Wednesday 5 July 2006

Menyapu

Menyapu merupakan hal yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Tujuan menyapu adalah untuk membersihkan rumah dari kotoran baik itu debu, bekas makanan atau apapun yang terlihat kotor oleh mata kita. Namun bila kita melihat secara mendasar, menyapu itu sendiri ada suatu filosofi yang bisa diambil darinya. Dimana dengan menyapu lantai setiap hari maka kita akan melihat suatu kebersihan yang ada dilantai kita. Namun bila kita menundanya maka kotoran itu akan semakin menumpuk dan menumpuk sehingga bila dibiarkan maka kita akan menjadi malas tuk membersihkannya.

Kita coba hubungkan dengan kehidupan kita sehari-hari dalam memperlakukan diri kita dan diri orang lain. Bila awalnya kita baik dan berusaha membersihkan hati kita dari sifat iri, dengki dan kekesalan hati terhadap orang lain dengan cara menyapu hati yang kotor. Baik itu dengan cara beristigfar maupun mengingat segala kekuasaanNya maka kita akan mengalami ketenangan dalam jiwa.

Dengan kebersihan hati ini maka bila kita berbicara maka kita akan mengeluarkan kata-kata yang tulus dan enak didengar sehingga semua orang yang mendengarkan kalimat kita akan merasakan kesejukan dan kenikmatan tersendiri. Namun bila kita jarang menyapu hati ini, maka lama kelamaan hati ini akan semakin kotor dan pada puncaknya akan mengeluarkan bau busuk yang sangat mengganggu semua orang yang terbiasa merasakan kenikmatan kebersihan.

Sehingga apabila kita berbicara maka yang keluar walaupun itu sangat bagus akan tersa mengganjal di hati orang-orang yang mempunyai kebersihan hati. Berbneda jika hati yang mendengarkannya busuk maka ia akan mendengarkan kata-kata yang busuk itu hal yang biasa Karen diapun sudah terbiasa mengeluarkan dan memedamkebusukan kekotoran hati mereka.

Namun walaupun demikian orang yang terbiasa tidak menyapu hatinya saat dia mendengarkan kata-kata dan kalimat dari orang yang mempunyai hati yang bersih maka dia akan merasakan kenikmatan itu tersendiri. Sebagaimana orang yang terbiasa dilingkungan yang sangat kotor pada saat dia memasuki rumah yang sama-sama kotor dia akan merasakan hal yang biasa, dia tidak akan terganggu dan tetap merasakan kenyamanan. Namun bila orang tersebut memasuki rumah yang terawat kebersihannya, maka ia akan merasakan kenyamanan yang luar biasa, dia akan merasakan kenikmatan dan ingin tinggal di tempat yang bersih itu lebih lama lagi.

Berbeda dengan orang yang terbiasa menyapu rumahnya, saat dia mendatangi rumah yang tak pernah disapu, maka dia akan merasakan ketidaknyamanan berada dirumah tersebut. Dia akan secepat mungkin untuk keluar karena ketidak nyamanan menurut jiwanya atau dia malah akan berusaha membersihkannya dengan tangannya sendiri. Sehingga pada saat hasilnya semakin bagus dan menjadi bersih dia akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Begitu pula orang-orang yang terbiasa menyapu diri dan hatinya, saat dia berkumpul dengan orang-orang yang jarang menyapu hatinya, dia merasakan ketidak nyamanan. Ada dua pilihan yang bisa dia lakukan, yaitu membersihkan hati lingkungannya atau meninggalkan sama sekali sebelum hatinya ikut terkotori.

Melihat hal ini, maka yang terbaik adaah apakah kita mempunyai suatu energi yang kuat untuk membersihkannya atau tidak. Jika masih mempunyai energi yang sangat kuat maka yang terbaik buat dirinya adalah membersihkan hati yang ada disekeklilingnya sehingga pada akhirnya sekelilingnya ikut bersih. Dan orang tersebut akan merasakan kenyamanan yang luar biasa pada saat dia berhasil membersihkannya. Sehingga dalam hal agama maka dia akan memperoleh kebajikan dan pahala yang berlipat ganda sebanyak apa yang dilakukan oleh orang yang telah tercerahkan olehnnya.

Namun hati-hati bila kita tidak mempunyai energi yang cukup untuk membersihkannya, maka yang terbaik buatnya adalah meninggalkan ruangan itu atau meninggalkan lingkungan yang buruk karena jika tidak meninggalkannya maka dia akan ikut menjadi kotor dan pada akhirnya dia akan menjadi orang yang tidak akan lagi terbiasa dalam mebersihkan hatinya.

Sebagaimana suatu pepatah yang mengatakan bahwa jika kita bergaul dengan tukang mingyak wangi maka kita akan kecipratan juga begitu pula jika kita bergaul dengan tukang pandai besi kita akan kecipratan bau bubuk besi. Kecuali kalau kita tukang minyak dan terus berusaha mengaharumi ruangan tukang besi, dengan peralatan minyaknya yang melebihi persediaan si tukang besi maka ruangan tukang besi itu akan menjadi sangat harum sebagaimana ruangan tukang wangi tersebut.

Dalam hal kebiasaan menyapu hati ini, ada sebuah lagu dalam lagunya bimbo dikatakan bahwa saat kita sering menyapu hati atau dalam bahasa agamanya kita sering membersihkan hati ini dengan dekat kepadaNya maka Dia akan semakin dekat pula kepada kita. Namun bila kita jarang membersihkannya atau malah mengotorinya maka Diapun akan semakin jauh dari kita. Sebuah lagu yang isinya “aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engkau dekat”. Suatu ungakapan dan syair yang sangat erat sekali dengan filosopi menyapu .

-Gantira- Jakarta