Sunday 6 December 2015

Ikutilah Pada Siapa Yang Lebih Tahu



Agar hidup kita lancar serta terhindar dari kegagalan dan kekecewaan  yang mungkin  terus berulang maka ikutilah pada siapa yang lebih tahu.

Sesungguhnya seorang dokter spesialis bidang penyakit tertentu yang sudah teruji lebih tahu dari dokter umum atau orang awam lainnya, maka utamakanlah untuk mengikuti nasihatnya. Sedangkan pendapat dari yang lain cukuplah sebagai masukan untuk meningkatkan kesembuhan kita.

Sesungguhnya kita lebih tahu terhadap apa yang kita rasakan dan apa tujuan hidup kita daripada orang lain yang belum tentu bisa merasakan apa yang kita alami, maka utamakanlah apa yang menjadi dorongan hati kita. Sedangkan pandangan orang lain, jadikanlah hanya sebagai masukan semata bukan penentu hidup kita.

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya jauh lebih tahu tentang kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat, maka utamakanlah al-qur'an dan hadist sebagai pedoman  hidup untuk kita ikuti, sedangkan bisikan hati dan pendapat seluruh manusia hanya sebagai masukan saja untuk membuat kita semakin memahami apa yang terkandung dalam kedua sumber utama pedoman hidup ini.

Sungguh beruntung orang yang tahu, menyadari serta mengikuti pada siapa yang lebih tahu  untuk setiap perkara yang dihadapinya.

(Gantira, 6 Desember 2015, Bogor)

"Sami’na Wa Atho’na"



Sikap terbaik seorang mukmin terhadap ajaran-Nya adalah
"sami’na wa atho’na" (Kami dengar dan kami patuh). Sebagaimana yang diabadikan dalam surat an-Nuur: 51: “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “KAMI MENDENGAR, DAN KAMI PATUH.” Dan mereka itulah orang-orang yang BERUNTUNG.”


Orang mukmin akan menerima semua ajaran-Nya, baik dengan sukarela maupun dengan terpaksa; Baik itu membuat hatinya senang ataupun membuat hatinya gundah gulana; Baik itu menguntungkan ataupun nampak merugikan; Baik itu membuat jiwa dan raganya bahagia ataupun membuatnya sengsara.

Sikap "sami’na wa atho’na" ini dilakukan karena semata2 yakin bahwa Dia Mahasempurna; Dimana semua ajaran-Nya pasti untuk kemaslahatan manusia; Namun seringkali banyak manusia belum memahaminya; Sehingga sikap terbaik seorang mukmin terhadap semua ajaran-Nya adalah
"sami’na wa atho’na".

Kurang sempurna bila sikap seorang muslim hanya mau menjalankan apa yang membuatnya senang, nyaman, membahagiakan dan menguntungkan pribadinya. Namun meninggalkan apa yang nampak membuatnya sedih, resah, sengsara, dan merugikan dirinya. Karena sikap seperti ini hanya akan membuatnya plin plan dan ragu dalam menjalankan ajaran-Nya secara kaffah.

Sikap menerima sebagian dan menolak yang lainnya adalah sikap yang tercela sebagaimana yang dinyatakan dalam  QS Al-Baqarah 85:

 "Apakah kamu beriman  kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”

Sikap seorang mukmin berusaha berbeda jauh dengan sikap seorang yahudi dengan ungkapannya "sami’na wa ashoina (Kami mendengar tapi kami tidak mentaati)"; atau berusaha menghindari sikap seorang munafik dengan ungkapannya "sami’na wa hum laa yasma’uun ( 'kami mendengar', padahal mereka tidak mendengarkan)".

Sikap seorang Yahudi dan seorang munafik sangat dikecam oleh-Nya sebagaimana termuat dalam firman-Nya dalam Qs. Al-Baqarah ayat 93:

“…Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab: “KAMI MENDENGAR TETAPI TETAPI TIDAK MENTAATI”.

dan juga dalam  Qs. al-Anfal 20-21:

“Hai org2 beriman, taatlah kpd Allah & RasulNya dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, sedang kamu mendengar. Dan janganlah kamu seperti orang-orang MUNAFIQ yg berkata: “KAMI MENDENGARKAN”, PADAHAL MEREKA TIDAK MENDENGARKAN.”

Semoga hati kita diberikan keteguhan dan keistiqomahan hingga bisa bersikap "Sami’na Wa Atho’na" terhadap ajaran-Nya sampai akhir napas kita, aamiin...3x.

(Gantira, 7 Desember 2015, Bogor)