Monday 16 November 2015

Rizqi yang Cukup


Rizqi yang bisa dinikmati itu adalah rizqi yang cukup. Rizqi yang datang sesuai dengan kebutuhan kita. Sedangkan rizqi yang berlebih, malah akan menjadi beban hidup kita jika kita menyikapinya dengan salah.

Contoh:
Seseorang yang akan melakukan perjalanan Jakarta - Bandung, maka yang nyaman baginya adalah jika dibekali makanan maksimal untuk dua kali makan dan diberi uang cash sesuai kemungkinan dibutuhkan selama perjalanan sekitar 3- 5 jam perjalanan.

Akan terasa menjadi beban jika dibekali makanan untuk 1 bulan perjalanan dan diberi yang cash sebesar satu koper  penuh uang lembaran ratusan ribuan hanya karena khawatir  akan terjadi suatu kebutuhan yang tak terduga. Yang terjadi adalah dia akan berat membawa beban makanan yang berlebihan serta penuh khawatir karena takut dirampok oleh orang yang mengetahui keberadaan uang tersebut.

Kecuali jika dalam perjalanan, dia dengan sukarela membagi2kan makanan dan uang yang ada. Sedangkan yang disisakan untuk dirinya secukupnya sesuai yang dia butuhkan. Maka yang terjadi mungkin akan bertambahnya teman.

Begitu juga dalam kehidupan di dunia ini, maka yang paling nyaman itu adalah memiliki sesuatu yang memang kita butuhkan. Sedangkan sesuatu yang datang lebih awal melebihi kebutuhan kita itu akan menjadi beban hidup kita jika kita tidak pandai menyikapinya.

Ada dua kerugian yang akan dialami oleh orang yang berlebihan harta yang disikapi dengan salah, yaitu:
1. Dia akan rugi dunia, dimana hidupnya penuh kekhawatiran terhadap bayangan adanya banyak orang yang akan meminta harta yang dimilikinya, atau takut akan ada orang yang merampok hartanya yang berlimpah. Sehingga hidupnya penuh kecemasan dikarenakan kekikirannya.
2. Dia akan rugi akhirat,  dimana dia akan dihisab terhadap semua harta yang dimilikinya walaupun dia tidak sempat menikmati semua harta yang ada.

Jadi sikap yang tepat dalam hidup ini adalah dengan mensyukuri apa yang ada serta berusaha mencari apa yang dibutuhkan dan mensadaqahkan kelebihan harta yang kita miliki.

(Gantira, 17 November 2015, Bogor)