Saturday 9 July 2016

"Kunci Kebahagian"

Apa itu bahagia?

Secara umum definisi bahagia adalah segala sesuatu yang akan membuat hati kita senang dan tenang.

Dalam memperoleh kebahagiaan ini, ada beberapa orang yang menganggap kebahagiaan bisa diperoleh dengan:

1. Harta dan anak

Orang yang memahami bahwa kebahagiaan bisa didapat dengan harta dan anak, maka mereka akan berusaha keras mengejar dan mendapatkannya dengan segala cara. Sehingga setiap pertemuan, yang ditanyakan kepada orang lain adalah punya kendaraan apa, berapa banyak rumah dan luasnya serta berapa anak yang sudah mereka punyai. Padahal apalah manfaat banyaknya harta jika sebagian besar hartanya tidak dia manfaatkan dan tidak ditunaikan zakat hartanya, serta apalah artinya banyak anak jika mereka bukan anak2 yang shaleh.

Namun mereka yang menganggap bahwa kebahagiaan itu hanya bisa didapat dengan harta, mereka akan mendapatkan atau mempertahankan suami/istri yang menghasilkan harta yang banyak walaupun dirinya menderita disiksa oleh pasangannya itu. Atau mereka akan berusaha menipu banyak orang walaupun dirinya diliputi ketakutan dikejar oleh orang2 yang telah ditipunya.


Padahal dalam Surah At-Takasur ayat 1-3 disebutkan:

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)".

Pada surat yang sama dan ayat ke 6 disebutkan:
"niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahanam,"

 dan ayat 8: "kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu, tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)."

2. Jabatan

Ada juga orang yang menganggap bahwa kebahagiaan itu didapat dengan jabatan. Sehingga banyak orang yang menghabiskan hartanya sampai ratusan juta bahkan milyaran untuk mendapatkan sebuah jabatan. Bahkan ada juga yang mengorbankan keluarga, sahabat dan teman2nya hanya untuk menggapai  tujuannya tersebut dengan harapan banyak orang yang menyanjung dan memujinya, padahal pujian itu hanyalah berada di ujung lidah saja.

Disamping itu, yang namanya jabatan tetap ada konsekuensinya, yaitu dengan seabreg tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukannya. Bahkan di akhirat kelak, seorang yang menjabat akan diminta pertanggung jawabannya.

Rasulullah saw bersabda, "
“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (Sahih, HR. Muslim no. 1825


3. Kemaksiatan

Ada orang yang sengaja berbuat maksiat semata2 karena ingin bahagia. Sehingga ada orang yang pergi ke diskotek, berjinah, mencuri, mabuk2an dengan harapan memperoleh kebahagiaan.

Memang harus diakui ada sebuah kenikmatan dalam melakukan sebuah kemaksiatan, sebagaimana ada kenikmatan juga dalam melakukan amal shaleh.

Namun kenikmatan yang diperoleh dalam bermaksiat tidak akan bertemu dengan kenikmatan dalam beramal shaleh. Dimana bagi orang yang senantiasa beramal shaleh itu merasa bahwa melakukan kemaksiatan itu hanyalah sebuah penderitaan belaka sebagaimana yang dirasakan oleh orang yang senantiasa bermaksiat merasa berat dalam berbuat amal shaleh.

Disamping itu kenikmatan dalam beramal shaleh berbeda dengan kenikmatan dalam bermaksiat. Dimana orang yang sudah bermaksiat, umumnya merasakan penyesalan di hatinya, bahkan orang2 kafir pun ada rasa penyesalan di hatinya setelah mereka selesai berzina. Tapi mereka tidak tahu jalan keluar untuk menghilangkan sesuatu yang mengganggu hatinya itu.

Dalam sebuah hadis disebutkan, “ Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 4). (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu . Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi).

4. Tidak ada

Namun bagi seseorang yang sudah menggapai semua hal yang dianggap bisa membuat mereka bahagia itu didapat, banyak diantara mereka yang akhirnya berkesimpulan bahwa tidak ada kebahagiaan di dunia ini. Mereka akhirnya putus asa, dan seberapa diantaranya memilih jalan untuk bunuh diri.


Pertanyaannya adalah Apakah ada yang namanya kebahagiaan di dunia ini?

Ada, sebagaimana perkataan para ulama terdahulu.

Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.’”

Ibrahim bin Adham mengatakan, “Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli kami dengan pedang.” Ada ulama salaf yang lain mengatakan, “Pada suatu waktu pernah terlintas dalam hatiku, sesungguhnya jika penghuni surga semisal yang kurasakan saat ini tentu mereka dalam kehidupan yang menyenangkan.”

Jadi apa saja kunci2 yang harus dimiliki sehingga dapat memperoleh kebahagian sebagaimana yang dirasakan oleh para ulama tersebut?

Beberapa kunci agar memperoleh kebahagiaan di dunia ini, diantaranya adalah:

1. Meyakini adanya Allah swt dan mentauhidkannya.

Orang yang yakin akan adanya Allah serta tidak menyukutukan-Nya, maka hidupnya akan tenang. Dia yakin bahwa Allah Maha Melihat pada semua yang dilakukan makhluk2-Nya. Dia akan membalas semua perbuatan manusia, baik itu perbuatan zhalim maupun perbuatan amal shaleh.

Dia tidak akan berani melakukan zhalim pada orang lain, karena yakin Allah melihatnya. Dan dia pun tidak akan sedih yang berlarut2 bila didholimi oleh orang yang jauh lebih kuat darinya, karena yakin Allah akan membalasnya.

Hatinya akan tenang saat mengingat Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya:

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram ” (Qs. ar-Ra’du: 28)


2. Menjiplak dan mengikuti Rasulullah.

Umat saat ini benar2 dimanjakan oleh Allah, dimana kita telah diberi model kehidupan yang sempurna, yaitu dengan diutusnya Rasulullah. Kita tinggal menjiplak dan mengikuti  apa yang dilakukan Rasulullah dalam menghadapi segala kehidupan di dunia ini.

Kehidupan yang dijalani Rasulullah sangat lengkap. Dia adalah seorang rasul yang pernah kaya dan juga pernah miskin, beliau pernah menjalani sebagai seorang pedagang, penggembala, pemimpin perang dan kepala pemerintahan.  Rasulullah juga seorang suami yang memiliki istri, memiliki anak dan juga memiliki cucu. Kita bisa mengikuti bagaimana solusi yang dilakukan Rasulullah dalam menghadapi segala permasalahan hidup di dunia ini.

Orang yang mengikuti Rasulullah pasti akan mendapatkan solusi dari permasalahan kehidupan di dunia ini dan memperoleh kebahagiaan di akhirat.

Sebagaimana yang diabadikan dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

“ Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah .” (Al-Ahzab: 21)


Oleh karena itu kenalilah Rasulullah dengan mempelajari sirah nabi atau kehidupan Rasulullah. Lalu realisasikan dalam kehidupan kita sesuai dengan yang sedang kita alami.

3. Selalu menggantungkan hati kita pada akhirat

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. ” ( Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.)

Apabila seorang hamba menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dan mengesampingkan urusan akhiratnya, maka Allâh Azza wa Jalla akan menjadikan urusan dunianya tercerai-berai, berantakan, serba sulit, serta menjadikan hidupnya selalu diliputi kegelisahan. Allâh Azza wa Jalla juga menjadikan kefakiran di depan matanya, selalu takut miskin, atau hatinya selalu tidak merasa cukup dengan rizki yang Allâh Azza wa Jalla karuniakan kepadanya. Dunia yang didapat hanya seukuran ketentuan yang telah ditetapkan baginya, tidak lebih, meskipun ia bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan hingga pagi lagi dengan mengorbankan kewajibannya beribadah kepada Allâh, mengorbankan hak-hak isteri, anak-anak, keluarga, orang tua, dan lainnya.

Orang yang hatinya sehat, dia akan lebih mengutamakan akhirat daripada kehidupan dunia yang fana, tujuan hidupnya adalah akhirat. Dia menjadikan dunia ini sebagai tempat berlalu dan mencari bekal untuk akhirat yang kekal. Orang yang hatinya sehat akan selalu mempersiapkan diri dengan melakukan ketaatan dan mengerjakan amal-amal shalih dengan ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla dan menjauhkan larangan-larangan-Nya, karena dia yakin pasti mati dan pasti menjadi penghuni kubur dan pasti kembali ke akhirat. Karena itu, dia selalu berusaha untuk menjadi penghuni surga dengan berbekal iman, takwa, dan amal-amal yang shalih.

Bagi orang yang tujuannya adalah akhirat, maka akan menganggap segala sesuatu yang ada di dunia ini tampak kecil jika dibandingkan dengan akhirat. Bagaimana bisa kehidupan keindahan dunia dibandingkan dengan keindahan surga, dimana salah satu luas tanah istana yang dimiliki penduduk surga baru bisa terlewati selama 40 tahun perjalanan, batu batanya dari emas serta kekayaan paling rendah penduduk surga itu sama dengan 10 kali lipat orang yang paling kaya dan berkuasa  yang pernah hidup di dunia ini.

4. Menyibukkan diri dengan amal shaleh

Dalam salah satu ayat disebutkan “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Ayat diatas menyebutkan bahwa orang yang senantiasa beramal shaleh akan mendapatkan kehidupan yang baik. Oleh karena itu, kita sebagai seorang hamba yang ingin mendapatkan kebahagian, awalnya harus memaksakan diri dan memprogramkan untuk senantiasa berbuat amal shaleh. Bila kita sudah terbiasa melakukannya, maka pada akhirnya kita akan merasakan kenikmatan sebagai buah dari amal shaleh kita.

5. Lingkungan yang baik

Sesungguhnya lingkungan sangat berperan besar dalam mempengaruhi kehidupan kita, oleh karena itu berusahalah untuk mencari pasangan yang shaleh serta mendidik anak2 agar menjadi orang2 yang shaleh dan selalu menggalakkan amar ma'ruf nahi munkar bagi lingkungan kita sehingga terbentuk lingkungan yang shaleh.

Sebagaimana salah satu kisah orang yang ingin bertobat dari perbuatannya yang telah membunuh 100 orang. Tobatnya baru diterima pada saat dia berhijrah dari lingkungannya yang buruk menuju lingkungan yang baik yang ditempati oleh orang2 shaleh. Walaupun dirinya tidak sempat sampai tujuan tapi niat dan tindakannya dalam berhijrah tersebut sudah mencukupi untuk memasukkannya ke dalam surga.

----------

Disarikan dari Ceramah Dr Khalid Baslamah (https://youtu.be/M7OBdaLpWmc) serta sumber lainnya.

(Gantira, 9 Juli 2016, Bogor)