Saturday 6 August 2016

"Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 4)"

Untuk tulisan "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 3)" Bisa dibaca di
http://sudutpandang2.blogspot.co.id/2016/08/kenalilah-rizqi-kita-bagian-3.html?m=1

Apakah makna sebenarnya dari Doa dan syarat apa saja agar doa kita terkabul?

Makna dasar dari Doa adalah berkomunikasi langsung atau istilah gaulnya adalah curhat. Jadi makna berdoa kepada Allah adalah bahwa kita sedang berkomunikasi langsung dengan  Allah.

Bila kita memahami makna komunikasi ini, maka kita akan menyadari bahwa doa ini adalah suatu kejadian yang sangat besar, yaitu kita sedang berkomunikasi dengan Tuhannya manusia, jin, malaikat serta Tuhannya semua makhluk di alam semesta ini.

Sebagai contoh sederhana, bagaimana bila kita berkomunikasi dengan seorang Bupati, Gubernur atau Presiden, mungkin kita akan berapi2 dan benar2 mempersiapkan diri degan sebaik2nya. Apalagi bila kita berkomunikasi dengan Rajanya para raja di alam semesta ini, semestinya kita semakin meresapinya.

Ada sebuah kisah yang luar biasa tentang aplikasi pemahaman akan komunikasi dengan Allah ini, yaitu kisah seorang ulama Tabi'in yang bernama  Sa'id bin Al–Musayyib.

Suatu hari, setelah shalat, dia berzikir di depan kabah, tidak berapa lama datang mendekat kepadanya seorang  khalifah  sambil mengucapkan salam  lalu Sa'id bin Al–Musayyib menjawab salam itu tanpa berbalik menghadap khalifah. Khalifah mengulang kembali ucapan salam kepadanya dan Sa'id pun menjawab salam itu tanpa berbalik sedikit pun. Kemudian yang ketiga kalinya, Khalifah mengucapkan salam lagi, dan  Sa'id bin Al–Musayyib menjawab salam itu lalu setelah menyelesaikan dzikirnya dengan tenang berbalik menghadap  Khalifah sambil bertanya "Ada apa wahai Amirul Mukmin?"

Khalifahpun berkata dan menanyakan kepadanya apakah ada kebutuhan dunia yang bisa dia penuhi, apakah ada hutang yang bisa dia bantu membayarkannya atau permintaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Lalu Sa'id bin Al–Musayyib  berkata, "Sebelum saya menyampaikan hajat saya, bolehkah saya menjelaskan kenapa saya tidak berbalik saat khalifah mengucapkan salam padanya?" Khalifah pun mengiyakan, dia pun sebelumnya terbersit mempertanyakan hal itu dalam batinnya.

Lalu Sa'id bin Al–Musayyib menjelaskan bahwa saat itu dia sedang berkomunikasi dengan Raja semua makhluk di alam semesta ini, jadi rasanya malu kalau memutuskan komunikasi dengan-Nya  hanya karena dipotong  oleh rajanya sebagian manusia.

Mendengar jawaban itu, khalifah terdiam malu. Lalu  Sa'id bin Al–Musayyib berkata, "Mengenai tawaran Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa saya sekarang berada di rumah Raja pemilik dunia dan langit serta seisinya, dan selama berada di sini dia tidak sedikitpun meminta dunia kepada-Nya, bagaimana mungkin dirinya meminta dunia pada orang yang tidak memiliki dunia".

Mendengar jawaban itu, Khalifah pamit mundur dengan malu dan berkata pada pengawalnya bahwa Sa'id bin Al–Musayyib adalah orang akhirat.

Itulah pemahaman yang luar biasa  dipahami oleh Sa'id bin Al–Musayyib , sehingga saat berkomunikasi dengan-Nya dia sangat khusu dan merasa sedang berhadapan dengan Dzat Yang Maha Agung.


Dalam kisah lain, Hasan  ra, cucunya Rasulullah, bila subuh tiba mukanya merah penuh ketakutan.  Beliau ditanya kenapa bisa seperti itu, lalu dia menjawab bahwa dirinya sebentar lagi akan memasuki rumah Tuhan Alam Semesta.

Jadi kalau kita memahami dengan baik akan makna doa ini, maka kita berdoa tidak seperti rutinitas saja yang hanya komat kamit bagai berkumur tanpa memahami makna doa yang kita baca.

Dalam surat al-Mu'min ayat 60 disebutkan:

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [berdoa kepada-Ku] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS al-Mu’min/40: 60)

Dari ayat di atas para ulama terdahulu sangat memahami bahwa barangsiapa yang menggantungkan hajatnya hanya kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya dan barangsiapa yang menggantungkan diri kepada selain-Nya maka urusannya akan bercerai berai.

Bahkan sebagian ulama saat sandal jepitnya terputus pun mereka meminta gantinya kepada Allah. Ini memang tampak sepele, tapi ini menunjukkan katauhidan yang benar2 tergantung kepada Allah.

Dan Allah pasti akan  menjawab doa semua hamba-Nya. Namun seringkali jawaban itu berupa sinyal2 yang mengharuskan seorang hamba ikut berikhtiar. Sebagai contoh, seorang hamba memohon rizqi, maka Allah memberikan sinyal yang bisa saja berupa kedatangan seseorang yang menawarkan kerja sama bisnis atau hal lainnya yang bisa menjadi perantara datang nya rizqi kepadanya, sehingga kita tinggal memilih jalan mana yang ingin kita lalui.

Ada beberapa syarat agar doa kita dikabulkan oleh Allah Swt, yaitu:

1. Dengan penuh keikhlasan

Yaitu kita tulus berdoa hanya  hanya kepada Allah, bukan kepada selain-Nya atau mengharapkan pujian manusia.

Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT pada  surat Al-A'raf ayat 29:

"Katakanlah, 'Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata2 hanya kepada-Nya..."

Pertanyaannya adalah bagaimana supaya bisa ikhlas?

Ada dua cara untuk kita agar kita bisa menguatkan keikhlasan kita, diantaranya adalah:

a. Meyakini bahwa bila kita tidak ikhlas berarti riya

Ini artinya bahwa pasti doa kita tidak akan diterima bahkan berdosa. Sehingga waktu beberapa menit yang kita luangkan untuk berdoa terbuang sia2.

b. Rajin rajinlah menyembunyikan amal ibadah kita

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.”  (Hr Muslim)

Mengasingkan diri berarti amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain.

Ibnul Mubarok mengatakan, “Jadilah orang yang suka mengasingkan diri (sehingga amalan mudah tersembunyi, pen), dan janganlah suka dengan popularitas.”

Az Zubair bin Al ‘Awwam mengatakan, “Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan sholihnya, maka lakukanlah.”

Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.”

Sebagaimana kisah Daud bin Abi Hindi berpuasa selama 40 tahun dan tidak ada satupun orang, termasuk keluarganya yang mengetahuinya. Ia adalah seorang penjual sutera di pasar.
Di pagi hari, ia keluar ke pasar sambil membawa sarapan pagi. Dan di tengah jalan menuju pasar, ia pun menyedekahkannya. Kemudian ia pun kembali ke rumahnya pada sore hari, sekaligus berbuka dan makan malam bersama keluarganya.

Jadi orang-orang di pasar mengira bahwa ia telah sarapan di rumahnya. Sedangkan orang-orang yang berada di rumah mengira bahwa ia menunaikan sarapan di pasar.

Atau sebagaimana kisah Ali bin Al Husain bin ‘Ali. Beliau biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari. Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,
“ Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla. ”

Penduduk Madinah tidak mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makan. Tatkala ‘Ali bin Al Husain meninggal dunia, mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap malamnya. Di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam hari.

2. Berdoa dengan khauf (rasa takut dan harap)

Sebagaimana dalam firman-Nya surat Al-'raf ayat 56:

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."


Yaitu kita berdoa dengan rasa takut akan tidak terkabul Nya doa doa kita karena banyaknya dosa2 yang telah kita lakukan, serta sekaligus kita sangat berharap agar semua doa yang kita panjatkan dikabulkan-Nya.

3. Menggunakan dengan nama2 (sifat2) Allah

Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat al-'araf ayat 180:

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." [QS. Al A'raaf : 180].

4.  Tidak meminta yang haram

Berdoa tidak untuk dosa ataupun memohon sesuatu yang dilarang, sebagaimana hadis berikut:

“Senantiasa dikabulkannya doa seorang hamba selama ia berdoa tidak untuk dosa atau memutuskan kekeluargaan,” (HR. Muslim dan Tarmidzi).

5.  Tidak tergesa2.

Hendaknya janganlah mengucapkan, 'Aku sudah berdoa dan berdoa berkali-kali, tetapi belum dikabulkan juga oleh Allah.' Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

 “Dikabulkan doa salah seorang di antara kalian, selama tidak terburu-buru. Dia berkata: aku sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan,” (HR. Muslim).

6. Jauhi makanan dan pakaian haram

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:

 “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. Maka, Allah Ta’ala berfirman, ’Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan’  (al-Mu’minĂ»n/23 ayat 51) dan Allah Ta’ala berfirman,’Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik yang Kami berikan kepada kamu’ (al-Baqarah/2 ayat 172)

kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan orang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?”


Bagaimanakah tanda terkabulkannya doa kita?

Dalam sebuah hadist riwayat imam Ahmad dari Abu Said al-Khudri Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: (1) Allah akan segera mengabulkan do’anya, (2) Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan (3) Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian.” (HR. Ahmad 3/18).

Jadi ada 3 bentuk terkabulkannya sebuah doa, yaitu:

1.  Allah berkata "ya' dan Dia mengabulkan apa yang kita inginkan (Diperkenankan Langsung)

Apabila seseorang berdo'a, dan apa yang dimintanya itu memang ada manfaatnya, maka sudah jelas Allah Swt akan mengabulkannya.

Allah Subhanahuwata'ala berfirman:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
(QS.Al- Baqarah :186)

2. Allah berkata "tunggu" dan Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita asalkan kita mau bersabar dan tawakal (Ditunda)

Adakalanya Allah Swt tidak segera mengabulkan do'a kita. Artinya bahwa Allah swt menundanya dan mengabulkannya pada suatu waktu yang dikehendakiNya.

Tertundanya pengabulan do'a ini janganlah kiranya menyebabkan keputus-asaan. Waktu kabulnya do'a ini dapat terjadi kapan saja karena kehendakNya.

a. Ditunda dan dikabulkan di Dunia

Allah Swt menjamin mengabulkan do'a kita, tetapi Allah maha mengetahui apa yang lebih bermanfaat dan kita perlukan saat ini. Allah senantiasa akan mengabulkan do'a kita pada waktu yang pas (tepat) menurutNya. Karena Allah yang mengetahui; apakah permintaan kita saat ini mendatangkan manfaat atau mudarat bagi kita.

b. Ditunda dan diabulkan di Akhirat

Adakalanya Allah swt menunda do'a kita dan disimpan untuk dikabulkan di Akhirat. Karena Allah lebih mengetahui bahwa hal itu lebih baik diberikan di akhirat daripada di dunia.

Diriwayatkan bahwa di akhirat nanti ada seseorang yang terkejut menerima sejumlah karunia yang tidak dikira-kira banyaknya dan tidak sesuai sekali dengan amal ibadahnya dikala dia hidup di dunia.

Diapun bertanya kepada Allah: "Wahai Tuhan, darimana ini semua?". Allah menjawab, "Bukankah Aku telah memerintahkan engkau agar meminta kepadaKu apa saja di dunia ?", dan orang itu berkata, "Betul ya Tuhanku." Maka Allah menerangkannya "Apa yang engkau mohonkan di dunia itu adalah baru sedikit, Kuberikan kini sisanya. Kuserahkan di akhirat," akhirnya orang itu berkata, "Alangkah baiknya jika sekiranya Tuhan memberikan segala yang kuminta itu di akhirat saja, tidak usah di dunia."

3. Allah berkata "tidak" dan Dia akan memberikan kita sesuatu yang lebih baik dari do'a kita (Diganti Dengan yang Lain)

Selain diperkenankan langsung dan ditunda, maka Allah juga bisa mengganti kabulnya do'a kita dengan yang lain.

Penggantian tersebut agaknya ada 2 macam, yaitu:

a. Dipalingkan dari kesusahan/keburukan

Seperti yg dijelaskan dalam HR.Ahmad: ".... Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.”

b. Dihapuskan dari dosa

“Tidak seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan. Pengabulannya itu bisa segera didunia ini, dan bisa juga ditangguhkan di akhirat kelak, atau bisa juga digantikan dengan pengampunan dosa sesuai dengan kadar doanya itu, dengan syarat ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa, atau memutus tali silaturahim, atau isti’jal (menuntut segera terkabul)”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti’jal itu?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berkata, “Aku telah berdoa kepada Robku, namun belum juga dikabulkan” (HR. Ath-Thirmidzi)

Sekali lagi kita coba merenungkan firman Allah:

"..... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS.Al-Baqarah:216)

Waktu, keadaan  dan dimana sajakah saat2 yang mustajab dalam terkabulnya doa? Untuk jawaban pertanyaan ini ada pada tulisan selanjutnya dengan judul "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 5)"

Disarikan dari Ceramah2 Dr Khalid Baslamah dan sumber lainnya.

(Gantira, 7 Agustus 2016, Bogor)