Tuesday 14 June 2011

Perbincangan Dalam Kebisuan


Hampir 1 jam kami menunggu ambulan yang akan menjemput kita

Karena kulihat dirimu terdiam maka aku pun ikut terdiam

Aku terus memperhatikan dirimu yg terbujur kaku tanpa sedikitpun mau menyapaku

Karena melihat situasi yg bisu maka aku pun mulai menyapamu dalam hatiku

"Teman, kutahu apa yang dirimu alami saat ini. Namun kutahu juga lidahmu tidak bisa mengungkapkan apa yang ingin dirimu katakan"

"Teman, kutahu gejolak jiwamu yang ingin melakukan banyak hal di dunia ini. Namun kutahu juga tubuhmu sudah sangat sulit digerakkan.”

"Teman, kutahu dirimu ingin sekali berbincang-bincang dengan diriku tentang keadaanmu. Namun aku tidak bisa mendengarkan teriakanmu."

"Teman, maafkan aku atas keterbatasanku yang tidak bisa melihat dan merasakan yang dirimu alami. Namun aku tahu dengan keyakinan penuh apa yang dirimu alami walaupun kita berbincang dalam kebisuan."

"Teman, yang bisa kulakukan hanya sesekali berdiri dan sesekali duduk menemanimu dalam kebisuan."

"Teman, yang bisa kulakukan hanyalah berdoa untukmu dan juga untukku semoga amal kebaikan dirimu, diriku diterima-Nya. Serta kekhilafanmu dan perbuatan dosaku diampuni-Nya."

"Teman, yang bisa kulakukan untukmu hanyalah membaca Surat Al-fatihah secara berulang-ulang dengan harapan besar bermanfaat untukmu dan juga untukku kelak"

"Teman, yang bisa kulakukan hanyalah terdiam mendengarkan nasihatmu dalam kebisuanmu"


"Teman, walaupun dirimu terbaring dan diriku berdiri, namun yang pasti suatu saat aku akan mengalaminya juga."

"Selamat tinggal teman. Suatu saat nanti, entah esok hari, entah lusa, entah minggu nanti,
entah tahun nanti, entah kapan aku tidak tahu, yang pasti aku akan mengikuti langkahmu tanpa bisa kutolak"

"Teman semoga arwahmu diterima disisi-Nya."

"Aamiin..Aamiin..Aamiin."
...
(Gantira, 14 Juni 2011, Rumah Sakit Pasar Rebo Jakarta)