Monday 30 November 2015

"Seorang Pemimpin"

Salah satu faktor kesuksesan dalam memimpin adalah melayani, membimbing dan siap berkorban untuk memenuhi kebutuhan orang2 yang dipimpinnya dalam mencapai tujuan bersama.

Jika seseorang enggan melayani atau berkorban bagi orang lain, maka jangan mimpi ingin jadi pemimpin atau diakui sebagai pemimpin mereka.

Seorang ayah adalah pemimpin bagi istri dan putra-putrinya. Sehingga seorang ayah harus siap berkorban dalam mendidik, menafkahi, melindungi dan memberikan contoh akhlak yang baik buat mereka. Jika seorang ayah enggan berkorban, maka jangan tersinggung jika istri dan putra-putrinya enggan mengakui dia sebagai pemimpin mereka.

Seorang ibu adalah pemimpin bagi putra putrinya. Sehingga seorang ibu harus siap berkorban dalam meluangkan waktunya untuk membesarkan dan mendidik putra- putrinya dengan akhlak terbaik untuk pembentukan karakter mereka. Jika seorang ibu enggan mengorbankan waktunya untuk mereka, maka jangan heran jika anak-anaknya nanti tidak mengakui kepemimpinannya.

Seorang bupati, gubernur bahkan presiden adalah pemimpin bagi rakyat di daerahnya. Sehingga dia mesti mau berkorban untuk ikut menyelesaikan permasalahan yang timbul pada rakyatnya. Jika dia tidak mau berkorban, bahkan malah menimbulkan permasalahan baru maka jangan marah jika rakyatnya enggan mengakui kepemimpinannya.

Ingatlah Rasulullah, beliau adalah pemimpin umat Islam umat islam di dunia dan di akhirat kelak. Karena beliau mau berkorban untuk umatnya dalam mensejahterakan dunia dan akhirat mereka. Bahkan saat menjelang wafatnya kata-kata terakhir beliau adalah 'umati, umati, umati...'

Ingat pula Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, mereka adalah para pemimpin umat Islam saat itu. Mereka diakui kepemimpinannya karena mereka mau mengorbankan hidupnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran umat islam saat itu.

Jadi sebelum kita ingin jadi dan diakui sebagai seorang pemimpin di suatu komunitas tertentu, maka tanyalah dulu diri kita apakah kita siap melayani dan berkorban untuk kepentingan dan kemaslahatan komunitas tersebut. Jika enggan melakukannya, maka jangan bermimpi jadi pemimpin di wilayah itu.

(Gantira, 1 Desember 2015, Bogor)

Sunday 29 November 2015

3. Al - Quddus

A. Pendahuluan

Al-Quddus artinya Yang Maha Suci, yaitu Yang Suci atau terpelihara dari segala aib, keburukan, kekurangan dan dari semua yang tidak layak.

Allah adalah Dzat Yang Maha Suci. Ini dapatlah dipahami bahwa Dia memiliki Kesucian yang mutlak. Suci karuniaNya. Suci pemeliharaanNya. Suci keagunganNya, suci keputusanNya, suci takdirNya, suci segala yang menjadi sifatNya. KesucianNya tidak dinodai oleh apa pun. Oleh karena itu, sebagai hambaNya yang beriman, kita hendaknya bertasbih kepadaNya.

Sebagaimana salah satu ucapan para Malaikat yang ada dalam Qs. Al-Baqarah ayat 30:

وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَك

َ "... padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau.."

Pendapat jumhur ulama tafsir menjelaskan  para malaikat berkata bahwa mereka senantiasa mensucikan-Nya dan mengkuduskan-Nya dari semua sifat yang tidak sesuai dengan-Nya.

Sesungguhnya tasbih kepada Allah, menyucikan, dan mengagungkan-Nya wajib dilakukan sesuai dengan dalil2 dari Al-qur'an dan As-sunnah serta sesuai dengan pemahaman kaum salaf umat ini. Sama sekali tidak boleh dibangun di atas dasar hawa nafsu semata, praduga2 rusak atau analogi2 akal yang dangkal.

Barangsiapa  yang di dalam bertasbih dan menyucikan Allah bersandar dengan hawa nafsu tanpa petunjuk dari Allah maka sesungguhnya dia telah tergelincir dan terjerumus ke dalam aneka ragam kebatilan dan macam2 kesesatan. Barangsiapa yang Allah selamatkan dirinya dari jalan tersebut dalam bertasbih kepada-Nya, maka sungguh dia telah mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus.

Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ash-Shaffat ayat 180-182:


سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ (180) وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ (181) وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (182)

"Maha Suci Rabbmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam."

B. Hal yang Disucikan dari Allah

Segala hal yang disucikan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala ada dua, yaitu:

1) Allah Mahasuci dari segala hal yang dapat mengurangi sifat2 kesempurnaan-Nya

Sebagaimana disebutkan dalam ayat kursi:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah: 255).


Karena milik-Nya semata puncak dari segala kesempurnaan. Allah bersifat dengan kesempurnaan ilmu dan kekuasaan, Mahasuci dari segala yang dapat mengurangi kesempurnaan-Nya seperti lupa dan lalai, dan tidak ada yang tersembunyi daripada-Nya sebesar dzarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi, baik yang lebih kecil dari itu ataupun yang lebih besar, Suci dari kelemahan, lelah, letih dan capek.

Dia bersifat dengan kesempurnaan hidup dan terus menerus mengurus makhluk-Nya, Suci dari lawannya yang berupa kematian, kantuk dan tidur.

Dia tersifati dengan keadilan dan kekayaan sempurna, Suci dari kezhaliman atau butuh kepada makhluk-Nya dari berbagai sisi. Dia tersifati dengan kesempurnaan hikmah dan rahmat, Suci dari kebalikannya yang berupa bermain-main dan bodoh, atau Dia berbuat ataupun mensyariatkan apa yang dapat mengurangi hikmah dan rahmat.

Demikian seterusnya seluruh sifat2-Nya suci dari segala hal yang dapat menafikannya atau berlawanan dengannya.

2)  Allah Mahasuci dari diserupai oleh salah satu makhluk-Nya atau memiliki tandingan dari salah satu sisi

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (QS. Al Ikhlas: 1-4).


Seluruh makhluk itu sesempurna dan semulia apa pun ia, atau mencapai puncak dari keagungan dan kesempurnaan yang sesuai dengannya, maka sedikit pun ia tidak mendekati, menyerupai atau setara Allah Maha Pencipta.

Bahkan seluruh sifat2 makhluk itu begitu kecil apabila dibandingkan dengan sifat2 Penciptanya.

Bahkan semua apa yang ada di dalamnya yang berupa makna2, sifat2 dan kesempurnaan, yang memberikan semua itu kepadanya adalah Allah.

Dia-lah yang telah memberikan pengajaran dan ilham kepadanya. Dia pula yang telah memberikan pengajaran dan ilham kepadanya. Dia pula yang telah membuatnya berkembang secara lahir dan batin, dan menyempurnakannya.

Allah Mahasuci dari segala hal yang dapat menafikan sifat2 kemuliaan, keagungan, dan kesempurnaan. Dia Mahasuci dari lawan, tandingan, sekutu, dan segala permisalan.

Sepatutnya dijelaskan bahwa mensucikan Allah hanya dapat diperoleh dengan melepas dan menyucikan Allah dari segala keburukan dan aib, bersamaan dengan itu ditetapkan sifat2 terpuji dan sifat2 kesempurnaan Allah Ta'ala sesuai dengan apa yang layak bagi-Nya.

C. Beberapa Keutamaan Bertasbih (Mensucikan Allah)

Beberapa keutamaan dalam bertasbih, diantaranya:

1) Tasbih adalah ketaatan yang agung dan ibadah yang mulia

Sebagaimana dalam salah satu hadist:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua buah kalimat yang ringan di lisan namun berat di dalam timbangan, dan keduanya dicintai oleh ar-Rahman, yaitu ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’ (Mahasuci Allah dengan segala pujian kepada-Nya, Mahasuci Allah yang Mahaagung).” (HR. Bukhari [7573] dan Muslim [2694])

2) Seluruh makhluk bertasbih kepada-Nya

Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam Surat Al-Isra' ayat 44:


 تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚوَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗإِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."

3) Bertasbih merupakan shalatnya seluruh makhluk dan dengannya seluruh makhluk diberi rezeki

Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Nuh as. ketika menjelang wafatnya, ia memanggil kedua anaknya dan berkata, “Sesungguhnya akan kuwasiatkan kepada kalian, Kuperintahkan kalian dua perintah dan aku melarang kalian dari dua larangan. Kularang kalian dari syirik dan takabur. dan kuperintahkan kalian dengan Laa ilaaha illallah. Sesungguhnya jika langit dan bumi diletakkan dalam satu daun timbangan dan daun timbangan yang lainnya diletakkan kalimat Laa ilaha illallah, maka kalimat Laa ilaaha illallah tersebut akan lebih berat. Seandainya segala isi bumi dan langit ini dijadikan satu lingkaran lalu diletakkan Laa ilaaha illallah di atasnya, niscaya akan hancurlah segalanya.” Dan kuperintahkan kepadamu dengan Subhanallahi wa bihamdihi. Sesungguhnya keduanya adalah shalat seluruh makhluk hidup, dan dengan keduanya pulalah segalanya diberi rezeki.” (HR. Hakim).


D. Penutup

Semoga Allah menjadikan kita ke dalam golongan orang2 yang bertasbih dengan memuji-Nya, yang beriman kepada nama2 dan sifat2-Nya, dan yang mewujudkan tauhid-Nya serta mengagungkan-Nya, karena sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan permohonan..Aamiin..3x

Sumber:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 30 November 2015)

Tuesday 24 November 2015

Menggapai Anugrah Rahmat dari sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim



Ar-Rahman artinya Yang Maha Pengasih, yaitu  Allah memberikan rahmat (kasih sayang) secara umum kepada seluruh makhluk-Nya selama di dunia; baik itu binatang laut, darat maupun udara; baik itu manusia mukmin mapun kafir; baik itu manusia yang berakhlak mulia maupun jahat. Semua yang ada akan mendapatkan sifat Rahman-Nya secara adil dan merata selama masih di dunia.


Kasih sayang Allah yang diberikan pada semua makhluk-Nya,  dapat berupa:

Pemandangan alam, seperti pegunungan yang indah, hutan yang lebat, sungai yang mengalir dengan jernih, lautan yang luas,  binatang dan tumbuhan yang nikmat dipandang mata, udara yang segar, cahaya matahari yang menghangatkan serta berbagai keindahan alam lainnya;

Makanan dan minuman yang menyehatkan seperti berbagai sayuran dan buah2an yang mengandung vitamin,  berbagai ikan dan daging yang mengandung protein, serta berbagai macam aneka makanan dan minuman lain yang enak dan menggugah selera makan;

Kesehatan tubuh, seperti kemampuan mata yang bisa melihat dengan jelas, telinga  untuk mendengar, tangan dan kaki untuk melakukan berbagai aktifitas serta kesehatan tubuh lainnya hingga kita bisa menikmati apa yang ada hingga bisa tidur dengan nyenyaknya.

Kecerdasan otak, seperti kemampuan berfikir dengan benar, dapat menghasilkan berbagai ide berlian, mudah dalam menghapalkan setiap perkara yang penting untuk diingat, serta berbagai kreatifitas lain yang bermanfaat buat hidupnya.

Harta benda, seperti tempat tinggal yang nyaman, kendaraan yang bisa dikendarai, uang yang bisa  digunakan untuk membeli berbagai macam kebutuhan, serta berbagai harta benda lainnya yang dapat memudahkan dan sebagai perhiasan kehidupan.

Kebahagiaan jiwa, seperti  bisa berkumpul dan bercanda  dengan orang2 yang dicintai, memiliki pasangan hidup yang cantik/cakep; memiliki anak2 yang lucu, sehat dan cerdas; terbebas dari hutang dan tekanan orang lain; serta banyak lagi suasana yang membuat jiwa tenang.

Ar-Rahim artinya adalah Yang Maha Penyayang, yaitu Allah memberikan rahmat (kasih sayang) khusus terhadap kaum mukminin, makhluk yang dimuliakan-Nya.

Saat di dunia ini, Kasih sayang Allah yang diberikan pada kaum mukminin dapat berupa:

Rasa manisnya dalam bermunajah kepada-Nya, seperti merasakan nikmatnya dalam berpuasa karena-Nya; indahnya membagi harta pada orang yang membutuhkannya; damainya berzikir menyebut nama-Nya; khusunya saat bersujud kepada-Nya dan semangatnya dalam memperjuangkan agama-Nya.

Banyaknya taufik yang datang kepadanya, seperti banyaknya kesempatan untuk membaca al-qur'an; memiliki kemampuan untuk melakukan shadaqah, puasa, haji, dan berjihad di jalan-Nya;  serta senantiasa rindu dalam melakukan berbagai ketaatan kepada-Nya.

Diberikan keteguhan dalam iman, seperti terhindar dari perbuatan ghibah, namimah (adu domba), dusta dan perbuatan lainnya yang tidak bermanfaat baginya.

Diberikan petunjuk jalan yang lurus, seperti memahami agama sehingga dapat beribadah dengan baik dan benar; dihindarkannya dia dari cinta berlebihan kepada materi, harta, kedudukan, kecantikan, anak, kesehatan serta keindahan dunia lainnya yang menyebabkan dia lupa pada kehidupan akhirat.

Serta banyak lagi bentuk kasih sayang-Nya yang diberikan kepada kaum mukmin selama mereka di dunia hingga mereka terhindar dari azab kubur.

Sedangkan saat di akhirat nanti, Kasih sayang Allah yang diberikan pada makhluk yang dimuliakan-Nya dapat berupa:

Diberi naungan-Nya di padang masyar nanti hingga terhindar dari panasnya situasi saat itu.

Diberikan ampunan dan penghapusan dosa oleh-Nya hingga timbangan kebaikannya lebih berat daripada timbangan keburukannya.

Dimudahkan untuk melewati shirath (jembatan yang terbentang di atas neraka jahanam) hingga terbebas dari ancaman panasnya api neraka.

Dimasukkan dalam surga-Nya hingga dapat merasakan berbagai kenikmatan di dalamnya bahkan diberi tambahan kenikmatan tertinggi dengan diizinkan untuk melihat wajah-Nya.

Sungguh beruntung orang yang tidak hanya mendapatkan anugrah rahmat dari sifat Ar-Rahman-Nya tapi juga berusaha mendapatkan anugrah rahmat dari Ar-rahim-Nya.

Semoga kita termasuk golongan orang yang mendapatkan anugrah keduanya, aamiin..3x

(Gantira, 24 November 2014, Bogor)

Menggapai Ketenangan dengan Takut dan Cinta kepada-Nya


Ketika rasa takut dan cinta kepada-Nya meresap dalam dada kita, di saat yang bersamaan akan muncul ketenangan dalam jiwa kita.

Ketenangan itu muncul karena tidak ada lagi yang perlu ditakuti selain-Nya.

Kita tidak takut kepada selain-Nya, karena kita yakin bahwa setiap detik dan langkah kita serta semua makhluk-Nya berada dalam pengawasan-Nya.

Dia memegang setiap ubun-ubun makhluk-Nya  sehingga tak ada satu tindakan pun dapat dilakukan setiap makhluk tanpa izin dari-Nya.

Dia akan melindungi setiap hamba-Nya yang bertakwa, bahkan syetan pun takut kepada Umar bin Khatab karena ketakwaanya yang luar biasa.

Ketenangan itu muncul karena kecintaan kita kepada-Nya akan menimbulkan rasa saling cinta sesama makhluk yang cinta kepada-Nya.

Orang2 beriman, para malaikat bahkan ikan ikan di lautan akan selalu mendoakan orang2 yang bertakwa kepada-Nya.

Sungguh beruntung orang2 yang berusaha keras untuk takut dan cinta kepada-Nya karena hal itu akan menimbulkan cinta-Nya kepada orang tersebut.

Rasa takut dan cinta kita kepada Allah direalisasikan dengan taat pada semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya yang dilakukan semata2 karena-Nya.

Abu Hurairah r.a meriwayatkan dari Rasulullah saw yang bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril (lalu dikatakan kepadanya), ’Sesungguhnya, Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril memanggil penduduk langit (lalu berkata), “Sesungguhnya, Allah mencintai si fulan maka cintailah dia.” Maka penduduk langit pun mencintainya. Setelah itu, dia dicintai di bumi.” (Mutafaqun ‘alaih).

Dalam Hadist Qudsi, Allah berfirman :
" Hamba-KU tidak akan mampu mendekatkan diri kepada-KU dengan sesuatu yg lebih Aku sukai dari saat ia melaksanakan kewajiban yang Aku perintahkan kepadanya, lalu si hamba akan senantiasa mendekatkan diri kepada-KU melalui amal amal sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi "telinga"nya saat ia mendengar, menjadi "mata"nya saat ia melihat, menjadi "tangan"nya saat ia memukul dan menjadi kakinya saat ia berjalan. Jika ia memohon kepada-KU, pasti Aku kabulkan, dan jika ia memohon perlindungan-KU pasti kuberikan perlindungan. " (Hr  Bukhari no. 6502)

(Gantira, 24 November 2015, Bogor)

Friday 20 November 2015

2. Al - Malik

Salah satu nama Allah adalah Al-Malik, yang artinya Yang Maha Merajai/Memerintah.

Dilihat dari segi manapun makna "kerajaan" sangatlah sesuai dengan sifat Allah. Dan sifat ini mengharuskan adanya sifat yang sempurna pada diri yang disifatinya.

Dia sebagai raja yang hakiki pasti memiliki kehidupan, kekuasaan dan kemauan. Dia juga memiliki pendengaran dan penglihatan, kemampuan berbicara dan kemampuan untuk berbuat sesuai kehendak-Nya sendiri.

Dia mampu memerintah dan melarang, mampu menyuruh, memberi pahala dan memberi hukuman, mampu memberi sesuatu dan menahannya, mampu merendahkan dan meninggikan, mampu memuliakan dan menghinakan, mampu memberi nikmat dan membalas.

Dia mampu mengutus para utusan dan pesuruh-Nya ke berbagai negeri, mampu mengutarakan perintah dan larangan kepada para hamba2-Nya. Semua perkara berasal dari Allah, dan kesempurnaan kerajaan-Nya sama sekali tidak tergantung kepada yang lain. Sebab yang lain seluruhnya bersandar kepada Allah. Wujud mereka tergantung pada kehendak dan penciptaan-Nya. Sehingga jelas bahwa kesempurnaan kerajaan-Nya adalah sesuatu yang sangat terpuji. Karena memang kerajaan dan pujian hanyalah milik-Nya.

Apa yang diperintahkan-Nya akan membawa kepada kecintaan-Nya dan apa yang dilarang-Nya akan menyeret kepada kemurkaan-Nya.

Raja yang sebenarnya adalah raja yang mampu memerintah dan mampu melarang, sehingga Dia bisa leluasa bertindak kepada makhluk-Nya sesuai dengan apa yang Dia perintahkan dan apa yang Dia larang.

Maka barangsiapa yang menyangka bahwa Allah menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia dengan tidak menyuruh dan melarang mereka, maka berarti ia telah melecehkan kerajaan-Nya, dan tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang semestinya.

Sebagaimana Allah berfirman,

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ

Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” ...(qs. Al an'aam:91)

Maka barangsiapa yang mengingkari syariat, perintah dan larangan Allah serta memposisikan manusia pada posisi binatang, yaitu tidak diperintah dan dilarang, maka berarti ia telah melecehkan kerajaan Allah dan tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang semestinya. Dan dia pun telah mengingkari wujud Allah sebagai Tuhan yang mengatur semua makhluk yang memiliki kesempurnaan Dzat, sifat dan nama2-Nya.

Dalam ayat lain difirmankan:

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
 أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَىٰ
 ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّىٰ

"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya," (qs. Al-qashash:36-38)

Allah tidak membiarkan nuftah begitu saja, tetapi nuftah itu diubahnya dan dibentuk hingga menjadi lebih baik dari sebelumnya, yakni menjadi 'alaqah (gumpalan darah), kemudian membentuknya hingga menjadi makhluk yang lebih sempurna dari itu. Demikianlah Allah memproses penciptaan dengan penuh hikmah hingga akhirnya terciptalah manusia yang sempurna. Lalu bagaimana mungkin, Ia akan membiarkannya begitu saja setelah menjadi manusia yang sempurna.

Allah telah membantah keras dan mengingkari mereka yang beranggapan bahwa Allah menciptakan makhluk tanpa tujuan dan tanpa hikmah tertentu. Sebagaimana firman Allah,


أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّما خَلَقْناكُمْ عَبَثاً وَ أَنَّكُمْ إِلَيْنا لا تُرْجَعُونَ
"Apakah kamu menyangka bahwa itu semua Kami jadikan dengan sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?" (Qs. Al-Mukminun: 115)


Manusia dalam menyikapi sifat Allah, Al-Malik, ini terbagi pada tiga golongan, yaitu:

1. Pertama
Sikap para Rasul dan pengikutnya, menyatakan secara serentak bahwa kerajaan dan pujian adalah milik Allah semata. Dan inilah mazhab orang2 yang meyakini qadar dan hikmah serta hakikat nama2 dan sifat Allah. Mereka memaknai sifat Al-Malik sebagaimana mestinya.

2. Pendapat kedua
Orang2 yang mengakui kerajaan Allah. Namun mereka menafikan hakikat kemuliaan-Nya/ kemahaterpujian-Nya, mereka adalah kaum Jabariyyah, mazhab yang mengatakan bahwa seluruh pekerjaan manusia adalah dari Allah dan manusia hanyalah sebagai wayang yang tidak memiliki kekuatan sedikit pun, yang menafikan segala macam kebijaksanaan dan segala macam ikhtiar. Mereka menyatakan bahwa boleh bagi Allah untuk melakukan segala yang mungkin, dan mereka  tidak menyucikan Allah dari keburukan. Bahkan semua yang mungkin itu tidak membuat diri-Nya buruk.

Menurut pandangan mereka, boleh saja Allah menyiksa para malaikat-Nya, para Rasul-Nya dan orang2 yang taat. Allah juga boleh memuliakan Iblis dan tentara2nya serta menempatkan mereka pada posisi di atas wali-Nya di dalam surga nanti. Itulah pandangan para kaum Jabariyyah yang sesat.

3. Golongan ketiga
Mereka menetapkan sebagian pujian pada Allah, tetapi menafikan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Mereka adalah kelompok Qodariyyah. Mereka menetapkan adanya hikmah pada Allah, tapi dengan alasan hikmah tersebut, mereka menafikan kesempurnaan kekuasaan-Nya.  Pandangan mereka, Allah tidak memiliki sifat ibadah, kalam, sama, bashar. Allah juga, di mata mereka, tidak memiliki rasa cinta dan benci. Allah telah mereka tempatkan sebagai Dzat yang tidak memiliki hakikat kekuasaan dan hakikat pujian.

Mereka memandang bahwa semua hikmah itu terletak pada makhluk bukan pada Allah. Pandangan dari golongan ketiga ini juga termasuk golongan pandangan yang sesat.


Dari penjelasan2 di atas, dapat diringkas bahwa Raja (Al-Malik) adalah yang mampu memerintah dan melarang, memuliakan dan menghinakan, memberi rizqi dan menahannya, mengangkat dan merendahkan. Kita sebagai makhluk-Nya sudah sepatutnya kita taat pada semua aturan-Nya.

Penutup

Kata penutup pada   materi ini, saya melampirkan  sebuah doa yang dibaca oleh Nabi Ibrahim ketika selesai membangun Kabah bersama anaknya Ismail:



رَبَّنَا تََقبَّلْ مِنَّا ِإنَّكَ َأنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ رَبَّنَا وَاجْعَْلنَا مُسْلِمَيْ ِ ن َلكَ وَمِن ُذرِّيَّتِنَا أُمًَّة مُّسْلِمًَة لَّكَ
وََأ ِ رنَا مَنَاسِ َ كنَا وَتُبْ عََليْنَآ ِإنَّكَ َأنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Robbanaa taqqobal minnaa innaka antas sami’ul ‘aliim. Robbannaa waj’alna muslimaini laka wa min dzuriyyatinaa umatan muslimatan laka wa arinaa manasikanaa wa tub ‘alainaa innaka antat tawwabur rohiim

“Ya Allah, terimalah bakti kami. Sungguh Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikan kami berdua orang yang taat pada‐Mu, dan jadikanlah keturunan kami umat yang patuh pada‐Mu. Tunjukkan tata cara dan tempat ibadah haji kami, serta terimalah taubat kami. Sungguh Kau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al‐Baqarah: 127‐128).

Aamiin, Aamiin, Aamiin ya
Alloh ya Rabbal’alamin …

Sumber:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 21 November 2015, Bandung)

Wednesday 18 November 2015

"Sebuah Pilihan"



Hidup ini penuh pilihan, begitu juga dalam menyikapi peristiwa yang belum terjadi. Kita bisa memilih dengan cara sikap penuh khawatir tanpa bertindak atau dengan sikap berdoa dan melakukan apa yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini?

Yang harus kita sadari bahwa semua peristiwa sejak jaman nabi adam sampai kiamat tiba sudah tertulis di lauhful mahfuz.

Sehingga segala sesuatu yang akan terjadi tetap akan terjadi. Seberapa besar usaha apapun yang kita lakukan untuk menghindarinya.

Begitu juga segala sesuatu yang tidak akan terjadi tetap tidak akan terjadi seberapa besar pun usaha kita untuk merealisasikannya.

Jadi kalau kita boleh memilih maka pilihan  yang terbaik bagi kita adalah lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dengan niat karena Allah agar segalanya bernilai ibadah, dan berdoalah kepada Allah terhadap sesuatu yang belum terjadi karena apapun hasilnya tetap doa kita dinilai ibadah yang pasti hasilnya jauh lebih baik daripada kita memilih mengkhawatirkan segala sesuatu yang tak jelas hasilnya dan sekaligus tidak bernilai ibadah.

Atau dengan kata lain....

Bahwa hidup ini sudah ditakdirkan, jadi untuk sesuatu yang sudah digariskan pun kita bisa memilih antara pilihan khawatir atau dengan pilihan berdoa dan berusaha.

Kalau kita memilih sikap khawatir maka apa yang kita khawatirkan tetap terjadi atau tidak terjadi, namun proses pilihan ini tidak bernilai ibadah dan waktu terbuang dengan kegelisahan.

Bila pilihan kita berdoa dan berusaha, walaupun hasilnya tetap terjadi atau tidak terjadi tapi hasilnya bernilai ibadah dan dan dalam prosesnya akan kita lalui dengan ketenangan.

Jadi orang yang memahami takdir akan memilih berdoa dan berusaha, sedangkan orang yang tidak memahami takdir akan lebih memilih khawatir.

(Gantira, 18 November 2015, Bogor)

Monday 16 November 2015

Rizqi yang Cukup


Rizqi yang bisa dinikmati itu adalah rizqi yang cukup. Rizqi yang datang sesuai dengan kebutuhan kita. Sedangkan rizqi yang berlebih, malah akan menjadi beban hidup kita jika kita menyikapinya dengan salah.

Contoh:
Seseorang yang akan melakukan perjalanan Jakarta - Bandung, maka yang nyaman baginya adalah jika dibekali makanan maksimal untuk dua kali makan dan diberi uang cash sesuai kemungkinan dibutuhkan selama perjalanan sekitar 3- 5 jam perjalanan.

Akan terasa menjadi beban jika dibekali makanan untuk 1 bulan perjalanan dan diberi yang cash sebesar satu koper  penuh uang lembaran ratusan ribuan hanya karena khawatir  akan terjadi suatu kebutuhan yang tak terduga. Yang terjadi adalah dia akan berat membawa beban makanan yang berlebihan serta penuh khawatir karena takut dirampok oleh orang yang mengetahui keberadaan uang tersebut.

Kecuali jika dalam perjalanan, dia dengan sukarela membagi2kan makanan dan uang yang ada. Sedangkan yang disisakan untuk dirinya secukupnya sesuai yang dia butuhkan. Maka yang terjadi mungkin akan bertambahnya teman.

Begitu juga dalam kehidupan di dunia ini, maka yang paling nyaman itu adalah memiliki sesuatu yang memang kita butuhkan. Sedangkan sesuatu yang datang lebih awal melebihi kebutuhan kita itu akan menjadi beban hidup kita jika kita tidak pandai menyikapinya.

Ada dua kerugian yang akan dialami oleh orang yang berlebihan harta yang disikapi dengan salah, yaitu:
1. Dia akan rugi dunia, dimana hidupnya penuh kekhawatiran terhadap bayangan adanya banyak orang yang akan meminta harta yang dimilikinya, atau takut akan ada orang yang merampok hartanya yang berlimpah. Sehingga hidupnya penuh kecemasan dikarenakan kekikirannya.
2. Dia akan rugi akhirat,  dimana dia akan dihisab terhadap semua harta yang dimilikinya walaupun dia tidak sempat menikmati semua harta yang ada.

Jadi sikap yang tepat dalam hidup ini adalah dengan mensyukuri apa yang ada serta berusaha mencari apa yang dibutuhkan dan mensadaqahkan kelebihan harta yang kita miliki.

(Gantira, 17 November 2015, Bogor)

Sunday 15 November 2015

Berhusnuzhan Kepada-Nya



Berhusnuzhan Kepada-Nya

Bila kita sudah berusaha semaksimal kemampuan kita untuk taat pada-Nya, maka langkah selanjutnya adalah berhusnuzhan kepada Allah terhadap apapun yang akan terjadi.

Ingatlah, bahwa Allah memiliki sifat Ar-Rahim, yaitu sifat Yang Maha Penyayang kepada hamba yang bertakwa kepada-Nya. Dia akan menyayangi dan memuliakan hamba yang taat pada-Nya di dunia dan akhirat.

Bila kita sudah merencanakan sesuatu dengan sematang dan seakurat mungkin, namun tiba2 situasi berubah yang menyebabkan berantakannya rencana kita. Maka berhusnuzhanlah kepada Allah, karena bisa jadi itu yang terbaik buat kita.

Sesungguhnya kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dan kita hanya bisa membuat rencana, sedangkan Dia Maha Tahu apa yang akan terjadi di masa kemudian dan Dia pula yang mentakdirkan mana yang akan terjadi dan mana yang tidak sesuai kehendak-Nya.

Selama kita selalu berada dalam koridor-Nya maka yakinlah bahwa apapun yang akan terjadi adalah anugrah dari-Nya untuk kita. Dan kita akan benar2 menyadarinya saat semua itu sudah berlalu.

Sungguh, yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa, berencana dan berusaha semaksimal kemampuan kita.

Bila situasi berubah dari rencana kita, maka lakukanlah yang terbaik yang bisa kita lakukan sesuai situasi yang terjadi bukan lagi berdasarkan rencana kita yang sudah usang, lalu buat rencana ke depan lagi yang disesuaikan dengan situasi di yang sudah berubah.

Sungguh beruntung golongan orang yang selalu mendapat petunjuk-Nya sehingga  setiap langkahnya selalu berada dijalan-Nya. Semoga kita dianugerahi masuk dalam golongan ini.

"Ya Allah, Engkaulah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tolonglah kami agar kami mengerti, menerima, percaya, memaafkan & dimaafkan. Memberi & menerima, mencintai & dicintai serta berani menatap jauh ke depan untuk kehidupan yg lebih baik, lebih indah & membahagiakan. Aamiin..3x"

(Gantira, 15 November 2015, Bogor)

Friday 13 November 2015

1. Ar-Rahman dan Ar-Rahim

A. Pendahuluan

Ar-Rahman dan Ar-Rahim, adalah dua nama yang menunjukkan bahwa Allah  memiliki kasih sayang yang luas dan agung. Kedua nama ini meliputi segala sesuatu dan meliputi segala makhluk. Allah  telah menetapkan kasih sayang yang sempurna bagi orang-orang bertakwa yang mengikuti para nabi dan rasul-Nya. Oleh karena itu, mereka mendapatkan kasih sayang sempurna yang bersambung dengan kebahagiaan yang abadi.

Adapun orang-orang yang selain mereka terhalang dari kasih sayang yang sempurna ini, karena mereka sendiri yang menolaknya dengan cara tidak memercayai berita (Ilahi) dan berpaling dari perintah. Oleh karena itu, janganlah mereka mencela siapapun kecuali diri mereka sendiri.

Mereka (yang bertakwa) mengimani bahwa Allah Maharahman dan Maharahim, memiliki rahmat yang agung, dan rahmat-Nya terkait dengan makhluk-Nya yang dirahmati, sehingga nikmat seluruhnya adalah buah dari rahmat-Nya.

A. Ar-Rahman

...Ar–Rahman : Yang Maha Pengasih...

Dialah Allah yang mengasihi semua mahluk ciptaan-Nya tanpa kecuali.

Semua mahluk yang melata, yang besar maupun kecil di darat, laut dan udara dan semua manusia baik yang beriman maupun tidak, yang baik maupun jahat semuanya dikasihi secara adil dan merata.

Karena kasih sayang Allahlah kita dan semua mahluk yang ada dibumi ini dapat hidup terus menerus sampai datang ajal yang telah ditetapkan.

Dengan kasih sayang-Nya ia mencukupkan semua kebutuhan hidup semua mahluk di alam semesta.

Dengan kasih sayangnya Ia menjadikan bumi ini sebagai suatu tempat yang nyaman dan aman untuk dihuni oleh berbagai mahluk hidup. Hanya saja limpahan kasih sayang ini hanya diberikan Allah pada semua mahluk selama hidup di dunia saja, di akhirat kelak kasih sayang ini hanya diberikan kepada orang beriman yang menjadi penghuni surga. Penghuni Neraka tidak lagi merasakan kasih sayang yang mereka dapatkan selama hidup didunia, karena mereka selama hidup didunia kafir dan ingkar pada-Nya.

Kasih sayang Allah menyelimuti segala sesuatu. Allah memberi bukan karena kepentingan-Nya, tapi karena perhatian Allah kepada makhluk-makhluk-Nya, baik Muslim atau kafir, shalih ataupun tidak. Allah memberi tak pandang bulu, dicurahkan kepada semua makhluk-Nya. Pemberian Allah bukan untuk kepuasan Allah karena Maha suci Allah dari membutuhkan apa pun, tapi justru untuk kebaikan kita.

Bentuk Kasih sayang Allah yang diberikan pada semua makhluk-Nya selama di dunia ini, dapat berupa keindahan alam, kesehatan, makanan dan minuman, kecerdasan otak, jabatan dan segala hal yang dapat membuat jiwa dan raga senang.


B. Ar-Rahim

...Ar-Rahim : Yang Maha Penyayang...

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (QS. al Hijr: 49)

Satu dari sifat-Nya yang mulia, lahir dari nama-Nya. Ar Rahim, Maha Penyayang. Dalam al Qur’an, Allah mengulangi kata ar Rahim sebanyak 228, jauh lebih banyak dari asma Allah, ar Rahman yang “hanya” 171.

Beberapa mufassir, menerjemahkan bahwa kata ar Rahim ini hanya berlaku pada situasi khusus dan untuk kaum tertentu semata. Artinya, dengan rahim-Nya, Allah teramat mencintai umat dan kaum yang mulia, yaitu manusia-manusia mukmin. Dilimpahkan kasih sayang yang banyak kepada mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Bentuk kasih sayang Allah yang diberikan kepada orang-orang mukmin selama di dunia, yaitu berupa rasa manis dalam bermunajah kepada-Nya, banyaknya taufik yang datang kepada mereka, diberikan keteguhan dalam iman, diberikan petunjuk jalan yang lurus, serta banyak lagi bentuk kasih sayang-Nya yang diberikan kepada kaum mukmin selama mereka di dunia hingga mereka terhindar dari azab kubur.

Sedangkan saat di Akhirat kelak, bentuk kasih sayang-Nya yang diberikan pada orang-orang mukmin berupa naungan-Nya di padang masyar nanti, ampunan dan penghapusan dosa,  dimudahkan dalam melewati shirath (jembatan yang terbentang di atas neraka jahanam), dimasukkan dalam surga-Nya serta mendapatkan berbagai keridhaan-Nya hingga  diberi tambahan kenikmatan tertinggi dengan diizinkan untuk melihat wajah-Nya.

C. Perbedaan Makna Ar-Rahmaan Ar-rahim

Adakah perbedaan antara nama Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahim? Tentu ada sisi perbedaannya, karena setiap nama punya makna yang khusus. Berikut ini penjelasan sebagian ulama tentang perbedaan diantara keduanya.

Al-Arzami  mengatakan: “Ar-Rahman artinya Yang Maha Pengasih terhadap seluruh makhluk, sedangkan Ar-Rahim artinya Yang Maha Pengasih terhadap kaum mukminin.” (Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsir Basmalah)

Dengan demikian, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Ar-Rahman adalah yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu di dunia, karena bentuk kata/wazan fa’lan itu menunjukkan penuh dan banyak.

Sedangkan Ar-Rahim, yang rahmat-Nya khusus terhadap kaum mukimin di dunia dan akhirat.

Ibnul Qayyim memandang bahwa Ar-Rahman menunjukkan sifat kasih sayang pada Dzat Allah (yakni Allah  memiliki sifat kasih sayang), sedangkan Ar-Rahim menunjukkan bahwa sifat kasih sayang-Nya terkait dengan makhluk yang dikasihi-Nya.

Sehingga seakan-akan nama Ar-Rahman adalah sifat bagi-Nya, sedangkan nama Ar-Rahim mengandung perbuatan-Nya, yakni menunjukkan bahwa Dia memberi kasih sayang kepada makhluk-Nya dengan rahmat-Nya, jadi ini sifat perbuatan bagi-Nya. Apabila Anda hendak memahami hal ini, perhatikanlah firman Allah :

“Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab: 43)

“Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.” (At-Taubah: 117)

Allah tidak menyebutkan dengan nama Ar-Rahman sama sekali. Dengan itu, Anda tahu bahwa makna Ar-Rahman adalah Yang memiliki sifat kasih sayang dan makna Ar-Rahim adalah Yang mengasihi dengan kasih sayang-Nya. (Syarah Nuniyyah, Ahmad Isa) Al-Harras mengatakan, ini adalah pendapat yang terbaik dalam membedakan kedua nama tersebut.

C. Buah mengimani nama Allah  tersebut

Mengimani nama Allah tersebut akan menambah rasa syukur kita kepada Allah , karena berbagai nikmat yang dikaruniakan Allah kepada kita, baik yang ada dalam organ tubuh, kebutuhan keseharian, alam sekitar kita, maupun alam semesta ini semuanya, adalah semata-mata buah dari kasih sayang-Nya, yang mengharuskan kita untuk tunduk dan bersyukur kepada-Nya, serta membalasnya dengan ketaatan, bukan dengan kemaksiatan dan kerusakan.

D. Beberapa perintah-Nya kepada manusia

Beberapa perintah-Nya kepada manusia yang berkaitan dengan memberi dan menyayangi, diantaranya:

1. Beberapa dalil terkait keutamaan memberi

"Takutlah engkau kepada neraka, sekalipun dengan jalan bersedekah dengan potongan kurma, maka barangsiapa tidak dapat menemukan itu maka hendaklah besedekah dengan mengucapkan perkataan yang baik.”HR. Muttafaq ‘alaih)


"Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar ma’ruf dan nahi munkar yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat juga sedekah.”(HR. Tirmizi dan Abu Dzar).


Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Allah Subhanahuwa ta’ala berfirman, berinfaklah wahai anak adam, (jika kamu berbuat demikian) Aku memberi infak kepada kalian”. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan begitu juga oleh Imam Muslim)



عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله ُعَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اْليَدُّ اْلعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اْليَدِّ السُّفْلى . فَالْيَدُّ اْلعُلْيَا هِيَ اْلمُنْفِقَةُ وَ اْليَدُّ السُّفْلى هِيَ السَّائِلَةُ ( متفق عليه )
Dari ibnu Umar Ra. sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : “ Tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah. Tangan yang di atas itu ialah yang member dan tangan yang di bawah itu ialah yang meminta.” (H.R Mutafaq ‘Alaih).

"Jagalah hartamu dengan zakat dan obatilah sakitmu dengan sedekah dan hadapilah segala cobaan dan bahaya dengan doa serta rendah hati.”(HR. Abu Hurairah)

"Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan panasnya kubur bagi orang yang memberikan sedekah, dan sesungguhnya orang mukmin akan bernaung pada hari kiamat nanti di bawah naungan sedekahnya.” (HR. Tabbrani).

2. Beberapa dalil terkait menyayangi


عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَس بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

[رواه البخاري ومسلم]



Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri”.

[HR. Bukhari dan Muslim]

Dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta’aala berfirman di hari kiamat, “Dimanakah orang – orang yang saling mencintai karena-Ku, dihari ini (kiamat) aku menaungi mereka dalam naunganku, dihari dimana tidak ada naungan kecuali naunganku” (Hadits riwayat Bukhari, dan begitu juga diriwayatkan oleh Imam Malik.)



مَنْ لاَ يَرْحَمْ وَلاَ يُرْحَمْ (رواه البخارى)
Barangsiapa tidak menyayangi maka tidak disayangi (HR. Al Bukhari)


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Barangsiapa yang diberi cobaan sesuatu karena anak-anak perempuan seperti itu, lalu ia berbuat baik kepada mereka maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang untuknya dari siksa neraka.” (HR. Bukhari no. 5995 dan Muslim no. 2629)

E. Penutup

Dalam kata penutup ini, sebelum kita beraktifitas setidaknya kita harus membiasakan diri untuk membaca “Bismillahirrahman Nirrahiim”, supaya kita mendapat nikmat tiada tara dan rezeki yang halal serta nikmat sehat setelah  menyebut Nama-Nya.

Sumber:

1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 13 November 2015, Bogor)

Wednesday 11 November 2015

"Tiga Modal Utama"



Bila sebuah wilayah atau negara mengalami chaos yang sangat hebat, baik itu akibat perang yang berkepanjangan atau bencana alam yang tak terhindarkan, maka ada 3 modal utama yang perlu dimiliki oleh seseorang agar bisa tetap eksis atau tidak khawatir yang berlebihan, yaitu:
1. Ilmu agama
2. Iman
3. Akhlak

Sesungguhnya yang namanya rizqi itu tidak hanya harta yang berlimpah, tapi ilmu, iman dan akhlak yang mulia juga termasuk rizqi  yang tak ternilai harganya.

Ilmu agama didapat tidak bisa dengan cara instan, tapi memerlukan waktu yang panjang hingga kita bisa memahami dan menyerap inti2nya.

Dengan memiliki ilmu agama ini, kita bisa mengambil sikap yang tepat dalam kondisi apapun yang tujuan akhirnya tetap menjadi orang yang sukses yaitu orang yang mendapatkan ridho-Nya dalam tiap langkah kita.

Iman yang kuat pun didapat tidak secara tiba2, tapi memerlukan proses yang panjang, yang salah satunya berdasarkan ilmu yang sudah kita dapat dan kita yakini kebenarannya.

Semakin tinggi ilmu seseorang, maka peluang meningkatnya iman akan semakin besar pula.

Begitu juga dengan memiki Akhlak yang mulia, didapat setelah melewati amalan2 yang kita kerjakan secara konsisten berdasarkan ilmu dan Iman. Walau pun awalnya terasa berat, namun lama kelamaan hal itu akan menjadi sebuah karakter /akhlak hidupnya.

Semakin konsisten dia mengamalkan ilmunya dengan iman yang benar, maka lama kelamaan hal itu akan menjadi terbiasa dalam kehidupan sehari hari sehingga ilmu dan imannya akan mendarah daging  yang akhirnya akan menjadi karakter/akhlaknya.

Orang yang setiap langkah hidupnya berdasarkan  dengan ilmu, iman dan akhlaknya yang mulia maka  dia bisa bertindak dengan tepat dalam menggapai ridho-Nya hingga memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat .

Oleh karena itu, maka untuk mendapatkan tiga dasar modal di atas maka kita perlu menggunakan waktu luang yang ada untuk memperdalam ilmu agama, kemudian meyakininya, dan juga berusaha mengamalkannya dengan ikhlas dan istiqomah sehingga akhirnya bila sudah terbiasa akan menjadi akhlak hidup kita.

Sedangkan modal harta yang berlimpah, tabungan yang tak terhitung dan tanah yang sangat luas, pada situasi chaos, hal ini bisa jadi tidak berguna.

Dimana pada situasi yang kacau, kita tidak mungkin membawa semua harta yang ada, tabungan di bank bisa jadi dibekukan atau tidak bisa kita tarik karena semua karyawan bank pun bisa jadi menyelamatkan dirinya masing2 tanpa sempat mengurus harta orang lain. Sedangkan tanah yang luas bisa jadi menjadi bahan rebutan oleh para penjajah atau hancur berantakan yang diakibatkan oleh bencana alam.

Semoga kita senantiasa diberikan berbagai macam rizqi yang berlimpah dan penuh berkah serta terhindar dari berbagai macam bencana yang dapat menggoncangkan kehidupan kita.

ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲْ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻧَﺎﻓِﻌًﺎ ﻭَ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻃَﻴِّﺒًﺎ ﻭَ ﻋَﻤَﻼً ﻣُﺘَﻘَﺒَّﻼً

"Ya Allaah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfa'at, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima." Aamiin..3x

(Gantira, 11 November 2015)

Saturday 7 November 2015

"Asma-ul Husna (Nama-nama Indah Allah)"


A. Pendahuluan

Salah satu tujuan diciptakan manusia selain beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah di muka bumi ini adalah mengilmui tentang Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya:


اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

“Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12)

Sesungguhnya pengetahuan tentang Allah serta nama2 dan sifat2-Nya adalah semulia2nya ilmu. Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa Dia adalah  Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dengan demikian, ilmu tentang keesaan Allah adalah yang paling dituntut dari makhluk-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam Qs. Muhammad ayat 19:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ

"Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah".

Ada dua perkara yang merupakan tuntutan yang diwajibkan kepada manusia, yaitu:
1. Mengenal Allah dengan nama2 dan sifat2-Nya, juga dengan perbuatan2 dan hukum2-Nya.
2. Beribadah kepada-Nya dengan segala tuntutan dan konsekuensinya.

Ilmu tentang Allah adalah asal segala ilmu. Maka barangsiapa yang mengetahui Allah, dia akan mengetahui yang selain Allah. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui Tuhannya, maka dia akan lebih tidak mengetahui yang lain-Nya. Allah berfirman:


 وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

" Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik". (Qs. Al-Hasr:19)

Ayat di atas menjelaskan bahwa barangsiapa yang lupa kepada Tuhannya, maka Allah akan menjadikan dia lupa kepada dirinya sendiri. Maka, dia tidak akan mengenal hakikat dirinya, tidak pula kemaslahatan diri, bahkan dia tidak mengetahui apa yang baik bagi dirinya untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat. Dia akan menjadi makhluk yang sia2, bagaikan binatang2, padahal binatang bisa jadi lebih mengetahui apa yang maslahat untuk dirinya bila dibandingkan orang tersebut. Karena binatang tetap teguh dengan karunia yang diberikan oleh-Nya.

Adapun orang yang lupa kepada Allah, dia telah keluar dari fitrahnya. Dia lupa kepada Tuhannya, hingga Allah pun menjadikannya lupa kepada dirinya sendiri dan sifat2 dirinya, dan dia pun lupa kepada yang memungkinkannya bisa hidup lengkap, mampu membersihkan diri dan bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jika seorang hamba tahu, bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Tunggal, tunggal dalam keazalian (keabadian, kekekalan, tiada berawal dan tiada berakhir), dan dia pun menyadari akan ketidakmampuan makhluk untuk mencipta walau setitik atom, atau bahkan lebih kecil daripada itu. Dan dia pun tahu, bahwa dia tidak memiliki dirinya sendiri, dan bahwa wujud dirinya adalah bukan miliknya, bukan olehnya dan bukan darinya. Maka pengetahuan tentang Allah akan mantap dalam qalbunya.

Dengan demikian, maka akan terhapuslah dalam qalbunya kerinduan kepada selain-Nya. Sebagaimana juga akan lenyap dalam hatinya perasaan merasa kaya, merasa kuasa untuk mengatur, merasa memiliki dan merasa berkuasa. Maka jadilah Allah sebagai Dzat yang disembah dan selalu diingat.

B. Pengertian Asma-ul Husna beserta Dalilnya

Asmaul Husna merupakan nama-nama yang baik yang di miliki oleh Allah SWT. Secara harfiyah, pengertian Asmaul Husna merupakan "nama-nama yang baik". Asmaul Husna merujuk kepada nama-nama, gelar, sebutan, sekaligus sifat-sifat Allah SWT yang indah lagi baik.

Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap umatnya. Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Istilah Asmaul Husna juga dikemukakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)" (Q.S. Thaha:8).

Umat Islam dianjurkan berdoa kepada Allah sambil menyebut Asmaul Husna. Misalnya, saat seorang Muslim memohon ampunan-Nya, maka ia berdoa mohon ampun sambil menyebut "Al-Ghoffaar" (Yang Maha Pengampun) dan seterusnya.

"Katakanlah (olehmu Muhammad): Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna (nama-nama yang terbaik)..." (Q.S Al-Israa': 110)


Jumlah Asmaul Husna adalah  99 nama, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi, diperkuat dengan hadits riwayat Bukhari.

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata Nabi Muhammad Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt mempunyai 99 nama, yaitu seratus kurang satu, barangsiapa menghitungnya (menghafal seluruhnya) masuklah ia kedalam surga" (HR. Bukhari).

C. Tingkatan Ungkapan Tentang Asma-ul Husna.

Ada 4 tingkatan ungkapan manusia terhadap asma-ul husna, yaitu:

1. Ungkapan yang paling buruk, yaitu ungkapan yang mengatakan " berakhlaklah dengan nama2 Allah", ungkapan ini merupakan pernyataan yang tidak tepat, karena ungkapan tersebut merupakan kalimat yang dikutip dari perkataan para filosof, agar manusia berusaha sekuat tenaga untuk menyerupai Tuhan.

2. Ungkapan yang lebih baik adalah at-takhalluq (berakhlak dengan akhlak Allah).

3. Ungkapan yang lebih baik lagi adalah ungkapan yang dikatakan oleh Abul Hankam bin Barrajan (seorang sufi yang juga mufassir) yaitu ta'abbud (beribadahlah dengan nama2 Allah).

4. Sedangkan ungkapan yang terbaik dari semuanya  adalah ungkapan al-qur'an yaitu do'a (berdoalah dengan nama2 Allah). Sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya:

"Allah memiliki Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama yang baik itu..." (QS. Al-A'raaf : 180).

D.  Asma-ul Husna

Ke-99 Asmaul Husna atau Nama-Nama yang Baik itu adalah sebagai berikut:

No. Nama Arab Indonesia

1 Ar Rahman الرحمن Yang Maha Pengasih
2 Ar Rahiim الرحيم Yang Maha Penyayang
3 Al Malik الملك Yang Maha Merajai/Memerintah
4 Al Quddus القدوس Yang Maha Suci
5 As Salaam السلام Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6 Al Mu`min المؤمن Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin المهيمن Yang Maha Pemelihara
8 Al `Aziiz العزيز Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir المتكبر Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11 Al Khaliq الخالق Yang Maha Pencipta
12 Al Baari` البارئ Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir المصور Yang Maha Membentuk Rupa (makhluk-Nya)
14 Al Ghaffaar الغفار Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar القهار Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab الوهاب Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah الفتاح Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim العليم Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20 Al Qaabidh القابض Yang Maha Menyempitkan (makhluk-Nya)
21 Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan (makhluk-Nya)
22 Al Khaafidh الخافض Yang Maha Merendahkan (makhluk-Nya)
23 Ar Raafi` الرافع Yang Maha Meninggikan (makhluk-Nya)
24 Al Mu`izz المعز Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya)
25 Al Mudzil المذل Yang Maha Menghinakan (makhluk-Nya)
26 Al Samii` السميع Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir البصير Yang Maha Melihat
28 Al Hakam الحكم Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl العدل Yang Maha Adil
30 Al Lathiif اللطيف Yang Maha Lembut
31 Al Khabiir الخبير Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim الحليم Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim العظيم Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur الغفور Yang Maha Pengampun
35 As Syakuur الشكور Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36 Al `Aliy العلى Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir الكبير Yang Maha Besar
38 Al Hafizh الحفيظ Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit المقيت Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib الحسيب Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil الجليل Yang Maha Mulia
42 Al Kariim الكريم Yang Maha Mulia
43 Ar Raqiib الرقيب Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib المجيب Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi` الواسع Yang Maha Luas
46 Al Hakiim الحكيم Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud الودود Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid المجيد Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its الباعث Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid الشهيد Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq الحق Yang Maha Benar
52 Al Wakiil الوكيل Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu القوى Yang Maha Kuat
54 Al Matiin المتين Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy الولى Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid الحميد Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii المحصى Yang Maha Mengkalkulasi
58 Al Mubdi` المبدئ Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid المعيد Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii المحيى Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu المميت Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu الحي Yang Maha Hidup
63 Al Qayyuum القيوم Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid الواجد Yang Maha Penemu
65 Al Maajid الماجد Yang Maha Mulia
66 Al Wahiid الواحد Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad الاحد Yang Maha Esa
68 As Shamad الصمد Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69 Al Qaadir القادر Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Maha Berkuasa
71 Al Muqaddim المقدم Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal الأول Yang Maha Awal
74 Al Aakhir الأخر Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Maha Nyata
76 Al Baathin الباطن Yang Maha Ghaib
77 Al Waali الوالي Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Maha Tinggi
79 Al Barri البر Yang Maha Penderma
80 At Tawwaab التواب Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww العفو Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al Muqsith المقسط Yang Maha Pemberi Keadilan
87 Al Jamii` الجامع Yang Maha Mengumpulkan
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Maha Kaya
89 Al Mughnii المغنى Yang Maha Pemberi Kekayaan
90 Al Maani المانع Yang Maha Mencegah
91 Ad Dhaar الضار Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92 An Nafii` النافع Yang Maha Memberi Manfaat
93 An Nuur النور Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94 Al Haadii الهادئ Yang Maha Pemberi Petunjuk
95 Al Baadii البديع Yang Indah Tidak Mempunyai Banding
96 Al Baaqii الباقي Yang Maha Kekal
97 Al Waarits الوارث Yang Maha Pewaris
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Maha Pandai
99 As Shabuur الصبور Yang Maha Sabar

E. Penutup

Tidak diragukan lagi bahwa ilmu tentang nama dan sifat-Nya merupakan semulia2nya ilmu syar'i dan semurni2nya tujuan yang agung karena berkaitan dengan semulia2nya Dzat yaitu Allah Ta'ala.

Mengenal Allah, nama2 dan sifat2 serta perbuatan2-Nya merupakan semulia2nya ilmu agama. Mengharapkan wajah Allah merupakan semulia2nya tujuan. Beribadah kepada-Nya merupakan sebaik2nya amal perbuatan dan memuji Allah melalui nama dan sifat-Nya merupakan semulia2nya ucapan. Itulah fondasi agama yang lurus.

Dengan pembahasan materi ini, semoga kita semakin mengenal-Nya dan dapat berdzikir, bersyukur serta beribadah kepada-Nya dengan kesempurnaan cinta dan ketundukan kepada-Nya. Aamiin...3x

======
Sumber utama diambil dari:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 7 November 2015, Bogor)

"Asma-ul Husna (Nama-nama Indah Allah)"


A. Pendahuluan

Salah satu tujuan diciptakan manusia selain beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah di muka bumi ini adalah mengilmui tentang Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya:


اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

“Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12)

Sesungguhnya pengetahuan tentang Allah serta nama2 dan sifat2-Nya adalah semulia2nya ilmu. Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa Dia adalah  Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dengan demikian, ilmu tentang keesaan Allah adalah yang paling dituntut dari makhluk-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam Qs. Muhammad ayat 19:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ

"Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah".

Ada dua perkara yang merupakan tuntutan yang diwajibkan kepada manusia, yaitu:
1. Mengenal Allah dengan nama2 dan sifat2-Nya, juga dengan perbuatan2 dan hukum2-Nya.
2. Beribadah kepada-Nya dengan segala tuntutan dan konsekuensinya.

Ilmu tentang Allah adalah asal segala ilmu. Maka barangsiapa yang mengetahui Allah, dia akan mengetahui yang selain Allah. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui Tuhannya, maka dia akan lebih tidak mengetahui yang lain-Nya. Allah berfirman:


 وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

" Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik". (Qs. Al-Hasr:19)

Ayat di atas menjelaskan bahwa barangsiapa yang lupa kepada Tuhannya, maka Allah akan menjadikan dia lupa kepada dirinya sendiri. Maka, dia tidak akan mengenal hakikat dirinya, tidak pula kemaslahatan diri, bahkan dia tidak mengetahui apa yang baik bagi dirinya untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat. Dia akan menjadi makhluk yang sia2, bagaikan binatang2, padahal binatang bisa jadi lebih mengetahui apa yang maslahat untuk dirinya bila dibandingkan orang tersebut. Karena binatang tetap teguh dengan karunia yang diberikan oleh-Nya.

Adapun orang yang lupa kepada Allah, dia telah keluar dari fitrahnya. Dia lupa kepada Tuhannya, hingga Allah pun menjadikannya lupa kepada dirinya sendiri dan sifat2 dirinya, dan dia pun lupa kepada yang memungkinkannya bisa hidup lengkap, mampu membersihkan diri dan bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jika seorang hamba tahu, bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Tunggal, tunggal dalam keazalian (keabadian, kekekalan, tiada berawal dan tiada berakhir), dan dia pun menyadari akan ketidakmampuan makhluk untuk mencipta walau setitik atom, atau bahkan lebih kecil daripada itu. Dan dia pun tahu, bahwa dia tidak memiliki dirinya sendiri, dan bahwa wujud dirinya adalah bukan miliknya, bukan olehnya dan bukan darinya. Maka pengetahuan tentang Allah akan mantap dalam qalbunya.

Dengan demikian, maka akan terhapuslah dalam qalbunya kerinduan kepada selain-Nya. Sebagaimana juga akan lenyap dalam hatinya perasaan merasa kaya, merasa kuasa untuk mengatur, merasa memiliki dan merasa berkuasa. Maka jadilah Allah sebagai Dzat yang disembah dan selalu diingat.

B. Pengertian Asma-ul Husna beserta Dalilnya

Asmaul Husna merupakan nama-nama yang baik yang di miliki oleh Allah SWT. Secara harfiyah, pengertian Asmaul Husna merupakan "nama-nama yang baik". Asmaul Husna merujuk kepada nama-nama, gelar, sebutan, sekaligus sifat-sifat Allah SWT yang indah lagi baik.

Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap umatnya. Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Istilah Asmaul Husna juga dikemukakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)" (Q.S. Thaha:8).

Umat Islam dianjurkan berdoa kepada Allah sambil menyebut Asmaul Husna. Misalnya, saat seorang Muslim memohon ampunan-Nya, maka ia berdoa mohon ampun sambil menyebut "Al-Ghoffaar" (Yang Maha Pengampun) dan seterusnya.

"Katakanlah (olehmu Muhammad): Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna (nama-nama yang terbaik)..." (Q.S Al-Israa': 110)


Jumlah Asmaul Husna adalah  99 nama, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi, diperkuat dengan hadits riwayat Bukhari.

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata Nabi Muhammad Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt mempunyai 99 nama, yaitu seratus kurang satu, barangsiapa menghitungnya (menghafal seluruhnya) masuklah ia kedalam surga" (HR. Bukhari).

C. Tingkatan Ungkapan Tentang Asma-ul Husna.

Ada 4 tingkatan ungkapan manusia terhadap asma-ul husna, yaitu:

1. Ungkapan yang paling buruk, yaitu ungkapan yang mengatakan " berakhlaklah dengan nama2 Allah", ungkapan ini merupakan pernyataan yang tidak tepat, karena ungkapan tersebut merupakan kalimat yang dikutip dari perkataan para filosof, agar manusia berusaha sekuat tenaga untuk menyerupai Tuhan.

2. Ungkapan yang lebih baik adalah at-takhalluq (berakhlak dengan akhlak Allah).

3. Ungkapan yang lebih baik lagi adalah ungkapan yang dikatakan oleh Abul Hankam bin Barrajan (seorang sufi yang juga mufassir) yaitu ta'abbud (beribadahlah dengan nama2 Allah).

4. Sedangkan ungkapan yang terbaik dari semuanya  adalah ungkapan al-qur'an yaitu do'a (berdoalah dengan nama2 Allah). Sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya:

"Allah memiliki Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama yang baik itu..." (QS. Al-A'raaf : 180).

D.  Asma-ul Husna

Ke-99 Asmaul Husna atau Nama-Nama yang Baik itu adalah sebagai berikut:

No. Nama Arab Indonesia

1 Ar Rahman الرحمن Yang Maha Pengasih
2 Ar Rahiim الرحيم Yang Maha Penyayang
3 Al Malik الملك Yang Maha Merajai/Memerintah
4 Al Quddus القدوس Yang Maha Suci
5 As Salaam السلام Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6 Al Mu`min المؤمن Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin المهيمن Yang Maha Pemelihara
8 Al `Aziiz العزيز Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir المتكبر Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11 Al Khaliq الخالق Yang Maha Pencipta
12 Al Baari` البارئ Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir المصور Yang Maha Membentuk Rupa (makhluk-Nya)
14 Al Ghaffaar الغفار Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar القهار Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab الوهاب Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah الفتاح Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim العليم Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20 Al Qaabidh القابض Yang Maha Menyempitkan (makhluk-Nya)
21 Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan (makhluk-Nya)
22 Al Khaafidh الخافض Yang Maha Merendahkan (makhluk-Nya)
23 Ar Raafi` الرافع Yang Maha Meninggikan (makhluk-Nya)
24 Al Mu`izz المعز Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya)
25 Al Mudzil المذل Yang Maha Menghinakan (makhluk-Nya)
26 Al Samii` السميع Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir البصير Yang Maha Melihat
28 Al Hakam الحكم Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl العدل Yang Maha Adil
30 Al Lathiif اللطيف Yang Maha Lembut
31 Al Khabiir الخبير Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim الحليم Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim العظيم Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur الغفور Yang Maha Pengampun
35 As Syakuur الشكور Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36 Al `Aliy العلى Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir الكبير Yang Maha Besar
38 Al Hafizh الحفيظ Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit المقيت Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib الحسيب Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil الجليل Yang Maha Mulia
42 Al Kariim الكريم Yang Maha Mulia
43 Ar Raqiib الرقيب Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib المجيب Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi` الواسع Yang Maha Luas
46 Al Hakiim الحكيم Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud الودود Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid المجيد Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its الباعث Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid الشهيد Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq الحق Yang Maha Benar
52 Al Wakiil الوكيل Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu القوى Yang Maha Kuat
54 Al Matiin المتين Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy الولى Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid الحميد Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii المحصى Yang Maha Mengkalkulasi
58 Al Mubdi` المبدئ Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid المعيد Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii المحيى Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu المميت Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu الحي Yang Maha Hidup
63 Al Qayyuum القيوم Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid الواجد Yang Maha Penemu
65 Al Maajid الماجد Yang Maha Mulia
66 Al Wahiid الواحد Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad الاحد Yang Maha Esa
68 As Shamad الصمد Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69 Al Qaadir القادر Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Maha Berkuasa
71 Al Muqaddim المقدم Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal الأول Yang Maha Awal
74 Al Aakhir الأخر Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Maha Nyata
76 Al Baathin الباطن Yang Maha Ghaib
77 Al Waali الوالي Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Maha Tinggi
79 Al Barri البر Yang Maha Penderma
80 At Tawwaab التواب Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww العفو Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al Muqsith المقسط Yang Maha Pemberi Keadilan
87 Al Jamii` الجامع Yang Maha Mengumpulkan
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Maha Kaya
89 Al Mughnii المغنى Yang Maha Pemberi Kekayaan
90 Al Maani المانع Yang Maha Mencegah
91 Ad Dhaar الضار Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92 An Nafii` النافع Yang Maha Memberi Manfaat
93 An Nuur النور Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94 Al Haadii الهادئ Yang Maha Pemberi Petunjuk
95 Al Baadii البديع Yang Indah Tidak Mempunyai Banding
96 Al Baaqii الباقي Yang Maha Kekal
97 Al Waarits الوارث Yang Maha Pewaris
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Maha Pandai
99 As Shabuur الصبور Yang Maha Sabar

E. Penutup

Tidak diragukan lagi bahwa ilmu tentang nama dan sifat-Nya merupakan semulia2nya ilmu syar'i dan semurni2nya tujuan yang agung karena berkaitan dengan semulia2nya Dzat yaitu Allah Ta'ala.

Mengenal Allah, nama2 dan sifat2 serta perbuatan2-Nya merupakan semulia2nya ilmu agama. Mengharapkan wajah Allah merupakan semulia2nya tujuan. Beribadah kepada-Nya merupakan sebaik2nya amal perbuatan dan memuji Allah melalui nama dan sifat-Nya merupakan semulia2nya ucapan. Itulah fondasi agama yang lurus.

Dengan pembahasan materi ini, semoga kita semakin mengenal-Nya dan dapat berdzikir, bersyukur serta beribadah kepada-Nya dengan kesempurnaan cinta dan ketundukan kepada-Nya. Aamiin...3x

======
Sumber utama diambil dari:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 7 November 2015, Bogor)