Friday 20 January 2017

"Kebodohan dan Kecerdasan adalah Pilihan Kita"

Pada dasarnya, setelah kita terlahir di dunia ini, kita diberi pilihan dengan bebas antara memilih kebodohan dan kecerdasan.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah akan selalu menguji setiap manusia untuk memilih antara kebodohan atau kecerdasan.

Orang yang melanggar perintah Allah adalah orang yang lebih memilih untuk bodoh, sedangkan orang yang taat pada perintah Allah adalah orang yang memilih untuk cerdas.

Tidaklah Allah melarang sesuatu kecuali Allah memberikan alternatif lainnya yang diperbolehkan, bahkan yang diperbolehkan itu jauh lebih banyak dan lebih nikmat daripada yang dilarang-Nya.

Allah mengharamkan mengkonsumsi makanan haram yang jumlahnya relatif sedikit seperti babi dan bangkai; namun Allah menghalalkan banyak makanan lainnya yang halal dan jauh lebih bermanfaat seperti ikan, daging sapi, domba, ayam, bebek, sayur mayur, burung dan banyak lagi yang jumlahnya tak terhingga.

Allah mengharamkan mendekati jina; namun Allah menghalalkan apa saja terhadap pasangan hidup yang telah diikat dengan akad resmi bahkan setiap kenikmatan yang dilakukan terhadap pasangan hidupnya semuanya bernilai pahala, baik saat berpegangan tangan bahkan lebih dari itu.

Allah mengharamkan mencari rizqi dengan cara menipu, korupsi, merampok atau dengan cara riba; namun Allah menghalalkan mencari rizqi dengan cara berniaga, bercocok tanam, berternak, atau aktifitas apapun yang dilakukan dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain. Bahkan  Allah telah menjamin rizqi setiap makhluk-Nya agar dia dapat tenang dengan  mencari rizqi dengan cara yang halal.

Orang yang melanggar perintah Allah maka hidupnya selama di dunia akan mengalami kegelisahan, sehingga dadanya sesak bagai naik ke atas bukit. Dan di akhirat dia akan diancam dengan siksaan yang keras.

Sedangkan orang yang mengikuti perintah Allah, dia akan memperoleh ketenangan jiwa dan kebahagiaan dunia, serta di akhirat kelak akan memperoleh anugerah kebahagiaan abadi.

Jadi sesungguhnya semua yang kita jalani adalah sebuah pilihan hidup kita. Sehingga sangat pantas orang yang melanggar perintah-Nya di juluki sebagai orang bodoh karena dia lebih memilih kebodohan, sedangkan orang yang mentaati perintah-Nya disebut sebagai orang cerdas karena lebih memilih kecerdasan.

"Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati , dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah ( ujian ), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan. ” ( Al - Anbiya ` : 35 )

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. At - Talaq :4 )

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangk a -sangka." ( QS. At - Thalaq : 2 - 3 )

“Maka disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya.. .” (QS an-Nisa: 155)

“Allah Telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup . dan bagi mereka siksaan yang besar.” (QS al-Baqarah: 7)

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatan niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit….” (Qs al-An’am: 125)

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam , tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling pintar?’. Beliau menjawab, ‘ Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas .’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy)

”Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya serta biasa beramal untuk bekal kehidupan setelah mati. Sebaliknya, orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, sementara dia berangan-angan kepada Allah”.  (HR. Ibnu Majah).

(Gantira, 21 Januari 2017, Bogor)