Thursday 29 September 2016

"Mau Pilih yang Mana?"

Coba, kalau ada dua pilihan, kita ingin memilih mana?

1. Seorang yang jenius

Dia terus menemukan teknologi baru, lalu barangnya itu laku keras. Dari hasil penjualannya dia bisa membeli berbagai makanan dan kemewahan lainnya. Namun syaratnya dia harus terus berinovasi, karena kalau tidak berinovasi perusahaannya akan hancur dan dikalahkan oleh perusahaan lain yang zaman ini tidak pernah berhenti dalam berinovasi sebagaimana hancurnya Nokia dan BB yang pernah jadi penguasa Hp no 1 di dunia ini.

Sehingga seluruh waktu hidupnya hanya dihabiskan dengan kerja keras dan terus berinovasi, tidak memiliki sedikit pun waktu untuk ibadah. Karena baginya waktu sangat berharga dalam menemukan teknologi baru.

Selain itu, tidak setiap orang dilahirkan memiliki otak jenius. Sehingga bagi orang yang memiliki IQ biasa2 saja, hanya gigit jari dan mimpi belaka jika mengharapkan menjadi orang yang sangat jenius ini.

2.Seorang yang sangat bertaqwa kepada Allah

Allah limpahkan kebahagiaan hidup baginya, semua keinginannya di dunia ini terpenuhi dari tempat yang tak di sangka2.

Rizkinya turun dari langit dan bumi, dimana bisa saja saat dia bertanam hasil pertaniannya berlimpah ruah, saat beternak hasilnya sangat memuaskan, saat berdagang keuntungannya terus bertambah, saat sebagai seorang peneliti idenya terus berdatangan, hujan terus menyirami perkebunannya, para langganan terus berdatangan, para karyawannya jujur, anak2nya taat, mitra bisnis nya segan menipunya.

Semakin banyak teman2nya yang sama2 bertakwa kehidupannya semakin berlimpah keberkahan. Dan syaratnya agar situasi ini tetap ada padanya adalah dia harus terus bertaqwa, jangan pernah berani meninggalkan perintah-Nya dan melanggar larangan-Nya. Kalau hal ini terjadi maka keistimewaannya akan terhenti dan tidak ada lagi jaminan hidupnya akan berkah lagi.

Sehingga untuk mempertahankan kenikmatan hidup yang dialaminya saat itu, maka dia harus terus bekerja keras meningkatkan ketakwaannya.

Disamping itu, pada dasarnya setiap orang bisa menggapai ketakwaan ini. Hal ini tergantung dari keikhlasan hatinya untuk tidak sombong dalam mengakui kekuasaan-Nya serta taat secara totalitas pada semua aturan-Nya.

Ingatlah beberapa hadist dan ayat berikut ini:

Rasulullahsaw pernah bersabda,

“Barangsiapa yang kehidupan akhirat menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah akan meletakkan rasa cukup di dalam hatinya dan menghimpun semua urusan untuknya serta datanglah dunia kepadanya dengan hina. Tapi barangsiapa yang kehidupan dunia menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah meletakkan kefakiran di hadapan kedua matanya dan mencerai-beraikan urusannya dan dunia tidak bakal datang kepadanya, kecuali sekedar yang telah ditetapkan untuknya.” (HR. Tirmidzi)

Allah SWT berfirman: “ Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan ” (QS. Hud[11]: 15-16).

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:2-3)

Dia juga berfirman, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:4)

Ayo mau pilih yang mana?

(Gantira, 30 September 2016, Bogor)

Saturday 17 September 2016

"Arah Perbandingan"

Kadangkala, ada satu saat tertentu kita ingin membandingkan diri kita dengan teman kita, atau orang2 yang kita kenal.

Cobalah rasakan perbedaannya:

a. Saat kita membandingkan diri kita dengan orang lain yang wajahnya lebih tampan, hartanya lebih berlimpah, pasangannya lebih menarik, jabatannya lebih tinggi, aktifitas perjalanannya/wisata ke berbagai tempat/negara yang lebih banyak atau perbandingan dunia lainnya maka  ---> hasilnya hati kita menjadi malu, tapi malu yang membuat hati makin gelisah dan tidak nyaman serta tidak terlalu menyukai orang yang kita bandingkan karena pada dasarnya kita tidak bisa menggapainya walaupun sudah bekerja keras lebih darinya. Jadi situasi dan suasana hati kita bukan makin baik.

b. Coba sekarang bandingkan diri kita dengan orang lain yang shalatnya lebih baik, puasa sunatnya lebih istiqomah, kesabarannya lebih besar, shadaqahnya lebih ikhlas, semangat menuntut ilmu agamanya lebih gigih, akhlaknya lebih baik atau perbandingan amal ibadah lainnya, maka --> hasilnya hati kita pun sama2 menjadi malu, tapi malu yang membuat hati tenang serta menyukai orang yang kita bandingkan tersebut karena pada dasarnya kita pun bisa melakukannya, namun usaha dan tekad kita belum sungguh2 untuk menggapainya.

Jadi, bila tiba2  muncul dorongan hati untuk membandingkan diri kita dengan orang lain, maka arahkanlah diri kita untuk membandingkan diri dengan orang lain yang amal akhiratnya lebih baik dari kita bukan dengan orang lain yang dunianya lebih berlimpah, niscaya suasananya hati kita akan lebih baik dan kebahagiaan hati kita akan semakin meningkat jika kita berusaha keras mengejarnya.

(Gantira, 18 September 2016, Bogor)

Thursday 15 September 2016

"Kekuatan dan Kemenangan"

Kalau kita baca sejarah umat islam sebelumnya. Semua peperangan yang diikuti oleh umat islam pasti mendapatkan kemenangan yang gemilang, walaupun dari segi jumlah, peralatan perang, pengalaman dan kekuatan fisik jauh lebih kecil dari pihak lawan.

Ingatlah pada perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan Tahun 2 Hijriyah, dimana Rasulullah didukung oleh  314 prajurit, 70 ekor kuda, 60 orang anggota pasukannya berbaju besi dan 2 penunggang kuda. Sedangkan pasukan dari kaum Quraisy dengan jumlah pasukan 950 orang, didukung oleh 200 ekor kuda serta 600 orang berpakaian baju besi.

Pada perang Ahzab atau Khandaq yang terjadi pada tahun 5 Hijriyah, Rasulullah dengan kaum muslim berangkat dengan jumlah 3.000 orang, sedangkan pasukan Quraisy dengan jumlah 10.000 orang  yang juga dibantu oleh Kaum Ghathafan dan Bani Quraizhah.

Pada perang Mu'tah, yaitu perang pertama antara umat Islam dengan bangsa Romawi yang terjadi pada tahun 8 Hijriyah, dengan jumlah pasukan umat Islam sebanyak 3.000 orang. Sedangkan pasukan Romawi berjumlah 100.000 orang yang ditambah dengan bala bantuan dari kabilah2 Lakhm, Judzam, Al Qin, Bahar dan Baly.

Pada perang Yarmuk, yaitu perang yang terjadi pada Masa Khalifah Abu Bakar pada tahun 14 Hijriyah. Jumlah pasukan muslimin pada saat itu berjumlah 36.000 sampai 40.000 melawan pasukan Romawi berjumlah 240.000. Bahkan pada saat perang Yarmuk ini, Khalid memimpin 100 personil pasukan penunggang kuda untuk menghadapi 100.000 personil Romawi, dan berhasil mengalahkannya.

Pada perang Afrika, yaitu perang yang terjadi pada masa Khalifah Ustman pada tahun 26 Hijriyah. Pada perang ini, pasukan muslimin berjumlah 10.000 personil yang dipimpin oleh Abdullah bin Abu Sarh, sedangkan pasukan lawan yang dipimpin Raja Barbar, yakni Jirjir dengan pasukan berjumlah 100.020 personil.

Bahkan pada perang Afrika ini, Abdullah bin Az-Zubair meminta ijin kepada pemimpin pasukan muslimin (Abdullah bin Abu Sarh) untuk masuk dalam pasukan Afrika dengan membawa  beberapa personil. Dan dengan tenangnya Abdullah bin Az-Zubair berjalan membelah barisan pasukan untuk menuju Raja Barbar dan mereka mengira bahwa Abdullah ini membawa surat pada Raja mereka. Lalu saat sudah dekat dengan sang Raja, raja ini langsung lari dengan kudanya dan dikejar  oleh Abdullah bin Az-Zubair lalu ditombak dan kepalanya ditebas hingga dipasang pada ujung tombaknya. Sambil bertakbir dia mengangkat tombak itu di tengah pasukan musuh hingga membuat mereka terpecah belah melarikan diri.

Dan banyak lagi peperangan2 lainnya yang dimenangkan oleh pasukan muslimin, walaupun dari segi jumlah, peralatan dan pengalaman jauh dibawah pasukan lawan. Apalagi bila memiliki jumlah, peralatan dan pengalaman yang sama atau lebih besar dari musuh, pasukan muslimin dengan sangat mudah mengalahkan mereka.

Namun yang jelas, sesungguhnya  kemenangan yang didapat oleh pasukan umat Islam saat itu bukanlah semata2 terletak pada kekuatan fisik semata tapi yang paling utama adalah kekuatan ilmu dan kekuatan iman.

Jadi, bila sebuah pasukan muslimin, seluruhnya memiliki kekuatan ilmu, yaitu ilmu agama yang dijalaninya sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya, serta kekuatan iman yang diamalkan dengan ikhlas dalam kehidupan nyata, maka bisa dipastikan umat islam akan mendapatkan kemenangan yang gemilang.

Namun bila salah satunya hilang dari pasukan itu, maka tidak ada jaminan kemenangan yang berpihak  pada umat Islam dari  peperangan yang diikutinya.

Sebagaimana yang terjadi pada perang Uhud pada tahun 3 Hijriyah, sebagian pasukannya  salah menafsirkan perintah Rasulullah sehingga para pemanah  tetap turun dari tempatnya yang sebelumnya Rasulullah larang, sehingga akhirnya terjadi kekalahan walaupun awalnya mendapatkan kemenangan.

Sebagaimana juga pada perang Hunain yang terjadi pada tahun 8 Hijriyah, dimana jumlah awalnya pasukan muslimin sangat banyak melebihi pasukan musuh, tapi karena merasa bangga dengan jumlah yang banyak, akhirnya pasukan muslim lari bercerai berai yang hampir mengalami kekalahan. Namun karena yang tersisa yang tidak lari adalah pasukan muslim yang kuat ilmu dan keimanannya akhirnya pasukan kecil ini dapat mengalahkan pasukan yang lebih besar darinya. Hingga akhirnya perang Hunain ini tetap dimenangkan oleh pasukan muslimin.


Sebagaiman yang terjadi pada tahun 351 Hijriyah, dimana pada tahun ini Ad-Damastaq, Raja Romawi memasuki kota Halaba dengan kekuatan 200.000 pasukan dapat mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Said Ad-Daulah, dia adalah seorang Syi'ah yang lebih cenderung kepada sekte Rafidhah. Maka menjadi tidak aneh jika Allah tidak menolong orang2 seperti itu sehingga para musuhnya mampu mengalahkannya karena mereka menjadi pengikut hawa nafsunya.

Serta banyak lagi peperangan2 lainnya yang menjadi sebab kekalahan pasukan muslimin adalah akibat dari pasukannya ada orang2 yang tidak berilmu (salah dalam menafsirkan ajaran Islam) atau banyak berbuat maksiat.

Pada saat ini, peperangan yang terjadi tidak hanya pada medan perang secara fisik, tapi bisa juga dianalogikan dalam perang perdagangan.

Jadi bila kita ingin mendapatkan kemenangan pada saat ini maka yang pertama harus dikuasai adalah ilmu yang benar2 murni berasal dari Rasulullah, serta amalkan secara kaffah. Walaupun jumlah kita sangat sedikit, insya Allah akan mendapatkan kemenangan dengan pertolongan Allah swt.

Ingatlah akan firman-Nya:

“Bahkan jika kamu sabar dan tidak melarikan diri ketika menghadang mereka (kaum musyrikin) dan mereka datang kepada kamu dengan bergegas-gegas di waktu ini, niscaya Allah mengirimkan bala bantuan kepada kamu, yaitu 5.000 malaikat yang terlatih.” (Qs. Ali ‘Imran: 125)

Ingat pula akan sabda Rasulullah saw. : “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan mendapat rezeki karena dosa yang dilakukannya” (HR Ibnu Majah dan Hakim)

Ingatlah pula wasiat Umar bin Khattab  ketika melepas tentara perang: ”Dosa yang dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah. Kalau tidak demikian kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah kita tidak sepadan dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak sepadan dengan perlengkapan mereka. Jika kita sama dalam berbuat maksiat, maka mereka lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan dengan keutamaan kita, maka kita tidak dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.”

Semoga kita semua senantiasa diberi hidayah dengan memahami ilmu yang telah diturunkan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta bisa mengamalkannya secara kaffah, agar kita senantiasa  dianugerahi kemenangan dalam setiap apapun yang sedang kita hadapi, aamiin...3x ya robbal alamin..

( Gantira, 15 September 2016, Bogor)

Wednesday 7 September 2016

"Kebahagiaan"

Kebahagiaan itu adanya di hati kita, bukan di wajah kita, bukan di tubuh kita, bukan di rumah kita, bukan di pakaian kita, bukan di kendaraan kita dan bukan pula pada pandangan orang lain pada kita.

Jika kita berkaca, dan dengan melihat wajah kita membuat kita tambah bahagia dikarenakan kegantengannya atau kecantikannya maka bersyukurlah dengan mengucapkan alhamdulillah. Agar nikmat ini bisa tetap ada pada kita dan semakin ditambah oleh-Nya.

Namun, bila saat kita bercermin ternyata penampilan kita tidak sesuai dengan harapan kita walaupun sudah berusaha merubah penampilan hingga membuat hati kita menjadi kurang bahagia. Maka terimalah diri kita apa adanya dan jangan lagi terlalu banyak bercermin agar tidak mengurangi kebahagiaan yang sudah ada pada hati kita. Tapi yang bisa kita lakukan adalah terimalah apa yang ada, karena dengan menerima dan ridho terhadap apa yang terjadi akan membuat hati kita tenang. Dan bayangkanlah nikmat2 lain yang telah Allah anugrahkanlah pada kita sehingga akhirnya kita menjadi bersyukur atas nikmat2 tersebut hingga hati kita pun menjadi bahagia.

Begitu juga pada saat kita melihat rumah kita, pakaian kita,  kendaraan kita dan pada pandangan orang lain pada kita. Bila hal itu bisa membuat hati kita bahagia maka bersyukurlah dengan memperbanyak hamdalah.

Namun jika sebaliknya malah membuat hati kita terusik hingga mengurangi kebahagiaan yang ada maka lupakanlah kekurangan yang ada serta terimalah dengan ridho karena itulah diri kita. Lalu bayangkanlah nikmat2 lainnya yang ada pada kita hingga bisa buat hati kita bahagia, seperti kebahagian kesehatan, kebahagiaan diberi keluarga yang rukun, kebahagiaan diberi pemahaman agama serta kebahagiaan lainnya sehingga membuat hati kita semakin bersyukur kepada-Nya.

Ingatlah akan firman-Nya:


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs. Ibrahim :7)

“ Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga’ Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan meraka pun ridho kepadanya ”. (QS. Al-Bayyinah :8)

Semoga kita semua termasuk orang yang senantiasa bersyukur akan segala nikmat-Nya sekaligus ridho atas segala ketentuan-Nya, aamiin.3x yra.

(Gantira, 8 September 2016)

Monday 5 September 2016

"Semua Ada Ajalnya"

Kadangkala kita sering mengalami hal2 yang tidak mengenakkan atau bahkan bisa membuat hati kita kesal, marah dan hal lainnya. Baik itu berupa ban kendaraan bocor atau mogok, piring pecah, peralatan elektronik rusak atau hal lainnya.

Namun tahukan kita bahwa segala sesuatu itu ada ajalnya.

Piring pecah, memang sudah ajalnya pecah, baik terpecah tersenggol kita atau oleh anak2 kita.

Kendaraan bannya bocor, memang itu pun sudah ajalnya juga, baik saat kita yang mengendarai ataupun saat dikendarai orang lain.

Begitu juga saat barang2 elektronik kota rusak, itu pun memang sudah ajalnya. Yang memang barang itu harus rusak, cuma waktunya dan siapa yang merusakkan hingga tiba ajalnya itu kita tidak tahu dengan pasti.

Jika kita meyakini dan memahami bahwa segala sesuatu itu memang ada ajalnya, maka hidup kita tidak lagi akan mudah marah dan bertindak sesuatu yang keliru yang hanya akan membuat situasi lebih runyam.

Kita akan menjalani semua itu dengan sikap ridho, lalu berdoa dan  berbuat yang terbaik yang bisa kita lakukan agar permasalahan yang ada cepat selesai.

Yang menjadi beban hidup yang sesungguhnya itu bukanlah karena banyaknya masalah yang datang, tapi yang menjadi kesengsaraan itu adalah bila kita tidak memiliki solusi untuk keluar dari masalah yang ada.

Jadi langkah yang terbaik agar hidup kita bisa tetap tenang dan produktif adalah awali menghadapi segala masalah dengan ridho, lalu berdoa dan berusahalah mencari solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah tersebut.

Kalau kita menghadapi masalah dengan langsung bertindak marah serta menyalahkan banyak orang di sekeliling kita, maka yang terjadi masalah menjadi lebih besar. Hingga pada akhirnya kita akan menyesalinya.

“Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di bumi, melainkan (tercatat) dalam Kitab yang jelas (Lauhul Mahfuz)” (QS: An-Naml (27) :75)

“Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah”, dan jika mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan “Ini dari engkau Muhammad.” Katakanlah, “semua datang dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikitpun)?” (QS. An-Nisa’ (4): 78)

Semoga kita semua termasuk salah seorang yang senantiasa ridho terhadap apapun yang telah terjadi pada kita, serta dapat berbuat dengan sebaik2nya untuk segala sesuatu yang belum terjadi pada kita untuk bekal di kehidupan abadi kelak. Aamiin...3x ya robbal alamin...

(Gantira, 6 September 2016, Bogor)

Saturday 3 September 2016

"Tiga Buah Amal yang tak Ternilai Balasan Pahalanya"

Hampir semua amalan akan dibalas oleh Allah dengan balasan dan  perhitungan yang jelas, yaitu antara 10 kali lipat bahkan sampai 700 kali lipat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadist:

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” [HR. al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahiih mereka]


Namun dari banyaknya perbuatan kebaikan, ada tiga amal yang nilainya tidak terhitung dan hanya Allah sendiri yang akan membalasnya dengan balasan yang tak ternilai dan akan membuat orang yang melakukannya ditingkatkan derajatnya sesuai dengan kehendak Allah. Amal perbuatan tersebut di antaranya adalah:

1. Sabar

Arti sabar adalah menahan diri, yaitu menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya.

Dan sesungguhnya orang yang sabar akan dibalas oleh Allah dengan balasan tanpa batas, sebagaimana dalam salah satu firman Allah SWT : "Sesungguhnya orang yang bersabar akan diberikan pahala mereka tanpa hisab (tanpa batas) " (Surah az-Zumar ayat 10).

Sesuai pandangan islam, beberapa ulama membagi  sabar dalam tiga macam, antara lain :

a. Sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT


Yaitu Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT adalah bagian dari perintah Allah SWT. Kita harus tetap sabar menjalankan itu semua, karena Allah telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjalankan perintah-Nya dengan baik sesuai syariat yang telah Allah SWT turunkan. Mulai dari shalat, zakat, puasa, dakwah, dan lain-lain. Itu semua harus kita jalani dengan sabar.


b. Sabar dari apa yang dilarang Allah SWT

Yakinlah bahwa semua larangan itu pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk berbuat dosa, kecuali dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita melakukannya. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk menahan diri dari perbuatan dosa yang dilarang oleh Allah.

c. Sabar terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah SWT

Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, sakit ataupun kondisi lainnya yang membuat kita sengsara maka kita juga harus tetap bersabar. Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT merupakan salah satu dari macam sabar. Dan balasan lain dari sabar kita itu adalah surga.

Rasulallah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT berfirman“Jika hambaku diuji dengan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya dengan surga” (HR. Bukhori).

2. Memaafkan

Pengertian maaf itu ialah apabila kita mempunyai hak untuk membalas, lalu kita gugurkan hak itu, dan bebaskan orang yang patut menerima balasan itu, dari hukum qisas atau hukum denda.

Memaafkan kesalahan seseorang adalah salah satu tanda orang yang bertakwa, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah:

"(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [Ali-Imran :134]

Juga dalam ayat lainnya difirmankan:

“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” - (QS. Asy-Syura : 43)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khsusus menggambarkan besarnya keutamaan dan pahala sifat mudah memaafkan di sisi Allah Azza wa Jalla dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“ Tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat) ”

Arti bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati manusia karena sifatnya yang mudah memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di sisi Allah Azza wa Jalla.



3. Puasa

Puasa merupakan sarana paling tangguh untuk membantu memerangi hawa nafsu serta menekan nafsu syahwat sekaligus sebagai sarana pensucian jiwa dan pemberhentiannya pada batas-batas Allah Ta’ala, dimana dia akan menahan lisannya dari berbicara sia-sia, mencela, serta menyerang kehormatan orang lain, berusaha menyebar ghibah (menceritakan kejelekan atau aib orang) dan namimah (mengadu domba) ke tengah-tengah mereka, puasa juga dapat menundukkan tipu daya, pengkhianatan, kecurangan, muslihat, serta mencegah upaya melakukan perbuatan keji, memakan riba, menyuap dan memakan harta manusia dengan cara yang bathil serta berbagai macam penipuan.

Selain itu, puasa juga mendorong seorang muslim untuk sesegera mungkin mengerjakan perbuatan baik, baik itu shalat maupun zakat dengan cara yang benar serta menyalurkan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh syari’at.

Puasa merupakan ibadah yang sangat dicintai Allah ta’ala. Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“ Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ta’ala berkata: ‘Kecuali puasa, maka Aku yang akan membalas orang yang menjalankannya karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsunya dan makannya karena Aku’ .” (Shahih, HR. Muslim)

Begitulah penjelasan terkait tiga amalan yang nilainya tak terhingga sehingga akan membuat semakin meningkat derajat kemuliaan orang yang melakukannya, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua dapat melakukannya, aamiin..3x  Ya Rabbal ‘Alamin

----
Diambil dari berbagai sumber.

(Gantira, 4 September 2016)