Friday 9 December 2016

"Efek Sebuah Kebanggan"

Umumnya orang akan senang jika dilihat dan diperhatikan orang lain. Efek dari kesenangan ini  menyebabkan banyak orang berusaha untuk menerangkan siapa dirinya pada orang lain, baik ditanya ataupun tidak.

Namun walaupun demikian, segala suatu tindakan itu akan ada efek negatif dan efek positifnya. Tinggal kita harus berusaha memilah-milah mana yang memiliki efek positif dan mana yang memiliki efek negatif.

Orang yang menyebarkan kebaikan pada orang lain, bisa bernilai positif jika hal itu dilakukan dengan ikhlas dan dengan niat agar orang lain mengikutinya sehingga dia mendapatkan amal kebaikan sebagaimana amal yang didapat dari yang mengikutinya, sebagaimana hadist:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
"Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (Shahih Muslim 2674-16)

Namun bagi orang  yang merasa bangga dengan amal kebaikan yang telah dilakukannya, serta menyebarkan pada orang lain agar semua orang tahu bahwa dirinya berjasa adalah perbuatan yang sia2, dimana amal ibadahnya sirna karena tidak diterima oleh-Nya, sebagaimana Sabda Rasulullah saw,

”Maukah kalian aku beritahu tentang apa yang aku takutkan terhadap kalian daripada Al-Masih Dajjal?’ Kami menjawab, ’Tentu, wahai Rasiulullah.’ Beliau Saw berkata, ’Syirik yang tersembunyi, yaitu orang yang melakukan shalat kemudian membaguskan shalatnya tatkala dilihat oleh orang lain” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).


Sebaliknya dengan perbuatan buruk, maka sebaiknya perbuatan tersebut dirahasiakan. Kita jangan sampai merasa bangga dengan kemaksiatan kita, sehingga kita sebarkan di wa, facebook, twitter atau media lainnya.

Karena salah satu dosa yang tidak akan diampuni adalah orang berbuat kemaksiatan lalu dengan bangga menyebarkannya pada orang lain, padahal Allah telah menutupi aibnya dengan tidak ada seorang pun yang tahu.

Sesuai hadist:
Rasulullah bersabda: “Semua ummatku akan diampuni dosanya kecuali orang yang mujaharah (terang-terangan dalam berbuat dosa) yaitu seorang yang melakukan perbuatan dosa di malam hari, kemudian Allah telah menutupi dosanya itu hingga pagi hari, tapi kemudian dia berkata : wahai fulan semalam saya berbuat ini dan berbuat itu. Padahal Allah telah menutupi dosa tersebut semalaman, tapi di pagi hari dia buka tutup Allah tersebut.” (H.R. Bukhari Muslim)

Jadi kesimpulannya adalah kalau kita mau berbuat baik, maka lihatlah efek nantinya, apakah kira2 akan diikuti atau tidak? dan apakah kita akan ikhlas atau tidak? Jika bisa ikhlas dan akan diikuti maka lakukan dengan terang2an tidak jadi masalah. Namun bila kedua hal itu tidak terpenuhi, maka melakukannya dengan sembunyi2 tahu lebih baik.

Berbeda dengan perbuatan buruk, jika kita terlanjur atau terpaksa melakukan perbuatan buruk maka lakukanlah dengan sembunyi2. Karena kita berharap dosa yang dilakukan dengan terpaksa akan mendapatkan ampunan-Nya.

(Gantira, 10 Desember 2016)