersebut.

Sebaliknya bila ekonomi kita di bawah rata2, namun kita tetap ingin masuk pada golongan kedua maka berusaha untuk tidak meminta2 dan tidak menyusahkan orang lain. Atau kalau kita tidak bisa menahan diri melihat kemewahan tetangga kita maka berpindahlah ke lingkungan yang ekonomi tetangganya rata2 sama dengan kita atau di bawah kita.

Begitu juga bila kita berharap tidak iri pada tetangga atau tidak membicarakan kejelekan mereka maka jangan terlalu mengamati tetangga yang ekonominya nampak lebih tinggi dari kita dan tidak juga terlalu mengingat2 tetangga yang selalu kita kita berikan bantuan.

(Gantira, 15 Desember 2015, Bogor)

Saturday 12 December 2015

Sebuah Kesadaran dan Sebuah Konsekuensi



Ada salah satu perkara yang harus kita sadari bahwa akibat durhaka pada orang tua itu akan disegerakan balasannya di dunia.

Hidup kita selama di dunia, setelah tergantung ketentuan-Nya juga tergantung akhlak kita dan juga tergantung keridhaan orang tua kita.

Jadi kalau kita ingin bahagia, selamat dan makmur dunianya maka jagalah hubungan dengan orang tua, hormati dan senangkan mereka.

Jika kita berselisih dan berbeda pendapat dengan mereka hingga membuat mereka kecewa dan murka maka siap2lah dunia kita akan berantakan.

Namun bila kita berbeda pendapat dengan mereka terhadap perkara dunia kita hanya karena ingin menyelamatkan akhirat kita yang mana pemahaman kita dengan mereka berbeda terhadap perkara dunia yang kita alami itu. Maka berusahalah untuk memberikan pemahaman kepada mereka atas keputusan kita dengan cara yang baik dan bijak.

Namun jika mereka tetap menentang pemahaman kita dan merasa kecewa dengan keputusan yang kita ambil, maka teruslah berjalan walau orang tua kita murka karena yang harus didahulukan adalah Allah dan Rasul-Nya kemudian orang tua kita.

Namun bagaimanapun kita harus siap dengan konsekuensi berantakannya dunia kita. Tapi yakinlah bahwa kehidupan akhirat jauh lebih penting daripada kehidupan dunia.

Disamping itu, sadari juga bahwa kesuksesan tertinggi seseorang saat di dunia ini bukanlah dilihat dari seberapa suksesnya kita namun dilihat dari  seberapa sukses anak2 kita.

Jadi wajar saja mereka kecewa bila  dunia kita tidak sesuai harapan mereka. Namun kita tetap berharap bahwa anak2 kita akan tetap sukses dunia dan akhiratnya, karena bagaimanapun juga kehidupan anak2 kita tergantung pada keridhaan kita pada mereka.

Kita sebagai orang tua sebaiknya bersikap netral terhadap perkara dunia. Biarkan mereka memutuskan pilihan yang terbaik untuk dunia mereka selama mereka tidak melanggar aturan-Nya. Dengan harapan dunia dan akhirat mereka akan selamat.

(Gantira, 13 Desember 2015, Bogor)

Friday 11 December 2015

5. Al - Mu'min

A. Pendahuluan

Semua orang ingin mendapatkan rasa aman karena hal itu merupakan sebuah naluri dan sifat fitrah manusia baik secara pribadi maupun sosial.

Manusia adalah makhluk yang lemah, yang sangat membutuhkan bantuan dari sesama makhluk lainnya untuk mendapatkan rasa aman. Ia butuh orang lain untuk menjamin makannya, yang membantu menyembuhkan rasa sakitnya serta yang melindunginya ketika diancam oleh musuh-musuhnya, sehingga sebagai pribadi dan kelompok, manusia akan selalu berusaha untuk memperoleh rasa aman dengan cara yang berbeda-beda.

Keamanan adalah kebutuhan penting bagi kita sebagai seorang manusia. Kehidupan kita akan terasa nyaman dan berjalan dengan semestinya karena adanya keamanan. Negara yang tidak aman pasti akan sulit melaksanakan pembangunan. Kehidupan masyarakat juga akan terancam jika tidak ada jaminan keamanan di suatu negara.

Orang atau negara yang lemah biasanya akan meminta perlindungan kepada yang lebih kuat dari padanya. Dan apabila rasa aman yang diharapkan ternyata tidak tercapai, maka dia akan berusaha untuk mencari perlindungan lain atau menambah pelindung-pelindung dengan membentuk suatu kelompok yang lebih besar sehingga menjadi bertambah kuat, sehingga bertambah pulalah rasa amannya.

Apabila rasa aman yang mereka harapkan ternyata pada akhirnya tidak mampu mereka dapatkan seperti ketika tanah mereka sudah tidak lagi layak untuk ditanami, sumber air yang sudah susah untuk didapatkan, bencana alam dan wilayah mereka diinvansi oleh musuh-musuh mereka, maka mereka akan ramai-ramai meninggalkan wilayah mereka yang sudah tidak lagi memberi rasa aman tersebut menuju ke tempat yang lain yang menurut mereka bisa memberi rasa aman.

Namun demikian, bahaya yang jumlahnya tidak terhingga itu akan selalu silih berganti mendatangi mereka, sehingga manusia akan selalu hidup dalam ketakutan dan diliputi oleh perasaan tidak aman dalam hidupnya.

Dalam kondisi ini, manusia akan berusaha meminta bantuan kepada tuhan-tuhan mereka atau kepada sesuatu yang dipertuhankan oleh mereka, seperti patung dan berhala, api, matahari serta sesuatu yang mereka dewa-dewakan atau apa saja yang mereka anggap mampu memberikan rasa aman.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya ketika siksa Allah menimpa suatu kaum, maka tidak akan ada seorangpun yang dapat memberi mereka rasa aman, karena memang manusia tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan benteng perlindungan dari siksa Allah “ Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan ) peringatanKu ( QS : 067 :  Al Mulk : Ayat : 16 – 17 )

Sesungguhnya rasa aman itu hanyalah berasal dari Allah SWT, sehingga orang yang merasa aman hanyalah orang-orang yang diberi rasa aman oleh Allah SWT dan lawan dari rasa aman adalah al-Khauf yang berarti rasa takut.

Dengan demikian, maka sesungguhnya rasa aman yang dirasakan di dunia ini dengan segala macam bentuknya, semuanya berada dalam kekuasaan Allah SWT Yang Memberi Rasa Aman, Yang memberi nikmat dan mencegah bahaya “ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” ( QS : 007 : Al A’raaf : Ayat : 96 )

Dengan demikian, nyatalah bahwa sesungguhnya rasa aman yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya yang beriman, kadarnya akan sangat sesuai dengan tingkat keimanan dan kekuatan tauhidnya terhadap kekuasaan Allah atas rasa aman tersebut.
“ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta “. ( QS : 041 : Fushshilat : Ayat : 31 – 31 )

Ketahuilah bahwa keamanan dan rasa aman yang kita peroleh tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya bisa kita dapatkan bila kita dekat dengan Allah, sering berdzikir, rajin membaca Al-Qur'an, rajin sholat, dan lain-lain. Ada orang yang merasa dirinya tidak aman walaupun situasinya aman dan tentram. Sebaliknya ada juga orang yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi dan keadaan genting dan kacau.


B. Arti dan Makna Al-Mu'min

Al-Mu'min secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran, ketenangan hati, dan aman.

Al-Mu'min artinya Maha Mengaruniakan Keamanan, yaitu Dia Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Dengan begitu, hati manusia menjadi tenang.

Kehidupan ini penuh dengan berbagai permasalahan, tantangan, dan cobaan. Jika bukan karena Allah Swt. yang memberikan rasa aman dalam hati, niscaya kita akan senantiasa gelisah, takut, dan cemas. Di antara kandungan makna dari nama-Nya Al-Mukmin adalah memberikan keamanan bagi orang yang takut. Sebagaimana dalam firman-Nya,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (55)

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Qs. An-Nur : 55)

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, "Al-Mu'min adalah
Yang Maha Memberikan keamanan kepada makhluk-Nya dan tidak menzhaliminya".

Setiap orang takut yang berlindung kepada Allah dengan tulus, niscaya ia akan mendapati Allah Ta'ala  memberikan keamanan kepadanya dari rasa takut itu. Oleh karena itu, keamanan seluruh hamba ada di tangan Allah semata.

Allah Ta'ala memberikan keamanan kepada para hamba-Nya yang beriman dan para wali-Nya yang bertakwa dari siksa dan hukuman-Nya. Allah Ta'ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Qs. Al-An'am:82)


أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"... Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? .."(Qs. Fushshilat : 40)

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

""Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita." (Qs. Al-Ahqaf: 13)

C. Contoh sederhana

Contoh dan bukti sederhana bahwa Allah bersifat Al - Mu'min dapat kita lihat dalam diri kita sendiri. Seperti pada tubuh kita, Allah menciptakan alis di atas mata yang berfungsi melindungi mata dari keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata dari debu dan binatang - binatang kecil.

Bukti lain diluar tubuh kita seperti ketika Rasulullah ingin Hijrah dari Mekkah ke kota Madinah. Pada malam keberangkatan Nabi Muhammad, sekeliling rumah Nabi telah di pagar betis oleh orang - orang Quraisy yang ingin membunuh Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi dengan sifat Al - Mukmin Allah telah memberi keselamatan kepada Rasulullah. Rasulullah dengan aman dapat keluar dari rumah dan meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah.

Orang yang beriman kepada Allah Al - Mu'min akan selalu tenang dan tidak gegabah dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi yang genting dan kacau sekalipun.

D. Perintah dan Larangan
-Nya

Beberapa perintah dan larangan-Nya kepada manusia yang terkait salah satu sifat Allah ini, adalah:

1. Berdoa

Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah Swt. dengan nama-Nya al-Mu'min, berarti kita memohon diberikan keamanan, dihindarkan dari fitnah, bencana dan siksa. Karena Dialah Yang Maha Memberi keamanan, Dia Yang Maha Pengaman.

Dalam nama al-Mu'min terdapat kekuatan yang dahsyat dan luar biasa. Ada pertolongan dan perlindungan, ada jaminan (insurense), dan bala bantuan.

2. Berdzikir

Berzikir dengan nama Allah Swt. di samping menumbuhkan dan memperkuat  keyakinan dan keimanan kita, bahwa keamanan dan rasa aman yang dirasakan manusia sebagai makhluk adalah suatu rahmat dan karunia yang diberikan sari sisi Allah Swt.

Beberapa contoh dzikir yang dianjurkan dibaca pada dzikir pagi dan sore yang terkait dengan memohon perlindungan Allah adalah

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا.
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb yang berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan. Perbaikilah segala urusanku dan jangan serahkan kepadaku sekalipun sekejap mata selamanya (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu)” – dibaca pada waktu pagi dan sore.

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ.
“Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya” – yang dibaca di waktu sore sebanyak tiga kali.

3. Menjaga lidah dan tangannya dari mendholimi orang lain

Seorang yang beriman harus menjadikan orang yang ada disekelilingnya aman dari gangguan lidah dan tangannya. Berkaitan degan itu, Rasulullah saw. bersabda:"Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Para sahabat bertanya, "Siapa ya Rasulullah saw.?' Rasulullah menjawab, 'Orang yang tangannya merasa tidak aman dari gangguannya.'" (H.R. Bukhari dan Muslim).

4. Berbuat berbagai macam kebaikan

Seorang Mukmin dituntut harus mampu menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan rasa aman itu terhadap lingkungannya.

“ Barangsiapa yang membawa kebaikan, Maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu.” ( QS : 027 : An Naml : Ayat : 89 )

V. Penutup

Sifat Allah Al Mu'min ini menerangkan bahwa Allah memberi rasa aman dan tenteram dalam hati hamba-Nya. Jadi jika kita ingin selalu aman dan tentram, kita harus selalu berdoa dengan nama-Nya, senantiasa berdzikir, menjauhkan diri dari berbuat dholim serta selalu berbuat berbagai amal kebaikan. Jika kita senantiasa melakukan hal ini maka  Allah akan memberi rasa aman dan ketentraman dalam hati hamba-Nya.

Semoga kita termasuk salah seorang hamba yang senantiasa mendapatkan pertolongan-Nya, aamiin..3x


Sumber:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 11 Desember 2015, Bogor)

Wednesday 9 December 2015

"Pada Dasarnya Kita Tak Berdaya"

"Pada Dasarnya Kita Tak Berdaya"

Janganlah terlalu menyalahkan diri akan keteledoran kita terdahulu hingga menyebabkan sisa waktu kita  terbuang percuma dengan dipenuhi tangisan, penyesalan dan lamunan. Sadarilah bahwa kita tak berdaya pada apa yang sudah ditakdirkan oleh-Nya.

Seandainya waktu berulang kembali dan kita bersikap berlawanan dari yang telah kita lakukan, maka kejadian itu akan tetap terjadi.

Jangan pula kita terlalu membanggakan diri akan tindakan tepat kita terdahulu hingga menyebabkan waktu kita terbuang dengan sia2 dengan dipenuhi kesombongan, merasa berjasa dan cerita kemana2 akan jasa kita. Sadarilah bahwa kita tak berdaya pada apa yang sudah ditakdirkan oleh-Nya.

Seandainya waktu berulang kembali dan kita bersikap berlawanan dari yang telah kita lakukan, maka kejadian itu akan tetap terjadi.

Yang bisa kita lakukan dari apa yang telah terjadi bukanlah dengan kesedihan yang berlarut2 atau kebanggaan yang berulang2. Namun yang terbaik yang bisa kita lakukan pada peristiwa yang sudah terjadi adalah dengan mengambil hikmahnya.

Bila kita telah berbuat salah maka beristigfarlah lalu bertobat kepada-Nya dan berusaha tidak mengulangi lagi serta berganti dengan tindakan yang tepat di masa kini dan akan datang.

Bila kita telah berbuat benar dan tepat, maka bersyukurlah kepada-Nya dan berharap serta berdoa agar dimasa datang kita bisa tetap berbuat dengan tepat dan benar.

Ketahuilah bahwa segala sesuatu itu tergantung pada ujungnya. Jika awalnya baik, namun ujungnya salah; atau awalnya benar, namun ujungnya salah maka dia termasuk orang yang  celaka.

Sebaliknya jika awalnya salah namun berakhir dengan benar; atau jika  awalnya benar dan ujungnya pun benar maka dia termasuk orang yang beruntung.

Ketahuilah bahwa ujung sebuah kehidupan adalah kematian dan kita tidak akan tahu dengan pasti kapan ujungnya itu tiba pada kita. Namun yang jelas, jika kita masih diberi kehidupan maka di saat itu kita masih diberi kesempatan.

Semoga kita semua di anugrahi sebagai seorang yang berujung dengan husnul khatimah, yaitu akhir kehidupan kita dalam keadaan baik dan taat kepada-Nya, aamiin...3x

(Gantira, 9 Desember 2015, Bogor)

Tuesday 8 December 2015

"Sungguh...Semua Ada waktunya"

Selama kita terus berusaha mencari rizqi yang halal dan terus berjuang keras, namun selama itu juga apa yang kita harapkan belum datang. Maka janganlah berkecil hati karena semua ada waktunya.

Selama kita terus berdoa dan terus berusaha untuk taat pada semua perintah-Nya, namun selama itu  juga  belum terkabulkan. Maka janganlah berputus asa karena semua ada waktunya.

Selama kita terus berobat dan terus bersabar menahan rasa sakit yang sering muncul, namun selama itu juga  kesembuhan  belum datang. Maka janganlah terlalu bersedih karena semua ada waktunya.

Selama kita terus memperbaiki akhlak dan terus berta'aruf, namun selama itu juga calon pasangan hidup yang diharapkan belum datang. Maka janganlah terlalu kecewa karena semua ada waktunya.

Sungguh... rizqi itu akan terasa sangat indah saat datang  pada waktu  hati kita hampir lenyap.

Sungguh... terkabulkannya doa itu akan terasa sangat indah saat kita hampir berputus asa mengharapkannya.

Sungguh... kesembuhan itu akan terasa sangat indah  saat kita hampir tak berdaya menahan kesedihan yang tak tertahankan.

Sungguh... kedatangan pasangan hidup itu akan terasa sangat indah saat kita hampir hilang harapan.

Sungguh... waktu terindah yang dialami oleh seorang mukmin yang taat adalah saat napas terakhirnya dengan jiwa yang tenang dia kembali kepada-Nya
dengan hati yang puas lagi diridhai lalu masuk bersama jamaah hamba2-Nya ke dalam surga-Nya.

Sungguh... semuanya akan terasa sangat indah bila waktunya benar2 telah tiba.

Marilah kita songsong kebahagiaan terindah itu dengan keoptimisan, kesabaran, keyakinan dan harapan akan datangnya rahman dan rahim-Nya. Semoga kita semua termasuk di dalamnya, aamiin..3x

(Gantira, 8 Desember 2015, Bogor)

Monday 7 December 2015

Jagalah Pandangan dan Teruslah Melangkah



Jagalah pandangan kita, tetaplah menatap lurus pada apa yang menjadi tujuan hidup kita. Jangan mengumbar pandangan dengan terlalu sering menengok kanan - kiri yang tidak kita perlukan; karena semua itu akan mengaburkan pandangan kita hingga tujuan kita jadi buyar dan jalan hidup kita menjadi bimbang.

Ingatlah bahwa segala sesuatu yang sudah, sedang dan akan terjadi pada hakikatnya sudah tertulis dalam lauhful mahfuz. Semua sudah digariskan dan tidak bisa dirubah lagi.

Kita mengetahui, meyakini dan memahami akan adanya takdir ini, bukan semata2 agar kita berusaha mengubahnya. Tapi semua itu dimaksudkan agar kita berlomba2 dalam beramal dengan sebaik mungkin sesuai kemampuan kita, serta agar kita ridho terhadap apa yang sudah digariskan oleh-Nya.

(Gantira, 7 Desember 2015, Bogor)

Sunday 6 December 2015

Ikutilah Pada Siapa Yang Lebih Tahu



Agar hidup kita lancar serta terhindar dari kegagalan dan kekecewaan  yang mungkin  terus berulang maka ikutilah pada siapa yang lebih tahu.

Sesungguhnya seorang dokter spesialis bidang penyakit tertentu yang sudah teruji lebih tahu dari dokter umum atau orang awam lainnya, maka utamakanlah untuk mengikuti nasihatnya. Sedangkan pendapat dari yang lain cukuplah sebagai masukan untuk meningkatkan kesembuhan kita.

Sesungguhnya kita lebih tahu terhadap apa yang kita rasakan dan apa tujuan hidup kita daripada orang lain yang belum tentu bisa merasakan apa yang kita alami, maka utamakanlah apa yang menjadi dorongan hati kita. Sedangkan pandangan orang lain, jadikanlah hanya sebagai masukan semata bukan penentu hidup kita.

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya jauh lebih tahu tentang kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat, maka utamakanlah al-qur'an dan hadist sebagai pedoman  hidup untuk kita ikuti, sedangkan bisikan hati dan pendapat seluruh manusia hanya sebagai masukan saja untuk membuat kita semakin memahami apa yang terkandung dalam kedua sumber utama pedoman hidup ini.

Sungguh beruntung orang yang tahu, menyadari serta mengikuti pada siapa yang lebih tahu  untuk setiap perkara yang dihadapinya.

(Gantira, 6 Desember 2015, Bogor)

"Sami’na Wa Atho’na"



Sikap terbaik seorang mukmin terhadap ajaran-Nya adalah
"sami’na wa atho’na" (Kami dengar dan kami patuh). Sebagaimana yang diabadikan dalam surat an-Nuur: 51: “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “KAMI MENDENGAR, DAN KAMI PATUH.” Dan mereka itulah orang-orang yang BERUNTUNG.”


Orang mukmin akan menerima semua ajaran-Nya, baik dengan sukarela maupun dengan terpaksa; Baik itu membuat hatinya senang ataupun membuat hatinya gundah gulana; Baik itu menguntungkan ataupun nampak merugikan; Baik itu membuat jiwa dan raganya bahagia ataupun membuatnya sengsara.

Sikap "sami’na wa atho’na" ini dilakukan karena semata2 yakin bahwa Dia Mahasempurna; Dimana semua ajaran-Nya pasti untuk kemaslahatan manusia; Namun seringkali banyak manusia belum memahaminya; Sehingga sikap terbaik seorang mukmin terhadap semua ajaran-Nya adalah
"sami’na wa atho’na".

Kurang sempurna bila sikap seorang muslim hanya mau menjalankan apa yang membuatnya senang, nyaman, membahagiakan dan menguntungkan pribadinya. Namun meninggalkan apa yang nampak membuatnya sedih, resah, sengsara, dan merugikan dirinya. Karena sikap seperti ini hanya akan membuatnya plin plan dan ragu dalam menjalankan ajaran-Nya secara kaffah.

Sikap menerima sebagian dan menolak yang lainnya adalah sikap yang tercela sebagaimana yang dinyatakan dalam  QS Al-Baqarah 85:

 "Apakah kamu beriman  kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”

Sikap seorang mukmin berusaha berbeda jauh dengan sikap seorang yahudi dengan ungkapannya "sami’na wa ashoina (Kami mendengar tapi kami tidak mentaati)"; atau berusaha menghindari sikap seorang munafik dengan ungkapannya "sami’na wa hum laa yasma’uun ( 'kami mendengar', padahal mereka tidak mendengarkan)".

Sikap seorang Yahudi dan seorang munafik sangat dikecam oleh-Nya sebagaimana termuat dalam firman-Nya dalam Qs. Al-Baqarah ayat 93:

“…Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab: “KAMI MENDENGAR TETAPI TETAPI TIDAK MENTAATI”.

dan juga dalam  Qs. al-Anfal 20-21:

“Hai org2 beriman, taatlah kpd Allah & RasulNya dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, sedang kamu mendengar. Dan janganlah kamu seperti orang-orang MUNAFIQ yg berkata: “KAMI MENDENGARKAN”, PADAHAL MEREKA TIDAK MENDENGARKAN.”

Semoga hati kita diberikan keteguhan dan keistiqomahan hingga bisa bersikap "Sami’na Wa Atho’na" terhadap ajaran-Nya sampai akhir napas kita, aamiin...3x.

(Gantira, 7 Desember 2015, Bogor)

Saturday 5 December 2015

Segelintir Orang



Di dunia ini, hanya ada segelintir orang saja yang memiliki visi dan misi hidup yang jelas dan tegas. Sedangkan sebagian besar lainnya hanyalah sebagai follower atau pengikut pada segelintir orang ini.

Segelintir orang ini, ada yang membawa pada kemakmuran untuk dirinya dan dunia sekitarnya; namun ada juga  yang membawa pada kehancuran dirinya dan dunia sekitarnya.

Kalau kita mampu, sanggup dan yakin akan tujuan hidup kita maka jangan takut untuk menjadi segelintir orang itu. Karena pada akhirnya akan ada juga para follower yang akan mengikuti kita.

Namun kalau kita tidak mampu, sanggup, atau yakin dengan tujuan hidup kita. Maka yakinkanlah diri kita bahwa kita sedang menjadi salah seorang follower segelintir orang yang memiliki tujuan hidup yang benar yang akan membawanya pada kemakmuran dirinya dan dunia sekitarnya.

Jangan sampai kita menjadi segelintir orang yang membawa pada kehancuran diri kita dan dunia sekitarnya atau menjadi follower segelintir orang tersebut.

(Gantira, 6 Desember 2015, Bogor)

Friday 4 December 2015

4. As-Salaam

A. Pendahuluan

As-Salaam artinya Mahaselamat (Mahasejahtera)

Nama tersebut disebutkan di dalam Al-qur'an, yaitu pada firman Allah Ta'ala,



 هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚسُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan." (Surat Al-Hasyr:23)

Makna dari nama mulia ini ialah Yang Mahaselamat dari semua aib dan kekurangan, karena kesempurnaan yang ada pada Dzat-Nya, sifat2 dan perbuatan2-Nya. Allah Ta'ala adalah Mahaselamat lagi Maha hak dari segala tinjauan. Allah Ta'ala Mahaselamat dari istri dan anak; Mahaselamat dari saingan dan tandingan, dari kesamaan dan keserupaan; Mahaselamat dari sekutu dan serikat.

Jika kita melihat satu2 dari sifat2 kesempurnaan-Nya, maka kita akan mendapati setiap sifat tersebut selamat dari segala hal yang berlawanan dengan kesempurnaannya. Kehidupan-Nya selamat dari kematian, rasa kantuk, dan tidur. Demikian pula dalam mengurus makhluk-Nya secara terus menerus dan kekuasaan-Nya selamat dari rasa lelah dan letih. Ilmu-Nya selamat dari tersembunyinya sesuatu dari-Nya atau munculnya kelalaian. Keinginan-Nya selamat dan tidak keluar dari jalur hikmah dan mashlahat. Firman-Nya selamat dari dusta dan aniaya. Kekayaan-Nya selamat dari segala kebutuhan kepada selain-Nya dari segala segi; Justru selain-Nya yang butuh kepada Dia; Dia Mahakaya dari siapa saja selain-Nya. Kerajaan-Nya selamat dari pihak lain yang memusuhi, berserikat atau menolong dan membantu, atau memberi syafa'at di sisi-Nya dengan tanpa izin dari-Nya.

Ampunan-Nya selamat dari kehinaan atau main2 sebagaimana halnya pada selain-Nya. Bahkan semua itu adalah murni kedermawanan-Nya, kebaikan, dan kemuliaan-Nya. Demikian pula siksa-Nya, kerasnya azab-Nya dan cepatnya hukuman-Nya selamat dari kezhaliman atau balas dendam atau kasar dan keras. Bahkan semua itu murni hikmah-Nya, keadilan-Nya dan penempatan-Nya segala sesuatu sesuai dengan tempatnya masing2. Dengan semua itu. Allah Ta'ala berhak mendapatkan pujian dan sanjungan sebagaimana Dia berhak mendapatkan semua itu lantaran kebaikan, pahala,  dan segala kenikmatan-Nya.

Qadha dan takdir-Nya selamat dari kesia-sian, kezhaliman, aniaya, dan anggapan bahwa Dia dapat terjatuh kepada hal yang bertentangan dengan hikmah agung-Nya. Syariat dan agama-Nya selamat dari kontradiksi, perselisihan, keguncangan, atau menyelisihi maslahat hamba2, rahmat-Nya, perbuatan baik-Nya kepada mereka atau menyelisihi hikmah-Nya. Bahkan syariat-Nya seluruhnya penuh dengan hikmah, rahmat, maslahat, dan keadilan.

Pemberian-Nya selamat dari keadaannya sebagai ganti atau karena keperluan untuk diberikan. Mencegahnya Dia (tidak memberi) selamat dari kikir dan takut fakir. Bahkan pemberian-Nya adalah murni perbuatan baik, bukannya sebagai ganti atau keperluan. Mencegahnya Dia juga murni keadilan dan hikmah yang tidak terkontaminasi dengan sifat kikir dan kelemahan.

Bersemayamnya Allah dan ketinggian-Nya di atas Arsy-Nya selamat dari keadaan-Nya yang membutuhkan sesuatu untuk memikul-Nya atau untuk Bersemayamnya Dia. Bahkan Arsy yang membutuhkan-Nya dan para pemikul Arsy juga butuh kepada-Nya. Karena Dia tidak membutuhkan Arsy dan para pemikulnya dan dari segala sesuatu selain keduanya. Itu adalah bersemayam dan ketinggian yang tidak dapat dibatasi dan tidak membutuhkan Arsy atau yang lainnya, dan tidak pula meliputi-Nya Subhanahu wa Ta'ala, bahkan Allah telah ada tanpa ada Arsy dan Dia tidak membutuhkannya, Dia Mahakaya lagi Maha Terpuji. Bahkan Bersemayamnya Dia di atas Arsy-Nya dan berkuasanya Dia atas seluruh makhluk merupakan konsekuensi dari kekuasaan dan keperkasaan-Nya, tanpa butuh kepada Arsy atau makhluk lain sama sekali.

Pertolongan-Nya kepada para wali-Nya selamat dari membutuhkan (makhluk), sebagaimana makhluk yang
satu membutuhkan yang lain. Allah tidak menafikan bahwa Dia memiliki wali secara mutlak. Namun, yang Allah nafikan dari-Nya adalah adanya wali lantaran Dia membutuhkannya.

Demikian pula kecintaan Allah bagi orang2 yang mencintai-Nya dan para wali-Nya selamat dari faktor2 cintanya makhluk kepada makhluk yang lain, karena mereka membutuhkan cinta itu, membutuhkan kelembutan atau mengambil manfaat karena kedekatan tersebut, dan selamat dari apa yang diucapkan tanpa dalil.

B. Ucapan Salam

Diantara kandungan maknanya adalah bahwasanya Allah Tabaraka wa Ta'ala Pemilik ucapan salam, yakni Yang mengucapkan salam kepada para hamba-Nya, Dia juga mengucapkan salam kepada para rasul dan nabi-Nya lantaran keimanan mereka, kesempurnaan penghambaan mereka dan mereka menyampaikan risalah yang terang. Allah Ta'ala berfirman,

قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللَّهُ خَيْرٌ أَمْ مَا يُشْرِكُونَ (59)
Katakanlah, "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia ?” (Qs. An-Naml ayat 59)

Allah mengucapkan salam kepada hamba2 dan para wali-Nya di surga tempat segala kenikmatan. Allah Ta'ala berfirman,

سَلَامٌ قَوْلًا مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ

"(Kepada mereka dikatakan): 'Salam', sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang." (QS. Yasin: 58)

Allah Tabaraka wa Ta'ala menjadikan surga-Nya sebagai negeri keselamatan bagi para hamba-Nya dari kematian, rasa sakit, kesedihan, penyakit, gundah gulana, dan lain sebagainya. Allah Ta'ala berfirman

 لَهُمْ دَارُ السَّلَامِ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۖ وَهُوَ وَلِيُّهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan." (Qs. Al-An'am:127)

Allah Tabaraka wa Ta'ala menjadikan tersebarnya nama ini di dunia sebagai sebab masuk surga di akhirat. Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

 لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

"Kalian tak akan masuk surga hingga kalian beriman, & tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yg mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi? Sebarkanlah salam di antara kalian." (Hr. Muslim nomor 54)


C. Ucapan Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh artinya "semoga keselamatan, keberkahan, dan kasih sayang (rahmat) dari Allah SWT menyertai Anda/kalian".

Ucapan seorang Muslim yang berbunyi "Assalamu'alaikum" adalah sebuah pemberitahuan bagi orang yang disalami bahwa dia aman dari tipuan, kecurangan dan tindakan yang tidak baik dari orang yang mengucapkannya. Dan orang yang yang mendapat salam menjawab dengan ucapan serupa, yang berarti semoga Allah memberikan hal yang sama pula atasmu.

Ucapan Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, mengandung hikmah bahwa rahmat dan barakah lebih sempurna daripada sekedar salamah yang disebutkan secara menyendiri. Sebab salamah itu adalah menghindarkan dari segala keburukan. Sedangkan rahmah dan barakah adalah memperoleh kebaikan yang terus menerus, kokoh dan terus bertambah. Dan ini lebih sempurna, sebab inilah yang diinginkan.

Rasulullah melarang para sahabatnya untuk menyampaikan salam kepada Allah, sebab salam kepada orang yang disalami adalah sebagai doa kepadanya agar ia selamat. Sedangkan Allah adalah Dzat yang  dari-Nya diminta permohonan, dan bukan yang didoakan. Maka, mustahil untuk mendoakan salam untuk-Nya. Karena Allah-lah yang mengucapkan salam dan kesejahteraan atas hamba-Nya. Sebagaimana yang Dia mengucapkan salam itu dalam kitab-Nya,

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ (180) وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ (181)


"Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul." (Qs. Ash-Shaffaat:180-181)

 Juga Rasulullah bersabda,

لاَ تَقُوْلُوا: السَّلاَمُ عَلَى اللهِ، فَإِنَّ اللهَ هُوَ السَّلاَمُ

"Janganlah kalian mengatakan, 'Keselamatan atas Allah; karena Allah adalah as-Salam.”' (HR. al-Bukhari no. 831)


D. Penutup

Dengan mengimani nama Allah as-Salam, kita mengetahui kebesaran Allah dan Dia Mahaselamat dari semua aib dan kekurangan, karena kesempurnaan yang ada pada Dzat-Nya, sifat2 dan perbuatan2-Nya.  Keyakinan ini membuat kita semakin mantap dalam beribadah kepada-Nya karena Rabb yang kita ibadahi adalah Rabb Yang Mahasempurna, tiada kekurangannya sedikit pun. Dengan demikian, segala pinta dan harapan kita dalam tawakal dan doa tidak akan sia-sia. Dia pasti memenuhi janji-Nya dan Mahakuasa untuk memenuhinya karena Dia Mahakaya dan Mahamampu. Maka dari itu, ibadahilah Dia satu-satu-Nya, tentu ibadah kita takkan sia-sia. Tinggalkan semua sesembahan selain-Nya, karena selain-Nya tidak ada yang memiliki kesempurnaan seperti yang dimiliki-Nya, yang ada justru berbagai kekurangan.


Sumber:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 4 Desember 2015, Bogor)