Wednesday 30 August 2017

"Mendidik Anak dengan Ilmu bukan dengan Hawa Nafsu"

Anak adalah salah satu anugerah sekaligus ujian bagi orang tuanya.

Karena posisi anak ini  berada pada dua sisi yang berbeda, dimana dia bisa membuat kita dalam situasi  tertekan (ujian) dan di sisi lain bisa juga membuat kita dalam situasi bahagia (anugrah), untuk itu sering timbul pertanyaan dari para orang tua, "Bagaimana cara mendidik anak?"

Ada istilah umum yang diketahui dan dipercayai sebagai sistem pendidikan yang menurut  kebanyakan dinilai bagus, yaitu "Didiklah anak-anak dengan cinta, bukan dengan Hawa nafsu".

Padahal kata cinta ini pun mengandung makna ganda tergantung dari sumber dan sudut pandang yang diambil.

Bisa jadi membiarkan atau melarang anak melakukan sesuatu yang menurut kita sebagai cinta, namun kalau diamati dari segi ilmu sebenarnya termasuk hawa nafsu yang artinya tidak mendidik. Atau sebaliknya bisa jadi tindakan di atas dianggap sebagai pelampiasan hawa nafsu, padahal kalau berdasarkan ilmu, hal itu termasuk tindakan yang benar.

Jadi istilah yang lebih tepat adalah "Didiklah anak-anak dengan ilmu, bukan dengan hawa nafsu".

Pertanyaan selanjutnya, ilmu apakah yang benar? Maka jawabannya adalah ilmu yang referensinya dengan mencontoh manusia terbaik dimuka bumi ini, yaitu Rasulullah yang tidak lepas dari firman-Nya; selanjutnya adalah mencontoh umat terbaik, yaitu generasi para sahabat,  generasi Tabiin serta generasi Tabiit tabiin.

Beberapa pondasi ilmu yang terkait dengan pendidikan anak ini beberapa diantaranya:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (Qs. Al-Kahfi: 46)

Dalil di atas menyebutkan bahwa posisi anak itu bagaikan harta, yaitu sebagai perhiasan dunia.

Apa yang akan kita lakukan pada harta kita yang sangat berharga? Maka begitu juga yang harus kita lakukan pada anak-anak kita.

Kita akan berusaha menjaga harta berharga yang kita miliki agar jangan sampai dicuri  atau dirusak orang lain; begitu juga dengan anak kita, kita mesti menjaganya jangan sampai salah pergaulan sehingga merusak akhlak mereka.

Kita akan menshadaqahkan harta kita agar mendapat tabungan di akhirat kelak; begitu juga dengan anak-anak kita, seharusnya kita mengarahkan mereka agar mereka bisa menjadi ladang amal kita di akhirat kelak.


Rasulullah saw bersabda,“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang ‘Amir (penguasa) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya.”
(Hr. Muslim)

Dari hadist di atas dijelaskan bahwa orang tua adalah pemimpin bagi anak2nya.

Banyak sekali tindakan yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap anggotanya agar kelompoknya selamat dan sejahtera, maka begitu juga yang harus dilakukan orang tua pada anak-anaknya agar terbentuk keluarga yang bahagia sesuai aturan yang telah ditetapkan-Nya.

Jadi sudah tidak pada tempatnya jika seorang anak mengatur orang tua, karena hal ini bagaikan anggota yang mengatur pemimpinnya. Bila hal ini yang terjadi maka kelompok yang ada akan menjadi kacau dan tidak beraturan. Yang masih diperkenankan itu adalah seorang anggota memberikan masukan pada pemimpinnya, namun keputusan akhir tetap berada di tangan seorang pemimpin.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah makanan yang dihasilkan dari usahanya sendiri. Dan sesungguhnya anak itu termasuk dari usahanya.”
(Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud & An-Nasa’i)

Dari hadist di atas dijelaskan bahwa anak adalah salah satu hasil usaha orang tuanya, sehinga orang tua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya sehingga hasilnya dapat kita petik buat bekal di akhirat kelak.

Pertanyaan selanjutnya adalah "Bagaimana cara mendidik Rasulullah, para sahabat, para Tabiin serta para Tabiit Tabiin terhadap anak?"

Ada dua point utama yang dilakukan oleh mereka dalam mendidik anak, yaitu:

1. Memberikan pondasi aqidah yang kuat

Satu hal yang pertama kali dilakukan oleh mereka terhadap anak adalah memberikan pondasi yang kuat, yaitu berupa kekuatan aqidah yang kokoh.


Sebagaimana nasihat Rasulullah saw   kepada  ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anh.

Rasulullah saw bersabda,
"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah (hak-hak) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (hak-hak) Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya ummat ini bersatu untuk memberimu manfaat maka manfaat tersebut tidak akan sampai kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah atasmu. Dan apabila ummat ini bersatu untuk mencelakakanmu maka sedikit pun mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena (takdir) telah terangkat dan lembaran (takdir) telah mengering.

Dan ketahuilah, sesungguhnya bersabar atas apa-apa yang tidak engkau sukai itu memiliki kebaikan yang amat banyak. Dan sesungguhnya pertolongan itu (ada) bersama kesabaran. Dan sesungguhnya kelapangan itu (datang) bersama kesulitan, dan sesungguhnya kesulitan itu bersama kemudahan.”

Begitulah salah satu didikan Rasulullah dalam menanamkan aqidah yang kokoh kepada Abdullah bin Abbas, yang saat itu masih kecil.

Penanaman aqidah sangat penting diberikan  pada anak2, karena dengan modal aqidah yang kokoh dan benar, maka akan membuat hidup seseorang bahagia dunia dan akhirat.

Dengan pendidikan Rasulullah kepada Abdullah bin Abbas ini, akhirnya sejarah mencatat Abdullah bin Abbas sebagai salah seorang sahabat yang dikenal akan ketakwaan dan keilmuannya sehingga beliau  dijadikan salah satu sumber  rujukan utama dalam menimba ilmu oleh generasi setelahnya.

2. Mendidik mereka agar memiliki akhlak yang mulia

Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada sesuatupun yang paling berat dalam timbangan seorang Mukmin pada hari Kiamat nanti daripada akhlak mulia.” (Hr. Tirmidzi)

Jadi tugas utama orang tua dalam mendidik anak-anaknya selain menamakan kekuatan aqidah, juga membentuk mereka agar memiliki akhlak yang mulia.

Akhlak yang mulia ini dapat dibagi dalam beberapa hal, yaitu akhlak kepada Allah, ahlak kepada Rasulullah, akhlak kepada diri sendiri dan orang lain serta akhlak kepada makhluk  hidup lainnya.

Mengajarkan pada anak bagaimana akhlak kepada Allah itu adalah berupa ibadah atau penghambaan  kepada-Nya tanpa disertai perbuatan syirik, mentaati semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, serta ridha terhadap takdir-Nya yang telah ditetapkan terhadap mereka.

Akhlak yang baik kepada Rasulullah itu adalah berupa meyakini bahwa Rasulullah merupakan Nabi dan Rasul terakhir bagi seluruh manusia, mencintai beliau serta  mentaati apa yang beliau perintahkan dengan mengikuti sunnahnya dan menjauhi apa yang dilarangnya.

Akhlak terhadap diri sendiri dan sesama manusia, adalah seperti bagaimana adab makan dan minum, adab berpakaian, adab bepergian, adab menerima tamu, ada bergaul dengan masyarakat serta adab-adab lainnya yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Akhlak terhadap makhluk lainnya adalah memperlakukan mereka sesuai dengan syari'at yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabat serta generasi terbaik selanjutnya. Contohnya adalah tidak menyakiti dan menyiksa hewan, memperlakukan tumbuhan sesuai dengan kebutuhan kita agar terjadi keberlanjutan untuk kesejahteraan makhluk hidup serta tidak ikut campur atau bergaul dengan kehidupan dunia jin yang memang berbeda alam dengan kita.

Jadi cara mendidik anak yang baik itu adalah mendidik anak dengan ilmu yang pedomannya berdasarkan apa yang dicontohkan Rasulullah serta orang2 bertakwa yang mengikuti beliau, bukan berdasarkan hawa nafsu atau keinginan kita belaka tanpa dasar ilmu.

Semoga kita dianugrahi anak-anak yang bertakwa yang memiliki aqidah yang kuat serta akhlak yang mulia, aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin..

(Gantira, 31 Agustus 2017, Bogor)

Saturday 19 August 2017

"Apakah Makna Kemerdekaan dalam Kehidupan Kita?"

Secara umum arti merdeka adalah bebas, yaitu bebas dari ketakutan, bebas dari tekanan, bebas dari kekhawatiran, bebas dari masalah, bebas dari kekurangan, bebas dari hutang, bebas dari kegelisahan akan masa depan yang tidak jelas, bebas dari penindasan, bebas dari kehinaan, bebas dari kebingungan serta bebas2 lainnya yang bisa membuat hati kita sesak baik dari segi ekonomi, kesehatan,  maupun hal lainnya.

Oleh karena itu, para pejuang kemerdekaan negeri kita memiliki salah satu semboyan "merdeka atau mati?" Karena pada dasarnya sangat menderita dan menyesakkan dada jika kita belum merdeka.

Orang yang tidak beriman atau orang yang berputus asa dari rahmat Allah lebih memilih bunuh diri untuk membebaskan diri dari penderitaan, penindasan, kegelisahan dan ketakutan yang dialaminya hanya untuk memperoleh impian kemerdekaan jiwanya. Akan tetapi, dia akan benar2 terkejut jika setelah mati ternyata penderitaan yang dihadapinya  jauh lebih hebat daripada yang dialami saat di dunia dan hilanglah harapan kemerdekaan yang diidam2kannya itu.

Jadi bagaimana cara agar  kita bisa memperoleh kemerdekaan yang hakiki ini?

Satu2nya cara untuk mendapatkan kemerdekaan adalah dengan cara berusaha untuk mendapatkan predikat taqwa.

Karena dengan taqwa kita akan bebas dari ketakutan yang disebabkan oleh makhluk, kita akan bebas dari rasa kegelisahan masa yang akan datang, kita akan mendapatkan rizki yang tak terduga2, kita bisa mendapatkan jalan keluar dari setiap kesulitan yang ada, kita akan merasa tercukupi atas setiap kebutuhan kita, serta yang paling penting dengan takwa setelah meninggalkan dunia ini kita  bisa memperoleh kebahagiaan yang  abadi.

Beberapa dalil terkait cara memperoleh kemerdekaan dengan takwa ini adalah

1. Surat At-Taubah [9] ayat 4

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa”

Dengan bertaqwa kita akan memperoleh cinta-Nya. Barangsiapa yang memperoleh cinta-Nya maka setiap kebutuhannya akan dipenuhi, bahkan Allah akan memberikan segala apapun yang bermanfaat di dunia ini dan di akhirat kelak buat hamba yang dicintai-Nya, tanpa terbayangkan sebelumnya oleh hamba tersebut. Sehingga orang bertakwa akan merdeka dari segala kebutuhan hidupnya.

2. Surat An-Nahl [16]: ayat 128

"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan”

Dengan bertakwa kita akan selalu bersama-Nya, sehingga tidak ada lagi rasa takut dari semua makhluk2-Nya. Karena pada dasarnya, semua makhluk-Nya adalah lemah bila tanpa ada izin dari-Nya. Sehingga wajar saja orang yang bertakwa akan mendapatkan kemerdekaan dari rasa takut.

3. Surat Al-Baqarah [2]: ayat 2

 “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”

Orang bertaqwa akan memperoleh petunjuk dari Al-quran yang dibacanya. Dia akan memahami dan merasakan manfaat yang besar dari semua firman-Nya. Sehingga Al-quran dijadikannya sebagai salah satu obat mujarab untuk mengatasi dan mencari jalan keluar dari setiap permasalahan hidupnya.

4. Surat Al-A’raf [7] ayat 201

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”

Orang bertakwa akan memperoleh kemerdekaan dari rasa was-was, karena dia memiliki solusinya yaitu mengingat Allah.

5. Surat Al-A’raf [7] ayat 35

 “Barangsiapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”

Orang yang bertakwa akan merdeka dari kekhawatiran dan kesedihan.

6. Surat  Al-Maidah [5] ayat 27

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa”

Setiap amal perbuatan orang yang bertaqwa tidak akan sia2, karena semuanya akan diterima oleh-Nya dan akan mendapatkan hasilnya di dunia dan akhirat kelak.

7. Surat Ath-Thalaq [65]: ayat 2 dan  Surat Ath-Thalaq [65]: ayat 4

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar” .

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”

Orang yang bertakwa akan memperoleh kemudahan setelah kesulitan, kelapangan setelah kesempitan

8. Surat Al-Anfal [8] ayat  29

 “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu”

Orang bertaqwa akan merdeka dari kebingungan, karena dia memiliki firasat, hikmah dan cahaya hati.


9. Surat Ali Imran [3] ayat 133 dan Surat Maryam [19] ayat 72


 “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertqwa”

 “Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertqwa dan membiarkan orang-orang yan zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”

Orang yang bertakwa akan merdeka dari siksaan api neraka, karena dia dijamin akan  masuk surga Allah.

10.  Surat Al-Baqarah [2] ayat 212

. “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat”.

Orang bertakwa akan merdeka dari kehinaan, karena kedudukannya tinggi di sisi Allah Ta’ala di dunia dan di hari kiamat nanti.

Semoga kita semua dapat memperoleh predikat taqwa sehingga kita bisa mendapatkan kemerdekaan yang hakiki.. aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamiiin..

(Gantira, 19 Agustus 2017, Bogor)

Wednesday 2 August 2017

"Menjadi Keluarga Muslim yang Kaffah"

Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menjelaskan bahwa sebagai apapun diri kita, pada dasarnya kita bisa menjadi seorang muslim yang Kaffah.

Untuk tulisan saat ini, saya akan lebih menyoroti bagaimana membentuk keluarga muslim yang Kaffah?

Umumnya di dalam keluarga, terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak2. Dan dalam keluarga seperti ini kita harus berusaha membentuk keluarga muslim yang kaffah.

Bagaimana seorang suami atau seorang ayah menjadi seorang muslim yang kaffah?

Maka jawabannya adalah dengan mencontoh kehidupan Rasulullah, mengikuti nasihat rasulullah kepada para sahabatnya dalam memperlakukan istri dan anak2 mereka, serta mencontoh kehidupan para sahabat dan para ulama terdahulu dalam membina keluarga.

Sebagai seorang suami atau seorang ayah, untuk menjadi seorang muslim yang kaffah dengan cara  memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan kasih sayang, sabar dan menjauhkan diri dari sikap kasar serta menjaga mereka dari ancaman api neraka.

Sebagaimana yang terdapat dalam beberapa firman-Nya:

“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (Qs. An-Nisa' ayat 19)

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim 66:6)


Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluargaku.” (Hr. Ibnu Majah).

Sebagai suami dalam mencapai muslim yang kaffah pun bisa mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Umar bin Khatab, dimana beliau pernah didatangi oleh orang Badui yang akan mengadukan sikap cerewet istrinya. Di saat bersamaan, Umar pun baru saja mendapat omelan dari istri dengan suara yang cukup keras.

Umar memberi nasihat kepada si Badui, “ Wahai saudaraku semuslim, aku berusaha menahan diri dari sikap (istriku) itu, karena dia memiliki hak-hak atas istriku. Aku berusaha untuk menahan diri meski sebenarnya aku bisa saja menyakitinya (bersikap keras) dan memarahinya.

Akan tetapi, aku sadar bahwa tidak ada orang yang memuliakan mereka (kaum wanita), selain orang yang mulia dan tidak ada yang merendahkan mereka selain orang yang suka menyakiti. Aku sangat ingin menjadi orang yang mulia meski aku kalah (dari istriku), dan aku tidak ingin menjadi orang yang suka menyakiti meski aku termasuk orang yang menang.”

Umar meneruskan nasihatnya, “ Wahai Saudaraku orang Arab, aku berusaha menahan diri, karena dia (istriku) memiliki hak-hak atas diriku. Dialah yang memasak makanan untukku, membuatkan roti untukku, membuatkan roti untukku, menyusui anak-anakku, dan mencucui baju-bajuku. Sebesar apapun kesabaranku terhadap sikapnya, maka sebanyak itulah pahala yang aku terima.”

Itulah salah satu sikap seorang suami atau ayah yang ingin menjadi musim yang kaffah, bahkan banyak lagi kisah2 lainnya yang dapat diambil dari kehidupan para tabiin serta para ulama shaleh lainnya.

Pada sisi lain, bagaimana seorang istri atau seorang ibu bisa menjadi seorang muslim yang kaffah?

Jawabannya adalah  ikutilah nasihat Rasulullah kepada para wanita yang sudah bersuami, serta ikutilah akhlak para istri Rasulullah, istri para sahabat, serta istri orang2 shaleh sebelumnya dalam memperlakukan suami dan anak2 mereka.

Beberapa akhlak seorang istri atau seorang ibu agar bisa menjadi seorang muslim yang kaffah adalah dengan berbakti pada suaminya, mendorong dan mendukung suaminya dalam taat kepada Allah serta berusaha membentuk anak2 yang shaleh.

Jadilah seorang istri yang bisa menjadi perhiasan yang paling berharga di dunia ini bagi suaminya. Sebagaimana sabda Rasulullah,
"Harta yang paling berharga di dunia adalah wanita yang solehah." (HRMuslim)

Dahulu kala, para wanita kaum salaf memberi wejangan kepada suaminya, “Berhatilah-hatilah engkau dari memperoleh harta yang tidak halal. Kami akan sanggup menahan rasa lapar namun kami tak akan pernah sanggup merasakan siksa api neraka.”

Mereka para wanita sholehah yang ingin menjadi muslim yang kaffah berusaha untuk qanaah atau merasa cukup dengan apa yang mereka terima dan tidak memberatkan apa yang tak sanggup dilakukan oleh suaminya.

Sekarang bagaimana cara seorang anak bisa mencapai seorang muslim yang kaffah?

Jawabannya adalah dengan berbakti kepada orang tua, memperlakukan mereka dengan penuh hormat, sopan santun, penuh sayang, serta berusaha agar orang tua  ridha padanya.

Hal ini sebagaimana diabadikan dalam beberapa firman-Nya.

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Qs. Al-Israa’ : 23-24]

“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Qs. Al-‘Ankabuut (29): 8]

Selain firman-Nya, sebagai seorang anak untuk menjadi seorang muslim yang kaffah dapat juga memperhatikan beberapa sabda Rasulullah:

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.
“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ (Hr. Bukhari)

“Darii ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” (Hr. Bukhari)

Disamping itu, sebagai seorang anak dalam mencapai muslim yang kaffah, kita juga bisa mencontoh para ulama shaleh terdahulu dalam memperlakukan orang tua mereka masing2.

Jadi kita dalam keluarga pun bisa menjadi seorang muslim yang kaffah sesuai peran kita masing2, baik kita sebagai seorang suami, ayah, istri, ibu atau anak2.

Semoga kita semua dianugerahi oleh-Nya akhlak yang mulia dan memiliki keluarga muslim yang Kaffah sehingga dalam rumah kita terbentuk "Baiti Jannati, rumahku adalah surgaku". .aamiin..aamiin..aamiin..yra..

(Gantira, 2 Agustus 2017, Bogor)

Wednesday 19 July 2017

"Membentuk Kepribadian Muslim yang Kaffah"

Seperti apakah muslim yang kaffah itu?

Mungkin banyak orang yang menganggap bahwa arti kaffah itu sempurna, sebagaimana kehidupan Rasulullah. Baik dari segi shalatnya, puasanya, shadaqahnya, murah hatinya, perjuangannya, dakwahnya, memimpinnya, serta berbagai kehidupan lainnya.

Dengan anggapan dasar seperti itu, maka banyak orang yang sudah putus asa duluan sebelum memulai. Dan akhirnya tidak mau memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi.

Padahal arti kaffah itu sendiri adalah menjalankan islam secara sempurna sesuai keadaan diri kita.

Dan dalam kehidupan Rasulullah, beliau pernah mengalami berbagai kehidupan macam kehidupan yang dialami oleh setiap manusia. Sehingga kita bisa mencontoh Rasulullah sesuai kehidupan yang sedang kita alami.

Bila saat ini kita sedang kaya maka Rasulullah pun pernah kaya contohlah bagaimana perilaku beliau saat kaya, begitu juga saat kita sedang miskin maka Rasulullah pun pernah miskin dan kita pun dapat mencontoh beliau bagaimana mensikapi kemiskinan yang dialaminya.

Begitu juga pada kondisi lainnya, di saat kita pernah sakit, sehat, menjadi pemimpin, memiliki anak, memiliki cucu, memiliki istri, bertetangga, jadi pedagang, jadi penggembala dan menjadi apapun itu  maka Rasulullah pernah mengalami itu semua.

Kalau pun Rasulullah belum mengalami apa yang sedang kita alami, maka banyak contoh dari kehidupan para sahabat, para tabi'in serta para Tabi'it Tabi'in yang mana Rasulullah menyatakan bahwa mereka adalah umat terbaik pertama, umat terbaik kedua dan umat terbaik ketiga yang dapat dijadikan contoh bagi umat muslim setelahnya.

Berbagai dalil terkait hal ini, diantaranya adalah

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman.” [Al-Baqarah : 285]

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka Surga-Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemeangan yang besar.” [At-Taubah: 100]

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat), kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya. Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka men-dahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” ( Syarhus Sunnah, oleh Imam al-Baghawy, tahqiq: Syu’aib al-Arnauth dan Muhammad Zuhair asy-Syawaisy, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1403 H).

Kata Shahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu:

إِنَّ اللهَ نَظَرَ إلَى قُلُوْبِ الْعِبَادِ، فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ، فاَبْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ، بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ، فَوَجَدَ قُلُوْبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ، يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَناً فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئاً فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ.

“Sesungguhnya Allah melihat hati hamba-hamba-Nya dan Allah mendapati hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik hati manusia, maka Allah pilih Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan-Nya. Allah memberikan risalah kepada-nya, kemudian Allah melihat dari seluruh hati hambah-hamba-Nya setelah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka didapati bahwa hati para Shahabat merupakan hati yang paling baik sesudahnya, maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mereka berperang atas agama-Nya. Apa yang dipandang kaum Muslimin (para Shahabat Rasul) itu baik, maka itu baik pula di sisi Allah dan apa yang mereka (para Shahabat Rasul) pandang jelek, maka di sisi Allah itu jelek.” (Hr.an-Nasaa-i)



“Berkata al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu: ‘Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar, maka seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, nasehat ini seakan-akan nasehat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian supaya tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kamu adalah seorang budak Habasiyyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat.’ ( Shahih Muslim.)

“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti Engkau telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan ma’afkanlah kami dan ampunilah kami serta kasihanilah kami kerana Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.” (Al Baqarah : 287)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang aku larang hendaklah kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan maka lakukanlah semampu kalian. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka banyak bertanya dan karena penentangan mereka terhadap para nabi mereka” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi dalam keadaan apapun kita saat ini, baik kita laki-laki atau perempuan, orang yang baru baligh ataupun sudah berumur, sebagai seorang anak atau orang tua, sebagai pemimpin ataupun rakyat biasa, sebagai suami ataupun istri, sebagai orang kaya atau miskin, sebagai orang yang sehat ataupun sakit, sebagai orang yang cerdas ataupun biasa2, serta sebagai apapun diri kita saat ini, pada dasarnya kita bisa meraih menjadi seorang muslim yang kaffah sesuai kondisi kita saat ini.

Untuk mencapai islam yang kaffah sesuai yang kita mampu dan kondisi kita maka kita harus berusaha mempelajari, dan memahami al-quran, hadist, sejarah hidup Rasulullah, sejarah hidup para sahabat serta sejarah hidup para tabi'in serta para tabi'i tabi'in. Lalu contohlah kehidupan mereka yang sesuai dengan kondisi kita saat ini.

Semoga Allah memberikan petunjuk pada kita semua sehingga kita bisa menjadi seorang muslim yang kaffah sesuai kondisi yang kita alami dan semoga kita dianugerahi oleh-Nya sebagai salah seorang ahli surga yang bisa berkumpul bersama Rasulullah, para sahabat dan orang2 shaleh sebelum kita yang telah meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, Aamiin..aamiin..aamiin..yra

(Gantira, 19 Juli 2017, Bogor)

Monday 17 July 2017

Tiga Hal Penting yang Jarang Dimanfaatkan oleh Ikhwan Muslim Saat ini

Pada masa-masa saat ini, ada 3 hal penting yang jarang dimanfaatkan oleh para ikhwan, yaitu:

1. Shalat sunat isyraq

yaitu shalat sunat dua rakaat yang dilaksanakan sekitar 1,5 jam kurang setelah shalat subuh (saya pernah menghitung2 untuk daerah bogor tepatnya sekitar setelah 1 jam 20 menit setelah waktu adzan subuh)

Dimana setelah shalat subuh di mesjid kita tetap di tempat duduk sambil berzikir atau berdoa atau baca al-quran. Lalu saat tiba waktu suruq baru shalat dua rakaat.

Pahala yang didapat dengan hanya shalat dua rakaat ini adalah bagaikan pahala haji dan umrah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« ﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟْﻐَﺪَﺍﺓَ ﻓِﻰ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔٍ ﺛُﻢَّ ﻗَﻌَﺪَ ﻳَﺬْﻛُﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻄْﻠُﻊَ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﺛُﻢَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻟَﻪُ ﻛَﺄَﺟْﺮِ ﺣَﺠَّﺔٍ ﻭَﻋُﻤْﺮَﺓٍ ﺗَﺎﻣَّﺔٍ ﺗَﺎﻣَّﺔٍ ﺗَﺎﻣَّﺔٍ »

“ Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di mesjid [1] – untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna“ (HR at-Tirmidzi (no. 586), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (no. 3403).

Coba bayangkan, pahala haji dan umrah yang begitu makan biaya bisa kita ditandingi dengan hanya shalat sunat isyraq 2 rakaat.
Bila tiap hari dilakukan berarti bisa tiap hari dapat pahala haji dan umrah.

Mungkin salah satu alasan utama para ikhwan atau bapak2  jarang memanfaatkan kesempatan emas ini adalah karena bertepatan dengan waktu kerja. Kalau memang seperti itu, kenapa tidak memaksakan diri saat waktu libur, yaitu hari sabtu atau minggu. Jadi minimal seminggu sekali bisa dapat pahala haji dan umrah.

2. Berdiam diri dan berzikir  setelah shalat maghrib sambil menunggu waktunya isya.

 Kalau kita tetap diam di mesjid sambil berzikir menunggu shalat isya, maka diamnya kita dianggap sebagai dalam kondisi shalat.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَحَدُكُمْ مَا قَعَدَ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ فِيْ صَلاَةٍ مَا لَمْ يُحْدِثْ تَدْعُوْ لَهُ الْمَلاَئِكَةُ :اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.”

“Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para Malaikat akan mendo’akannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’”  (Shahiih Muslim, kitab al-Masaajid wa Mawaadhi’ush Shalaah bab Fadhlu Shalaatil Jamaa’ah wa Intizhaarish Shalaah (I/460 no. 469 (276)).

Imam Ibnu Khuzaimah juga meriwayatkan hadits ini dalam kitab Shahiihnya dan memberinya judul: “Bab Keutamaan Duduk di Masjid dalam Rangka Menunggu Shalat, Shalawat Malaikat dan Do’a Malaikat kepadanya, Selama Ia Tidak Mengganggu Orang Lain dan Selama Wudhu’nya Tidak Batal.”  (Shahiih Ibni Khuzaimah, kitab al-Imaamah fish Shalaah (II/ 376).)

Sungguh sebuah amal yang sangat mudah dilakukan, tetapi pahalanya sangatlah besar. Seseorang duduk dalam keadaan berwudhu’ untuk menunggu datangnya waktu shalat, maka seakan-akan ia berada dalam shalat dan para Malaikat mendo’akannya agar ia mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kasih sayang -Nya.

Daripada kita pulang setelah shalat maghrib, setelah sampai rumah sudah tiba adzan isya lagi. Atau kalaupun di rumah baca al-quran hanya bisa beberapa ayat mending bacanya di mesjid. Insya Allah bisa menamatkan 1 juz baca al-quran. Selain itu kalau pulang ke rumah biasanya sih bawaannya pingin berleha2... sungguh kesempatan yang sering diabaikan.

3. Berdiam diri di mesjid pada hari jumat setelah shalat ashar.

 Karena pada waktu tersebut ada waktu  yang doanya pasti di istazab.

Dalam sebuah hadist disebutkan:
"Di hari Jumat terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas dia memanjatkan suatu doa pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang dia minta.” (HR. Bukhari 935, Muslim 2006, Ahmad 10574 dan yang lainnya).

Ada beberapa pendapat ulama tentang waktu mustajab tersebut, yaitu antara duduknya imam sampaii selesainya shalat jumat dan pendapat satu lagi adalah setelah asar.

Tapi dalil yang paling mendekati kebenaran adalah setelah ashar.

Hadis dari Abdullah bin Sallam Radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Kami menjumpai adalam kitabullah, bahwa di hari jumat ada satu waktu, apabila ada seorang hamba beriman melakukan shalat bertepatan dengan waktu tersebut, kemudian memohon kepada Allah, maka Allah akan penuhi permohonannya.”

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat kepadaku, ‘Itu hanya sebentar?’

‘Anda benar, hanya sebentar.’ Jawab Abdullah bin Sallam.

Lalu Abdullah bertanya, ‘Kapan waktu itu’

Jawab beliau,

هِيَ آخِرُ سَاعَاتِ النَّهَارِ

“Itu adalah waktu di penhujung hari.”

‘Bukankah itu waktu larangan shalat?’

Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

بَلَى ، إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ ، فَهُوَ فِي الصَّلَاةِ

“Benar, namun ketika seorang hamba melakukan shalat (di awal asar), lalu dia duduk menunggu shalat berikutnya, dia terhitung sedang melakukan shalat.” (HR. Ibn Majah 1139)


Bagaimana dengan ibu2?

Kalau menurut saya, untuk ibu2 cukup melaksanakan ibadah wajib lalu taat pada suami maka bisa masuk pintu surga mana saja.

Dan kalau suaminya mendapatkan surga yang sangat tinggi maka istrinya tinggal ikut saja. Nah, jadi tugas utamanya adalah mendorong dan menyemangati suaminya agar lebih rajin ibadah lagi sehingga nanti di akhirat kelak istrinya pun bisa ikut menikmati surga yang diraih oleh suaminya...

(Gantira, 17 Juli 2017, Bogor)

Thursday 29 June 2017

"Siapakah Orang yang Paling Beruntung dan Paling Mulia?"


Siapakah orang yang paling beruntung?

Jawabannya  adalah orang yang paling beriman. Semakin beriman dia, maka semakin beruntung dia.

Saat dia kaya, itu baik baginya karena kekayaannya menjadi harta yang terbaik yang dimiliki manusia dimana hartanya sebagai sarana untuk menuju akhirat.

Saat ditimpa kesulitan pun,  itu juga baik baginya. Karena kesabarannya akan menjadi sarana untuk dekat dengan-Nya untuk menggapai kebahagiaan yang tak ada kesulitan lagi.

Bagi orang beriman setiap aktifitasnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Bahkan saat menanam tumbuhan  lalu tumbuhan itu dimakan ulat, ayam atau binatang lainnya maka itu dinilai sebagai shadaqah.

Ini nampak sangat sepele tapi ternyata dengan keimanan, hasilnya akan jauh berbeda dengan orang yang tidak beriman.

Orang yang tidak beriman, shadaqah sebanyak seisi bumi pun tetap tidak ada nilainya sama sekali. Sebaliknya bagi seorang yang beriman, menyingkirkan kerikil dijalanan bernilai ibadah apalagi mensadaqahkan harta yang berlimpah di jalan-Nya.

Dalam sebuah hadist Muslim diceritakan:

Pada hari kiamat nanti Allah akan mendatangkan salah satu dari calon penghuni neraka, yang mana orang tersebut ketika hidup di dunia adalah orang yang paling nikmat hidupnya. Segala apa yang dia inginkan bisa dia dapatkan, karena kekayaan yang dia miliki, karena jabatan yang dia punyai, pendek kata orang tersebut adalah orang yang paling enak hidupnya di dunia.

Kemudian oleh Allah orang tersebut dicelupkan ke neraka satu celupan, ditempelkan ke neraka satu tempelan. Kemudian setelah itu orang itu ditarik oleh Allah kembali dari neraka. Setelah merasakan siksaan sekejap di neraka, lalu Allah menanyakan “هل رأيت نعيما قط؟” : “Wahai Fulan, apakah engkau masih ingat kenikmatan yang dulu engkau rasakan di dunia? Wanita yang engkau zinai ketika di dunia? Harta melimpah yang engkau nikmati di dunia? masakan yang paling enak yang engkau makan di dunia? Apakah engkau masih merasakan semua itu saat ini? Kemudian orang tersebut menjawab, “لا و الله ما رأيت نعيما قط” : “Tidak, demi Allah, semuanya telah terlupakan.”

Kemudian Allah mendatangkan orang yang kedua.

Jika yang pertama tadi calon penghuni neraka, sekarang Allah mendatangkan calon penghuni surga. Calon penghuni surga tersebut adalah orang yang dulunya ketika di dunia hidupnya sangat susah. Mungkin karena miskinnya dia, mungkin karena tubuhnya sakit-sakitan, pendek kata dia adalah orang yang paling sengsara hidupnya ketika di dunia.

Hanya saja dia adalah orang yang rajin beribadah. Kemudian oleh Allah orang tersebut dicelupkan ke surga sekejab, yang mungkin hanya beberapa detik. Lalu Allah mengangkatnya dari surga dan bertanya “هل رأيت بؤسا قط؟” : “Apakah engkau merasakan kesengsaraan yang dulu pernah engkau rasakan ketika di dunia? Kemudian orang tersebut menjawab,”لا والله يا رب ما رأيت بؤسا قط” : “Tidak, demi Allah semuanya telah terlupakan yaa Robb.” (HR. Muslim)

Sekarang bayangkan diri kita, saya yakin kita bukanlah termasuk orang yang paling menderita di dunia ini. Jadi masih banyak Nikmat yang Allah berikan pada kita. Jadi kalau ada sedikit masalah, anggap saja sebagai bentuk penghapusan dosa kita dan penambah amal kebaikan buat kita.


Pertanyaan satu lagi, Siapakah orang yang paling mulia?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya, mulia mana orang kaya yang bersyukur dengan orang miskin yang bersabar?

Maka jawaban Ibnu Taimiyah adalah bahwa orang yang paling mulia diantara mereka adalah orang yang paling bertakwa di antara mereka.

Jika orang kaya yang bersyukur lebih bertakwa dari orang miskin yang bersabar, maka orang kaya yang bersyukur itu lebih mulia dari orang miskin yang bersabar.

Sebaliknya jika orang miskin yang bersabar lebih takwa daripada orang kaya yang bersyukur, maka orang miskin yang bersabar ini lebih mulia daripada orang kaya yang bersyukur.

Sesungguhnya seorang manusia yang paling kaya dimuka bumi ini adalah salah seorang Nabi, yaitu Nabi Sulaiman. Begitu juga seorang manusia yang paling miskin di dunia ini adalah seorang nabi juga, yaitu Nabi Isa. Kedua2anya adalah orang yang mulia, padahal yang satu orang terkaya di dunia dan yang satu lagi orang termiskin di jagat raya.

Rasulullah sebagai manusia yang paling mulia, sehingga menjadi seorang nabi yang diberi keistimewaan untuk pertama kali masuk surga, beliau pernah mengalami menjadi yang sangat kaya raya dan juga pernah mengalami menjadi yang sangat miskin sehingga saat lapar, beliau mengganjal perutnya dengan batu. Namun kemuliaan beliau tetap terjaga, karena kemuliaan beliau bukan terletak pada kekayaan atau kemiskinannya tapi terletak pada ketakwaannya.

Dalam salah satu ayat, difirmankan:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Semoga kita termasuk salah seorang  yang beruntung, bahagia, serta mulia di dunia dan juga bahagia di akhirat.

Dimana saat ada kesulitan kita bisa bersabar hingga ada jalan keluarnya, serta pada saat ada kenikmatan kita bersyukur sehingga ditambah kenikmatan yang ada..

.Aamiin..aamiin..aamiin..yra.

(Gantira, 29 Juni 2017, Bogor)

Thursday 25 May 2017

"Seperti Apakah Keberhasilan itu?"


Ada satu hal yang harus kita sadari bahwa kita semua bukan superman, kita semua bukan para superhero yang bisa segalanya. Kita semua adalah hamba Allah yang berusaha melakukan apa yang mampu kita lakukan, sedangkan kekurangan yang ada pada kita ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki oleh saudara kita yang lain.

Bila kita melakukannya karena Allah, insya Allah  kita tidak akan merasa tersinggung atas celaan orang lain pada diri kita dan kita bisa saling memaafkan pada sesama saudara kita.

Kita sebagai umat muslim  bagai satu tubuh yang bantu membantu semampu yang kita lakukan.

Tangan mampunyai kemampuan hanya sekitar menulis, mengangkat, memindahkan, mendorong dan hal lainnya yang bisa dilakukan oleh tangan. Jangan paksakan tangan untuk bisa melihat atau mendengar, karena itu sudah di luar kemampuan si tangan.

Mata mempunyai kemampuan hanya sekitar melihat, membaca dan menunjukkan arah. Jangan menuntut mata untuk bisa membakar benda2, melelehkan besi seperti kemampuan superman, atau memindahkan barang2 berat sebagaimana yang mampu dilakukan sebagian superhero karena kita bukan mereka dan mereka pun hanya ada dalam dunia khayal bukan dalam dunia nyata.

Kaki mempunyai kemampuan untuk melangkah, berlari, dan menopang tubuh kita. Jangan paksakan kaki untuk menulis, mengambil sesuatu, bersalaman, karena bila itu dipaksakan maka hasilnya akan tampak aneh dan jadi tidak sebaik yang dilakukan oleh tangan.

Begitu juga dengan kita semua, yang kita mampu lakukan belum tentu orang lain mampu lakukan. Jadi jangan sama kan kita dengan orang lain. Jadi lakukanlah semua karena Allah, biarlah Allah yang menilai semua yang telah kita lakukan. Tugas kita hanya berusaha berbuat baik, berusaha beramal, berusaha ber akhlak mulia dan semua itu akan kembali pada diri kita sendiri bukan pada orang lain.

Kesuksesan sesungguhnya bukanlah kesuksesan yang nampak hebat di pandang manusia, namun kesuksesan sejati adalah kesuksesan saat kita menyerahkan semuanya kepada Allah, kita hanya bisa berusaha lalu bertawakal kepada-Nya.

Ingatlah kisah Rasulullah, Allah menilai Rasulullah telah sukses dan memberikan penghargaan yang sangat besar kepada beliau bukan di saat memperoleh kemenangan di perang badar atau pada perang2 besar lainnya yang dimenangkan beliau, bahkan Allah memerintahkan Rasulullah beristigfar di saat  sebagian besar jazirah Arab berbondong2 memeluk Islam.

Tapi Rasulullah dinilai sukses oleh Allah ketika Rasulullah nampak terpuruk dengan kematian istrinya, meninggalnya paman yang sangat melindunginya dan di saat berdakwah ke negeri Thaif, lalu beliau di usir dan dilempari batu oleh masyarakat Thaif.

Di saat Rasulullah berteduh di kebun kurma setelah terusir oleh orang2 Thaif, Di sana Rasulullah SAW berdo’a:

“Wahai Rabb-Ku, kepada Engkaulah aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai Rabb-ku yang Maha Rahim.

Engkaulah Robbnya orang-orang yang lemah dan Engkaulah Robb-ku.

Kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? Kepada musuh yang akan menerkamku, atau kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal Engkau tidak marah kepadaku. Sedangkan afiat-Mu lebih luas bagiku.

Aku berlindung dengan cahaya muka-Mu yang mulia yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap. Dan atas-Nyalah teratur segala urusan dunia dan akhirat. Dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun atasku adzab-Mu. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau.”

Demikian sedihnya do’a yang dipanjatkan nabi Muhammad ini, sehingga Allah SWT mengutus Jibril A.S untuk menemuinya.

Setibanya di hadapan Rasulullah SAW, Jibril A.S memberi salam seraya berkata:

“Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu”.

Sambil berkata demikian jibril A.S memperlihatkan para malaikat tersebut kepada Rasulullah SAW.

Kata para malaikat tersebut: “Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung itu akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya.”

Mendengar tawaran itu, Rasulullah SAW bersabda: “Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”

Sungguh, setelah Rasulullah berharap hanya kepada Allah maka saat itulah Allah  menilai bahwa Rasulullah telah sukses. Di saat itulah, lalu Allah memberikan banyak penghargaan kepada beliau, yaitu dengan diberinya hadiah Isra Mi'raj, setelah itu diperintahkan untuk berhijrah ke.kota madinah, kemudian hadiah kemenangan demi kemenangan datang silih berganti kepada beliau. Sehingga akhirnya Rasulullah memiliki umat yang paling banyak masuk surga dibandingkan umat nabi lainnya.


Sungguh kesuksesan kita akan benar2 dikatakan sukses di saat kita dengan sepenuh hati mengamalkan ayat:
"hasbunallah wa ni’mal wakiil [cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung]“. ” (QS. Ali ‘Imron: 173)


Ingatlah akan salah satu firman-Nya:

 Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).

Namun kalau kita bersandar kepada selain-Nya, maka kita akan diserahkan pada sesuatu yang lemah dan tak berdaya hingga kita bisa hancur tak berdaya.

:Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ

“Barangsiapa menyandarkan diri pada sesuatu, maka hatinya akan dipasrahkan padanya” (HR. Tirmidzi no. 2072, hadits ini hasan kata Syaikh Al Albani).

Semoga kita senantiasa menjadi orang yang selalu berhasil, yaitu orang yang senantiasa bersandar hanya kepada-Nya, Aamiin..aamiin..aamiin..yra..

(Gantira, 26 Mei 2017, Bogor)

Sunday 7 May 2017

"Ketika Ujian itu Datang"


Saat manusia diciptakan, sejak saat itulah ujian akan selalu datang kepadanya.

Nabi Adam diuji dengan dilarang oleh Allah untuk mendekati  buah khaldi, namun karena bujuk rayu iblis yang mengatakan bahwa orang yang memakannya akan membuat dia abadi di Syurga. Maka ketika Nabi Adam memakannya, nabi Adam malah terusir dari syurga.

Nabi Ibrahim diuji oleh Allah untuk meninggalkan istrinya, Siti Hajar dan putranya, Ismail di daerah gurun yang tandus tanpa ada setetes pun air. Namun karena Nabi Ibrahim dan Siti Hajar mengikuti perintah Allah, maka dianugrahilah air zam-zam yang sampai saat ini masih terus mengalir bahkan bisa dibawa pulang  oleh para jemaah haji dari seluruh pelosok dunia.

Bani Israel diuji oleh Allah dengan dilarang menangkap ikan pada hari Sabtu yang ikannya tiba2  berlimpah ruah. Namun karena mereka mengingkari-Nya maka mereka pun berubah menjadi kera.

Para sahabat diuji oleh Allah untuk berhijrah ke kota Madinah, walaupun diantara mereka ada yang harus meninggalkan hartanya yang berlimpah di Mekah. Namun karena mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya, maka pada selang waktu kemudian kemenangan demi kemenangan bersama mereka bahkan hampir kekuasaan di seluruh dunia berada digenggaman tangan mereka.

Sungguh, selama kita masih bernafas maka ujian itu akan selalu datang pada kita. Saat kita berlimpah harta, maka kita akan diuji apakah kita akan bersyukur dengan menzakatkan harta yang ada, atau malah kita kufur dengan menumpuk harta yang ada tanpa sedikit pun diberikan pada orang2 miskin yang memang memiliki hak harta itu?

Saat kita disempitkan harta, maka kita akan diuji apakah kita tetap bersabar dengan tetap menjaga diri dari harta yang haram atau kita berputus asa dengan mencoba meraih harta yang bukan haknya?

Saat kita diberikan kesehatan, kita akan diuji apakah kita bersyukur dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya, atau malah kita kufur dengan memperbanyak kemaksiatan kepada-Nya?

Begitu juga saat kita dalam kondisi sakit, kita akan diuji apakah kita akan tetap sabar dengan memperbanyak dzikir dan istighfar, atau kita malah kufur dengan menggerutu, marah2 dan memaki2 nasib?

Sungguh, apapun kondisi kita pada dasarnya kita sedang diuji. Apakah kita menghadapinya dengan cara yang Allah perintahkan atau sebaliknya.

Sungguh, selamat dan beruntunglah orang yang taat para perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Serta celaka dan binasalah orang yang melanggar semua aturan-Nya. Karena pada dasarnya semua hukum-Nya adalah sebuah kenikmatan yang sempurna untuk kebaikan kita sebagai makhluk-Nya.

"Kamu benar-benar akan diuji pada hartamu dan dirimu" (Qs. Âli ‘Imrân/3: 186)

Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya." (HR. at-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Mâjah no. 4031)

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (Al-Maaidah: 3)

(Gantira, 7 Mei 2017, Bogor)

Tuesday 25 April 2017

"Metamorfosa pada Usia 40 Tahun"

= Sebelum usia 40 tahun =

Definisi kebahagiaan adalah menjadi juara kelas, mendapatkan sekolah terbaik di dalam dan luar negeri, punya jabatan, punya uang banyak, jalan2 naik pesawat ke berbagai daerah, nginep di hotel2 mewah dan banyak lagi kesenangan yang mulai terbayang di khayalanku.

Sehingga orang2 yang diidolakan  adalah Einstein, Newton, Bill Gate, Steve Jobs, Soekarno, serta para tokoh lainnya yang dianggap hebat oleh manusia saat ini. Sehingga semua biografi mereka aku lahap habis, sampai2 aku merasa bahwa aku adalah dia dan dia adalah aku.

Salah satu kata2 yang tertanam sangat mendalam dalam benakku adalah Kata2 Einstein dengan ungkapannya:

 "Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta"

Aku dulu menganggap yang namanya ilmu adalah hanya seputar sains, teknologi dan cara memimpin suatu bangsa atau perusahaan besar sehingga hampir semua buku yang kutemui, saya beli dan saya baca sampai tuntas. Hingga koleksi buku2 yang kumiliki hampir 3 lemari penuh.

Akhirnya apa yang kuidam2kan dapat ku gapai juga, saat sma aku dapat peringkat terbaik, lalu masuk perguruan tinggi terbaik, lalu dapat pekerjaan di instansi yang kuidam2kan, lalu dapat sekolah lagi ke negeri lain, lalu dapat lagi jabatan, lalu mulai terbang ke berbagai daerah dengan pesawat maskapai terbaik di negeri ini, lalu mulai menginap di hotel2 yang kuanggap mewah, lalu dapat uang yang banyak sesuai yang kuimpikan dan banyak lagi lalu lalu lainnya..

Namun sayang, aku tidak menemukan kebahagiaan di situ, yang kudapatkan adalah kesibukan tanpa henti, keresahan yang tidak berkesudahan, kepeningan yang tidak tahu kapan ujung nya.

=Menjelang usia 40 tahun=

Bacaanku mulai bermetamorfosa pada al-quran dan tafsirnya, hadist dan penjelasannya serta buku2 karangan para ulama terdahulu. Hingga koleksi bacaan baruku ini pun hampir menyeimbangkan koleksi buku2 sebelumnya.

Dari hasil bacaan pada buku2
 ku yang baru tersebut, baru kusadari bahwa ternyata pernyataan Einstein itu salah total.

Justru yang namanya ilmu itu adalah ilmu agama, sedangkan pengetahuan lainnya hanyalah sebagai salah satu sarana saja untuk membuat kita lebih paham akan ilmu agama. Sehingga aku pun memiliki kata2 mutiara sendiri, yaitu  "Hidup  tanpa ilmu agama akan menjadi buta dan lumpuh"

Salah satu ayat al-qur'an yang tertanam mendalam dalam jiwaku menggantikan kata2 Einstein adalah:

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3).

Ternyata hanya dengan bermodal taqwa, aku bisa keluar dari setiap permasalahan yang ada serta  mendapatkan semua rizqi yang ada baik itu rizqi kebahagiaan ataupun rizqi lainnya.

Akhirnya akupun ingin mengamalkan kata taqwa ini dalam seluruh hidupku secara kaffah, dengan kata lain harus membuang jauh2 teori lama yang sudah tidak akurat dan tidak sesuai lagi dengan apa yang sebenarnya kuinginkan.

Namun untuk menempuh semua itu, banyak sekali tantangan yang harus kuhadapi, baik itu dari tempat kerjaku maupun keluarga besarku. Karena salah satu keputusan terbesar yang harus diambil adalah resign, meninggalkan semua hal yang sebagian besar orang menganggapnya menyenangkan.

Akhirnya dengan dukungan kuat dari belahan jiwaku, aku putuskan untuk resign dan memulai dengan kehidupan baru, yaitu kehidupan tanpa harta subhat, tanpa riba, tanpa aktifitas basa basi, serta tanpa tanpa lainnya yang menyerempet dengan aturan-Nya.

=Setelah 40 tahun berjalan=

Setelah hampir 3 tahun berjalan dari resign, sesuai dugaanku semula yaitu pemasukan tidak lagi seperti dulu, tidak ada lagi nginep di hotel, tidak ada lagi makan2 di restoran, tidak ada lagi terbang ke sana ke mari, dan banyak lagi tidak ada lagi tidak ada lagi lainnya.

Namun walaupun demikian, ada sesuatu yang bertambah dalam hidupku, yaitu ketenangan, ketentraman, kebahagiaan, keantusiasan, semangat hidup dan kebersamaan dalam keluarga.

Dulu, yang namanya hari itu adalah hari yang memusingkan. Sedangkan hari bahagia itu hanya pada hari Sabtu, minggu atau hari libur, dan itupun seringkali terganggu pada saat ada telepon mendadak dari atasan untuk segera terbang ke kota lain.

Sekarang, yang namanya hari bahagia adalah tiap hari, tidak ada lagi hari yang memusingkan. Kalau pun ada hari yang memusingkan, tindakannya cukuplah memohon kepada-Nya dan solusi tiba2 muncul dari tempat tak terduga.

Hari2 kebahagianku seringkali diisi dengan selalu mengajak anak2 untuk shalat fardhu berjamaah di mesjid, mengajarkan mereka untuk mempraktekkan bagaimana puasa sunat, shalat tahajud, shalat dhuha serta mendengarkan ceramah2 yang dengan mudah dapat di download dari Youtube.

Ternyata, kebahagiaan itu bukanlah didapat dengan cara berusaha memiliki  semua fasilitas yang ada di dunia ini untuk kita gunakan, tapi kebahagiaan itu didapat dengan cara berusaha menanamkan ketakwaan dalam hati kita untuk kita amalkan.

Aku pun teringat akan salah satu firman-Nya:

“Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamiin..

(Gantira, 26 April 2017, Bogor)

Thursday 16 March 2017

"Become Someone"



Banyak sekali orang yang memiliki cita2 besar untuk menjadi 'Someone' yang memiliki jabatan pada suatu instansi atau pemerintahan, baik itu menjadi Direktur, Menteri, bahkan Presiden.

Atau bercita2 menjadi 'Someone' lain yang menurutnya indah dan menyenangkan, baik itu menjadi orang kaya, memiliki wajah cantik/tampan, ilmuwan, olahragawan,  selebritis atau menjadi 'Someone2' lainnya yang menurutnya akan membuat dia bahagia dan dipandang hebat orang lain.

Padahal menjadi 'Someone' itu bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan, tetapi menjadi 'Someone' itu adalah tanggung jawab yang harus dia emban dengan sebaik mungkin sesuai dengan amanah yang dipegangnya.

Sesungguhnya setiap orang akan diminta pertanggungjawaban sesuai apa yang telah diamanatkan padanya. Bila dia sebagai pemimpin sebuah negara maka dia akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Bila dia sebagai orang kaya, maka dia akan diminta pertanggungjawaban atas kekayaannya. Bahkan seorang suami akan diminta pertanggung jawaban atas keluarga yang dipimpinnya.

Sesungguhnya segala sesuatu itu diciptakan sesuai amanat dan tujuan dari diciptakannya sesuatu itu.

Dan tahukah kita apakah tujuan diciptakannya manusia?

Sesungguhnya Allah swt berfirman:

 ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَﺍﻟْﺈِﻧْﺲَ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥِ 
“ Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja) ”. ( Qs. Adz-Dzaariyaat :56)

Jadi, diciptakannya kita di dunia ini semata2 untuk beribadah kepada-Nya, apapun kondisi yang terjadi pada kita saat ini atau yang akan datang. Sesungguhnya yang namanya ibadah adalah segala aktifitas kita yang dikerjakan sesuai dengan yang Dia inginkan. Namun bila aktifitas kita berlawanan dari apa yang diinginkan-Nya, maka pada dasarnya kita telah melenceng dari tujuan awal diciptakannya kita.

Bila seseorang saat ini menjadi seorang pemimpin negara, maka di akhirat kelak dia akan diminta pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Apakah dia telah mengatur negerinya sesuai yang Dia kehendaki atau tidak.

Jika seseorang saat ini dalam kondisi kaya raya, maka dia akan diminta pertanggungjawaban oleh-Nya. Apakah kekayaannya disalurkan sesuai yang Dia kehendaki atau tidak.

Bahkan bila seseorang saat ini menjadi seorang suami, istri, orang tua, anak, atau sebagai seorang tetangga dari sebuah komunitas. Maka dia akan diminta pertanggungjawaban terhadap posisinya saat ini. 

Untuk itu, yang namanya menjadi 'Someone' adalah menjadi seorang hamba yang patuh dan melakukan segala aktifitas sesuai aturan-Nya, sebagai apapun dan dalam kondisi apapun kita saat ini.

Bila saat ini kita mendapatkan kondisi memperoleh kenikmatan, maka untuk menjadi 'Someone' adalah dengan cara banyak bersyukur. Sebaliknya bila kondisi kita saat ini memperoleh cobaan yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan maka untuk menjadi 'Someone' adalah dengan cara banyak bersabar.

Ingatlah Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ﻋَﺠَﺒًﺎ ِﻷَﻣْﺮِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﺇِﻥَّ ﺃَﻣْﺮَﻩُ ﻛُﻠَّﻪُ ﺧَﻴْﺮٌ، ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﺫَﺍﻙَ ﻷَِﺣَﺪٍ ﺇِﻻَّ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻦِ : ﺇِﻥْ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻪُ ﺳَﺮَّﺍﺀُ ﺷَﻜَﺮَ ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻟَﻪُ، ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻪُ ﺿَﺮَّﺍﺀُ ﺻَﺒَﺮَ ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻟَﻪُ .
“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya” (HR. Muslim (no. 2999 (64)))

Oleh karena itu, marilah kita pelajari Al-quran dan Hadist serta berusaha mengamalkannya, agar kita semua menjadi 'Someone' yang dikehendaki oleh-Nya, apapun kondisi kita saat ini.

(Gantira, 16 Maret 2017, Bogor)

Thursday 9 March 2017

"Hati yang Tergoda Karena Someone"

Banyak sekali kejadian, dimana seseorang sudah bertunangan bahkan akan mengadakan akad nikah, tapi tiba2 salah satu calon memutuskan secara sepihak, hanya karena dia menemukan "Someone" lain yang tiba2 memasuki hatinya.

Banyak juga peristiwa sepasang suami istri yang  bertengkar hebat bahkan sampai terjadi perceraian, disebabkan oleh  salah satu pihak  yang terpikat oleh "Someone" yang dikenalnya di perjalanan atau bertemu kembali dengan orang yang dulu pernah disukainya.

Dan banyak lagi kejadian2 lainnya yang menyebabkan situasi yang sebelumnya damai menjadi berantakan hanya karena "Someone" ini.

Lalu adakah solusi yang bisa dilakukan agar jeratan "Someone" ini bisa terhindar dari hati kita?

Sesungguhnya salah satu penyebab hati kita terpikat oleh "Someone" adalah karena kita tidak bisa menjaga pandangan kita. Ingatlah bahwa salah satu panah syetan berada pada mata kita. Dan jika kita membiarkan mata kita bebas diumbar maka yang akan terjadi panah2 syetan akan terus menusuk hati kita hingga dia terluka dan terpaut pada "Someone" tersebut.

Jadi salah satu cara untuk menghindari jeratan "Someone" ini adalah dengan menjaga pandangan kita, menjaga mata kita dan menjaga hati kita.

Sebagaimana firman-Nya:

ﻗُﻞْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻳَﻐُﻀُّﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﺑْﺼَﺎﺭِﻫِﻢْ ﻭَﻳَﺤْﻔَﻈُﻮﺍ ﻓُﺮُﻭﺟَﻬُﻢْ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺯْﻛَﻰ ﻟَﻬُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺧَﺒِﻴﺮٌ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﺼْﻨَﻌُﻮﻥَ

” Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30).

Dan juga dalam sabda Rasulullah saw:

ﺍﻟﻨَّﻈْﺮَﺓُ ﺳَﻬْﻢٌ ﻣِﻦْ ﺳِﻬَﺎﻡِ ﺇِﺑْﻠِﻴﺲَ ﻣَﺴْﻤُﻮﻣَﺔٌ ﻓَﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻛَﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺧَﻮْﻑِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺛَﺎﺑَﻪُ ﺟَﻞَّ ﻭَﻋَﺰَّ ﺇِﻳﻤَﺎﻧًﺎ ﻳَﺠِﺪُ ﺣَﻠَﺎﻭَﺗَﻪُ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻪِ
” Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya yang terasa manis baginya” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 7875).

Lalu bagaimanakah agar kita bisa selamat, jika "Someone" sudah terlanjur melukai dan memasuki hati kita?

Seandainya hati kita sudah terluka karena jeratan panah tersebut sehingga kita sulit melupakan "Someone", maka solusi yang bisa dilakukan adalah berdoa kepada-Nya agar Dia membolak-balikkan hati kita agar hati kita sembuh dari luka yang ada hingga akhirnya kita bisa melupakannya.

Dalam salah satu firman-Nya,

ﺍﺩْﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ

“Berdoalah (mintalah) kepadaku, niscaya aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin : 60)

Salah satu doa yang bisa kita panjatkan agar kita terlepas dari kesesatan dan jeratan "Someone" adalah dengan membaca doa:

ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﺰِﻍْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺫْ ﻫَﺪَﻳْﺘَﻨَﺎ ﻭَﻫَﺐْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏُ

 “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)

Semoga kita bisa menjaga mata kita dari memandang hal-hal yang tidak diridhai-Nya..Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamiin

(Gantira, 9 Maret 2017, Bogor)

Thursday 23 February 2017

"Someone yang Disukai sekaligus Dibenci"


Tema tentang apakah yang paling hangat dan paling disukai oleh obrolan para bapak2? Jawabannya adalah tema tentang "Someone".

Tema tentang apa juga yang paling dingin dan dibenci oleh para ibu2? Jawabannya juga sama yaitu tentang "Someone".

Para bapak2 begitu semangat sekali kalau membahas tentang "Someone". Mereka umumnya tiba2 merasa menjadi sangat menyunah bila membahas tentang ini. Satu dengan yang lain saling menyemangati untuk bisa melakukan sunnah yang satu ini.

Pada saat ada salah satu teman obrolannya telah melakukan sunnah ini, yaitu telah memiliki "Someone", maka sebagian besar teman yang lain pada memujinya bahkan banyak diantara mereka yang bertanya bagaimana tip2 nya agar tidak ketahuan oleh orang yang di rumah.

Sebaliknya, para ibu2 sangat malas kalau membahas tentang "Someone" ini. Satu dengan yang lain seringkali saling mematahkan semangat kalau nampak ada indikasi para suaminya akan memiliki "Someone" ini.

Pada saat ada salah satu teman obrolan ibu2 ini memiliki 'Someone', satu dengan yang lain saling menyatakan bela sungkawa dan diantara mereka saling mendoakan agar tidak mengalami apa yang dialami oleh teman yang telah memiliki 'Someone', seakan2 dia telah mendapatkan musibah yang sangat besar.

Pertanyaannya, kenapa tema yang sama tapi mendapatkan respon yang berbeda bahkan bertolak belakang diantara pasangan hidup ini?

Jawabannya karena keduanya memposisikan pada pandangan yang berbeda.

Para bapak2 umumnya memandang "Someone" ini dari sudut pandang kesenangan bukan tanggung jawab. Sehingga pada pandangannya, bila memiliki "Someone" hidupnya akan semakin menyenangkan.

Sedangkan para ibu2 memandang "Someone" dari sudut pandang rival atau saingan bukan kerjasama. Sehingga pada pandangannya bila memiliki "Someone" hidupnya akan semakin sengsara.

Dan pada kenyataan kehidupan saat ini, memang itulah yang terjadi sehingga kehidupan keluarga yang pertama dibentuk menjadi berantakan bukan semakin rukun.

Dimana banyak dari para bapak2 yang memiliki "Someone" lagi hanya memikirkan kesenangan tanpa bisa berbuat adil pada istri yang di rumah serta pada 'Someone'. Sehingga sebagian besar harta dan kehadiran dirinya  lebih dia limpahkan pada "Someone" daripada pada istri pertamanya. Sehingga membuat para istri yang pertama menjadi terdholimi dan banyak lebih memilih untuk berpisah daripada terus bersaing dengan 'Someone'.

Namun bila saja para bapak2 dan ibu2 merubah sudut pandan masing2 maka kemungkinan besar yang terjadi akan berbeda.

Dimana para bapak2 memandang bahwa memiliki "Someone" adalah memiliki beban tanggung jawab yang semakin besar. Sehingga dirinya harus meningkatkan kemampuan yang dimilikinya baik dari segi materi maupun dari segi energi.

Sehingga para bapak2 harus meningkatkan penghasilannya minimal dua kali lipat dari sebelumnya sehingga harta yang diberikan pada istri pertamanya tidak berkurang.

Disamping itu juga para bapak2 harus meningkatkan tenaganya minimal dua kali lipat sehingga pergaulannya pada istri pertamanya juga tidak berkurang.

Begitu juga bila para ibu2 memandang "Someone" ini sebagai bentuk kerjasama dalam menyenangkan suaminya. Sehingga beban yang ditanggungnya akan semakin ringan karena bagaimanapun juga sesuatu yang dilakukan dengan bersama2 akan lebih mudah dibandingkan bila dilakukan dengan seorang diri.

Bila pandangan bapak2 dan ibu2 sudah berubah sebagaimana pandangan di atas, maka kemungkinan besar para ibu2 akan mendorong dan menyemangati agar para bapak2 memiliki "Someone". Sebaliknya para bapak2 akan berat serta ketakutan bila memilikinya karena beban yang ditanggungnya akan semakin berat.

Ingatlah salah satu hadis:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam , bersabda,

ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺍﻣْﺮَﺃَﺗَﺎﻥِ ﻓَﻤَﺎﻝَ ﺇِﻟَﻰ ﺇِﺣْﺪَﺍﻫُﻤَﺎ ﺟَﺎﺀَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﺷِﻘُّﻪُ ﻣَﺎﺋِﻞٌ

“Siapa saja orangnya yang memiliki dua istri lalu lebih cenderung kepada salah satunya, pada hari kiamat kelak ia akan datang dalam keadaan sebagian tubuhnya miring.”
(Hr Abu Dawud (no. 2133), an-Nasa’i (2/157), Tirmidzi (1/213))

Kapankah pandangan seperti itu akan terjadi pada para bapak2 dan ibu2 saat ini? Wallahualam....

Semoga kita semua dapat menjalani kehidupan ini sesuai aturan-Nya sehingga kita akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin..


(Gantira, 24 Februari 2017, Bogor)

Saturday 28 January 2017

"Yang Sangat Kita Butuhkan adalah Petunjuk-Nya"

Banyak orang yang berpendapat bahwa dalam menghadapi persoalan kehidupan ini memerlukan pengalaman yang luas.  Namun ada satu hal yang harus kita sadari bahwa situasi dan kondisi terus berubah. Sehingga orang yang berpengalaman pun belum tentu bisa menghadapi situasi yang sama sekali berbeda dengan pengalaman yang pernah dialaminya.

Menyadari bahwa situasi dan kondisi yang akan terus berubah, dimana kondisi masa yang akan datang belum tentu sama dengan kondisi masa lalu maka yang sanat kita butuhkan agar hidup kita berjalan sesuai aturan adalah petunjuk-Nya.

Ingatlah kisah Ali bin Abi Thalib, beliau adalah salah seorang sahabat yang terkenal akan kecerdasannya, kepintarannya dan juga keberaniannya.

Ali bin Abi Thalib selalu menjadi penasehat pada masa khalifah sebelumnya, baik pada masa Abu Bakar Shidiq, Umar bin Khatab maupun Usman bin Affan. Jadi kalau soal kecerdasan dan pengalaman, Ali bin Abi Thalib sudah menguasainya.

Namun pertanyaannya, kenapa pada masa kepemimpinan beliau malah terjadi kekacauan yang  luar biasa, sehingga pernah terjadi perang saudara?

Jawabannya adalah karena situasi sudah jauh berubah. Pada saat kepemimpinan Ali, telah terjadi banyak fitnah. Sehingga siapapun yang memimpinnya, walaupun dia setingkat Abu Bakar atau Umar bin Khatab akan sulit menghadapi situasi yang ada.

Sehingga pada saat ada salah satu rakyatnya bertanya sekaligus menyindir Ali dengan pertanyaan kenapa pada Saat pemerintah Umar bin Khatab, pemerintahan aman dan tentram, sedangkan pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib situasi sangat kacau. Dengan cerdasnya Ali menjawab bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, kualitas rakyatnya seperti kualitas Ali, sehingga kekhalifahan dalam keadaan aman dan tentram. Sedangkan pada masa pemerintahan Ali, kualitas rakyatnya seperti kualitas orang yang bertanya, sehingga wajar saja situasi kacau balau.

Begitu juga dengan situasi pemerintahan di negeri kita saat ini. Mungkin ada yang berpendapat bahwa pemerintahannya enak seperti pemerintahan Soeharto dulu. Namun ada satu hal yang kurang disadari dengan pernyataan tersebut. Sekarang situasinya jauh berbeda dengan pemerintahan orde baru dulu. Dimana situasi dan kondisi aturan, kualitas rakyat dan wakilnya di DPR serta kebebasan yang ada saat ini jauh berbeda dengan situasi Orde Baru. Seandainya Soeharto menjadi memimpin kembali  dengan situasi yang yang terjadi saat ini, belum tentu dia pun bisa mengatasinya.

Jadi kesimpulannya adalah bahwa dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang, kita tidak bisa mengandalkan hanya pengalaman saja. Karena bisa jadi situasi yang akan datang akan jauh daripada situasi saat ini dan masa lalu. Sehingga agar kita bisa menghadapinya nanti dengan lancar, minimal kita selamat di kehidupan akhirat nanti maka kita harus senantiasa meminta petunjuk-Nya.

Oleh karena itu, dalam surat al-fatihah yang senantiasa kita bacakan setiap shalat, ada satu ayat yang menunjukkan permohonan untuk meminta petunjuk-Nya, yaitu

ﺍﻫﺪِﻧَــــﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟﻤُﺴﺘَﻘِﻴﻢَ

“ (Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim)"

Begitu juga dalam doa pagi dan sore, ada salah satu doa yang dianjurkan untuk kita baca:

ﻳَﺎ ﺣَﻲُّ ﻳَﺎ ﻗَﻴُّﻮﻡُ، ﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﺃَﺳْﺘَﻐِﻴﺚُ، ﺃَﺻْﻠِﺢْ ﻟِﻲ ﺷَﺄْﻧِﻲ ﻛُﻠَّﻪُ، ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻜِﻠْﻨِﻲ ﺇِﻟَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﻃَﺮْﻓَﺔَ ﻋَﻴْﻦٍ ﺃَﺑَﺪًﺍ .

“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb yang berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan. Perbaikilah segala urusanku dan jangan serahkan kepadaku sekalipun sekejap mata selamanya (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu) ”

Begitu pun saat kita mau berpergian, dianjurkan untuk membaca:

ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮَﻛَﻠْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻻَﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻻَﻗُﻮَّﺓَﺇِﻻَّﺏِ ﻟﻠَّﻪِ

"Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah."

Doa-doa di atas dianjurkan untuk selalu kita baca, karena kita memerlukan petunjuk dan pertolongan-Nya dalam menghadapi masa yang akan datang yang belum tentu dapat kita atasi.

Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk-Nya sehingga kita selamat dunia dan akhirat, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamiin.

(Gantira, 28 Januari 2017, Bogor)

Monday 23 January 2017

"Dengan Pertolongan-Nya"


Kalau sudah mendapatkan pertolongan-Nya...

Api tidak bisa membakar Nabi Ibrahim...

Laut tidak bisa menenggelamkan Nabi Musa...

Pisau tidak bisa menyembelih Nabi Ismail...

Ikan Paus tidak  bisa menghancurkan Nabi Yunus...

Bulan dapat dibelah dua oleh Nabi Muhammad saw...

Orang yang mati bisa dihidupkan kembali oleh Nabi Isa...

Angin bisa menjadi kendaraan Nabi Ibrahim...

240 ribu Pasukan Romawi dapat dikalahkan oleh 40 ribu pasukan Khalid bin Walid...

Dan banyak lagi hal lainnya yang tidak mungkin menjadi mungkin dan yang sulit menjadi sangat mudah saat kita telah mendapatkan pertolongan Allah `azza wa jalla...

(Gantira, 24 Januari 2017, Bogor)

Sunday 22 January 2017

"Salah Satu Cara Menilai Pandangan Seseorang"

Salah satu cara untuk menilai pandangan seseorang, cukuplah kita melihat siapa yang mendukungnya dan siapa pula yang menyelisihinya.
*
Jika pandangan seseorang banyak didukung oleh orang2 yang tidak berakhlak, namun diselisihi oleh orang2 yang kita tahu memiliki akhlak yang baik, maka dapat kita simpulkan bahwa pandangan orang itu menyesatkan, walaupun dikemas dengan kalimat yang sangat indah.
*
Sebaliknya jika pandangan seseorang banyak diselisihi oleh orang2 yang kita tahu akhlaknya buruk, namun didukung  hanya segelintir orang yang kita tahu akhlaknya mulia, maka dapat kita perkirakan bahwa pandangan orang tersebut benar.
*
Ketahuilah bahwa sebuah jiwa itu akan berkumpul dengan jiwa yang sama, walaupun fisiknya nampak berbeda.
*
---------------
Ingatlah  kisah tentang Ka’b bin Malik, beliau adalah salah seorang sahabat yang tidak ikut perang Tabuk. Setelah Rasulullah kembali ke Madinah,   Ka’b bin Malik mengakui dengan jujur kepada Rasulullah bahwa dirinya tidak punya uzur sama sekali. Dia tidak pernah merasa lebih kuat dan lebih mudah saat itu. Dia mengakui semua kesalahannya.
*
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, bahwa Ka’b bin Malik, sudah berbuat jujur dan menunda pengampunannya sampai Allah Subhanahuwata’ala memberi keputusan tentangnya.
*
Setelah dia pulang, banyak sekali orang yang mencela serta menasehatinya agar dia menghadap kembali.kepada.Rasulullah serta memberi uzur atau alasan  dan memohon agar Rasulullah meminta ampunan kepada Allah atas uzurnya itu sebagaimana yang dilakukan osebagian besar orang2 yang tidak ikut perang Tabuk.
*
Banyaknya nasihatnya membuat Ka'b menjadi bingung dan ingin kembali menghadap Rasulullah untuk menarik ucapannya dan memberikan uzur atas ketidak ikut sertanya. Namun sebelum itu dilakukan, Ka'b bertanya kepada mereka siapa saja orang yang bertindak seperti dirinya. Ternyata jawabannya hanya ada 2 orang, yaitu “Murarah bin Ar-Rabi’ Al-‘Amri dan Hilal bin Umayyah Al-Waqifi.” Mereka adalah dua orang saleh yang pernah ikut perang Badr. Mereka berdua adalah teladan Ka'b. Maka Ka'b pun tetap melanjutkan sikapnya setelah mereka menyebut dua orang saleh ini. Walaupun sebagian besar orang selain mereka mengungkapkan uzur pada Rasulullah.
*
Ternyata di akhir kisah, yang mendapat ampunan Allah itu adalah 3 orang tersebut, termasuk Ka'b.
*
Lihatlah sikap Ka'b bin Malik yang lebih yakin dengan pandangan hidup sahabat yang shaleh walaupun hanya sedikit, dibandingkan mengikuti pandangan hidup banyak orang yang Ka'b kenal sebagian besar dari mereka adalah orang2 munafik.
---------------
*
Jadi jangan takut mengikuti  pandangan hidup orang2 yang kita kenal akhlak dan agamanya sangat baik walaupun jumlah mereka sedikit, dan hindarilah atau Jauhilah pandangan hidup orang2 yang kita tahu akhlaknya buruk walaupun jumlah mereka sangat banyak.
*
Begitu pula dalam menilai tulisan seseorang di media sosial, baik itu fb, twitter atau lainnya. Lihat siapa saja yang mendukung dia dan siapa pula yang menyelisihinya. Sesungguhnya dapat diperkirakan bahwa pandangan seseorang itu sama dengan orang2 yang mendukungnya.
*
(Gantira, 22 Januari 2017, Bogor)

Saturday 21 January 2017

"Bahaya Terlena Terhadap Apa yang Kita Raih"

Yakinlah bahwa apa yang kita inginkan dan kita harapkan,, pada akhirnya akan terwujud juga bila kita bersabar dan istiqomah dalam menggapainya.

Ingatlah janji Allah bahwa semua doa akan Allah dikabulkan. Dalam sebuah hadis lain disebutkan bahwa Allah akan mengabulkan doa seorang hamba selama dia tidak tergesa2 atau dengan kata lain dia yakin akan terkabul Nya doa dan terus tekun berdoa.

"Berdoalah (mintalah) kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin : 60

Bisa jadi apa2 yang kita dapatkan hari ini merupakan buah dari doa kita beberapa tahun yang lalu atau bisa juga jawaban dari doa orang tua kita puluhan tahun yang lalu bahkan bisa juga sebagai hasil doa nenek moyang kita ratusan tahun yang lalu.

Jangan sampai kita terlena dengan segala sesuatu yang kita dapatkan itu dan merasa bahwa semuanya berkat kekuatan dan kepintaran kita. Kalau hal ini terjadi, maka siap2lah bencana kehancuran akan segera datang pada kita.

Ingatlah Fir'aun yang terlena pada kekuasaan yang dimilikinya, hingga dia mengaku sebagai tuhan yang akhirnya Allah timpakan bencana padanya dengan ditenggelamkan dalam gelombang laut.

Dan Fir‘aun berkata. “Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku”
(Al-Qashas 38)

“Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).” Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.”
(Yunus 90-91)

Ingat pula Qorun yang terlena dengan kekayaan yang diraihnya, hingga dia mengaku bahwa semua yang didapatkannya sebagai hasil dari kepintaran dan jerih payahnya belaka, yang akhirnya Allah hancurkan semuanya kekayaan beserta dirinya dengan dibenamkan dalam bumi.

Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka." (Q.S. Al-Qashash, 78).

"Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)." (Q.S. Al-Qashash, 81).

Jadi, janganlah takut dan ragu  untuk berdoa dan berharap terhadap apapun yang kita impikan, semuanya akan terwujud bila kita yakin dan sabar dalam menjalaninya. Namun takutlah bila semua yang kita harapkan terwujud, lalu kita terlena dan menganggap semuanya hanya sebagai buah hasil kerja keras kita. Maka periode selanjutnya yang akan menimpa kita adalah kebinasaan secara sekejap terhadap apa yang telah kita raih.

(Gantira, 22 Januari 2017, Bogor)

Friday 20 January 2017

"Kebodohan dan Kecerdasan adalah Pilihan Kita"

Pada dasarnya, setelah kita terlahir di dunia ini, kita diberi pilihan dengan bebas antara memilih kebodohan dan kecerdasan.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah akan selalu menguji setiap manusia untuk memilih antara kebodohan atau kecerdasan.

Orang yang melanggar perintah Allah adalah orang yang lebih memilih untuk bodoh, sedangkan orang yang taat pada perintah Allah adalah orang yang memilih untuk cerdas.

Tidaklah Allah melarang sesuatu kecuali Allah memberikan alternatif lainnya yang diperbolehkan, bahkan yang diperbolehkan itu jauh lebih banyak dan lebih nikmat daripada yang dilarang-Nya.

Allah mengharamkan mengkonsumsi makanan haram yang jumlahnya relatif sedikit seperti babi dan bangkai; namun Allah menghalalkan banyak makanan lainnya yang halal dan jauh lebih bermanfaat seperti ikan, daging sapi, domba, ayam, bebek, sayur mayur, burung dan banyak lagi yang jumlahnya tak terhingga.

Allah mengharamkan mendekati jina; namun Allah menghalalkan apa saja terhadap pasangan hidup yang telah diikat dengan akad resmi bahkan setiap kenikmatan yang dilakukan terhadap pasangan hidupnya semuanya bernilai pahala, baik saat berpegangan tangan bahkan lebih dari itu.

Allah mengharamkan mencari rizqi dengan cara menipu, korupsi, merampok atau dengan cara riba; namun Allah menghalalkan mencari rizqi dengan cara berniaga, bercocok tanam, berternak, atau aktifitas apapun yang dilakukan dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain. Bahkan  Allah telah menjamin rizqi setiap makhluk-Nya agar dia dapat tenang dengan  mencari rizqi dengan cara yang halal.

Orang yang melanggar perintah Allah maka hidupnya selama di dunia akan mengalami kegelisahan, sehingga dadanya sesak bagai naik ke atas bukit. Dan di akhirat dia akan diancam dengan siksaan yang keras.

Sedangkan orang yang mengikuti perintah Allah, dia akan memperoleh ketenangan jiwa dan kebahagiaan dunia, serta di akhirat kelak akan memperoleh anugerah kebahagiaan abadi.

Jadi sesungguhnya semua yang kita jalani adalah sebuah pilihan hidup kita. Sehingga sangat pantas orang yang melanggar perintah-Nya di juluki sebagai orang bodoh karena dia lebih memilih kebodohan, sedangkan orang yang mentaati perintah-Nya disebut sebagai orang cerdas karena lebih memilih kecerdasan.

"Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati , dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah ( ujian ), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan. ” ( Al - Anbiya ` : 35 )

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. At - Talaq :4 )

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangk a -sangka." ( QS. At - Thalaq : 2 - 3 )

“Maka disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya.. .” (QS an-Nisa: 155)

“Allah Telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup . dan bagi mereka siksaan yang besar.” (QS al-Baqarah: 7)

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatan niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit….” (Qs al-An’am: 125)

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam , tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling pintar?’. Beliau menjawab, ‘ Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas .’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy)

”Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya serta biasa beramal untuk bekal kehidupan setelah mati. Sebaliknya, orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, sementara dia berangan-angan kepada Allah”.  (HR. Ibnu Majah).

(Gantira, 21 Januari 2017, Bogor)

Sunday 15 January 2017

"Inti dari Semua Ilmu yang Ada di Dunia ini"

Inti dari semua ilmu di dunia ini hanyalah dua, yaitu bersabar dan bersyukur. Arti lain dari bersyukur adalah menempatkan segala sesuatu sesuai pada tempatnya. Sedangkan arti lain dari bersabar adalah ridho dengan apapun yang terjadi bila segala sesuatu itu tidak sesuai yang kita harapkan, namun kita tetap istiqomah menjalankan segala sesuatu sesuai dengan yang diharapkan dengan kemampuan yang terbatas.
*
Cara bersyukurnya lidah adalah berzikir, mengucapkan kata2 yang baik atau diam. Dan bila lidah digunakan untuk mengumpat, mencela dan berghibah, ini menandakan bahwa dia telah kufur.
*
Cara bersyukurnya tangan adalah dengan bershadaqah, melakukan segala kegiatan yang bermanfaat buat kehidupan dunia, baik itu keterampilan untuk mencari nafkah ataupun untuk menolong orang lain. Jika tangan digunakan untuk mencuri, korupsi, memegang barang yang haram atau melakukan kerusakan di muka bumi ini, hal tersebut menandakan bahwa tangan tersebut telah digunakan dengan jalan yang salah atau telah mengkufuri nikmat tangan.
*
Cara bersyukurnya mata adalah membaca al-quran, mencari ilmu, mengagumi pemandangan alam, melakukan segala aktifitas untuk mendatangkan sesuatu yang lebih bermanfaat pada dunia ini seperti mencari nafkah atau membantu orang lain. Bila mata digunakan untuk melihat hal2 yang mengandung dosa, maka mata telah salah penggunaannya yang artinya telah mengkufuri nikmat mata.
*
Cara bersyukurnya otak adalah dengan memikirkan apa saja yang bermanfaat buat kehidupan dunia dan juga akhirat, baik itu untuk mencari nafkah, mengembangkan ilmu pengetahuan atau mencari solusi dan merencanakan untuk perbaikan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Jika kita menggunakan fikiran untuk merendahkan suatu perbuatan jahat, maka kita telah mengkufuri nikmatnya fikiran.
*
Begitu juga cara mensyukuri kekayaan alam di dunia ini adalah dengan cara memanfaatkannya dengan sebaik mungkin untuk kesejahteraan kita dan umat manusia. Bila kita melakukan kerusakan pada alam semesta ini hingga merugikan banyak orang, ini pertanda bahwa kita telah mengkufuri nikmat kekayaan alam semesta ini.
*
Dan kadangkala segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak berfungsi sesuai yang kita harapkan, seperti lidah terasa kelu, mata tidak bisa melihat, tangan tidak bisa digerakkan, fikiran sulit memecahkan permasalahan yang ada dan alam semesta tidak sesubur yang kita perkirakan. Dalam menghadapi kenyataan ini, maka sikap kita adalah bersabar dalam menghadapi kondisi yang ada.
*
Bila orang bisa sabar dalam menghadapi kondisi yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Namun kita tetap terus berusaha dengan kemampuan yang terbatas itu, maka pada akhirnya Allah akan melimpahkan juga karunia-Nya terhadap kesabaran kita itu. Karena sesungguhnya Allah bersama orang2 yang sabar.
*
Jadi apapun yang kita perbuat di dunia ini, maka jadikanlah dia sebagai salah satu cabang dari dua hal, yaitu masuk dalam salah satu cabang  bersyukur atau masuk dalam salah satu cabang bersabar. Dan puncak tertinggi dari sabar dan syukur ini adalah semakin meningkat ketakwaanya kepada Sang Pencipta Alam Semesta ini.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat ayat – ayat bagi ulil albab, yaitu orang – orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (dan berdo’a), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia – sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (Ali Imran[3]: 190-191)

(Gantira, 15 Januari 2016, Bogor)

Saturday 14 January 2017

"Doa dan Harapan"

Pada umumnya apa yang terjadi saat ini sesuai dengan harapan dan keinginan kita dulu. Orang yang saat ini kaya raya, bisa jadi dulu sangat mendambakan kehidupan tersebut dan dambaannya ini tertanam secara mendalam dalam batinnya hinga tidak berputus asa dalam berdoa dan berharap.
*
Dulu, waktu saya masih di SD dan SMP ingin sekali masuk ITB, kuliah di luar negeri dan keliling indonesia. Walaupun saat itu, secara logika, semua harapan itu tidak mungkin karena saat itu saya termasuk orang yang tidak cerdas. Waktu SD sempat mendapatkan rangking kelas 2 tertinggi dari bawah.
*
Namun harapan yang tidak mungkin itu akhirnya terwujud juga setelah puluhan tahun kemudian. Setelah semua terwujud, ternyata baru tersadar  bahwa ada harapan lain yang jauh lebih indah. Akhirnya aku tinggalkan semuanya, karena ternyata ujung dari sebuah harapan adalah husnul khatimah, masuk dalam kebahagiaan abadi di kehidupan abadi kelak.
*
Dengan kondisi kehidupan ekonomi keluargaku yang terbilang sederhana atau tidak mewah saat ini. Iseng2 aku bertanya pada isteriku tentang keluarga yang diidamkannya dulu. Apakah dulu mengharapkan memiliki suami yang kaya raya?
*
Isteriku menjawab bahwa dulu saat sma hanya ingin memiliki keluarga yang rukun, dan tidak terlalu mengharapkan keluarga yang kaya raya.
*
Mendengar jawaban itu, hatiku senang. Ternyata keadaanku saat ini tidak membuatnya kecewa karena memang sesuai harapannya dulu. Karena kalau dilihat latar belakang kehidupannya, bisa saja dia mendapatkan kehidupan dunia lebih dari saat ini. Karena mayoritas teman2 kuliahnya dan juga teman2 kuliahku kondisi ekonominya jauh diatas kami. Namun itulah sebuah pilihan dan sebuah harapan.
*
Memahami itu semua, maka mulai saat ini kami mulai lagi memupukkan doa dan harapan untuk kami dan untuk anak2 kami, walaupun itu terasa tidak mungkin. Doa dan harapan kami pupukkan saat ini, dan bisa saja baru terwujud puluhan tahun kemudian. Kita tinggal bersabar menunggu terwujudnya doa dan harapan tersebut.

(Gantira, 14 Januari 2016)

Friday 13 January 2017

"Menggapai Keajaiban dengan Waktu dan Kemampuan Terbatas"

Banyak sekali ide dan cita2 yang ingin kita gapai, namun kalau melihat waktu dan kemampuan yang ada, rasanya tidak mungkin kita melakukan semua itu. *
Waktu yang kita miliki hanya 24 jam, dan kita ingin melakukan kegiatan A sampai Z untuk menggapai apa yang kita idamkan. Namun disamping itu pula kita perlu tidur, shalat, zikir dan kadang2 kita melakukan hal lain yang lebih mendesak, contohnya membantu salah satu dari keluarga kita yang sakit.
*
Melihat kenyataan seperti itu, maka satu2nya yang bisa kita harapkan untuk mendapatkan apa yang kita cita2kan adalah datangnya sebuah keajaiban. Dan hal ini bisa kita dapatkan dengan cara berdoa dengan sungguh2 kepada-Nya serta melakukan semaksimal kemampuan kita yang bisa membuat Dia ridho pada kita hingga keajaiban itu akhirnya datang pada kita.
*
Kita tidak bisa menghabiskan seluruh waktu kita seperti yang dilakukan orang2 atheis, karena mereka tidak percaya akan adanya Tuhan dan adanya akhirat, sehingga seluruh waktu hidupnya hanya digunakan untuk mengejar dunianya. Sedangkan kita yang yakin adanya Allah dan adanya akhirat harus melakukan kewajiban2 kita kepada-Nya. Jadi kita tidak bisa menjadikan orang2 non Islam sebagai patokan hidup kita dalam meraih dunia, karena manajemen waktu mereka berbeda dengan kita. Kita hanya bisa mencontoh orang2 mukmin yang sukses dunianya, karena manajemen waktu mereka sama dengan kita, sehingga kita berharap bisa menjadi sukses dunia dan akhirat.
*
Ingatlah apa yang dilakukan Umar Bin Khatab saat mengutus pasukannya untuk berperang dengan Romawi. Umar hanya menasihatkan agar tingkatkan ketakwaan dan berdoa memohon kepada-Nya. Karena kalau dilihat dari segi kekuatan persenjataan, keahlian dan jumlah pasukan maka pasukan Umar akan kalah telak. Umar membutuhkan waktu dan kerja keras yang super besar untuk menyusul mereka bila ingin menang dan hal itu secara logika tidak memungkinkan. Oleh karen itu, Umar mengambil cara yang paling efektif dan efisien untuk memenangkan peperangan itu, yaitu dengan cara bertakwa dan berdoa kepada-Nya. Dan sejarah mencatat bahwa pasukan Umar selalu memenangkan peperangan tersebut, sehingga Umar menguasai banyak wilayah di dunia ini.
*
Jadi, satu2nya cara agar kita bisa meraih mimpi2 kita tanpa kehilangan akhirat adalah dengan memprioritaskan ketakwaan kita kepada-Nya yang diiringi dengan memohon kepada-Nya lalu ikuti dengan melakukan apa yang mampu kita lakukan. Maka tunggulah keajaiban2 itu akan datang pada kita.
*
(Gantira, 13 Januari 2016, Bogor)

Sunday 8 January 2017

"Efek Dari Sebuah Kata-Kata"

Bagi seorang muslim, dia akan selalu menjaga setiap apapun yang dikatakannya. Karena setiap kata2 akan menghasilkan konsekuensi yang sangat berat.

Ingatlah bahwa hanya dengan ucapan syahadat, seorang non muslim langsung menjadi muslim serta seluruh dosanya selama ini langsung diampuni. Dia bagaikan seorang bayi yang terlahir bersih kembali.

Begitu juga hanya dengan menyatakan diri bahwa dirinya murtad, maka secara otomatis dia telah keluar dari Islam. Dan semua amal kebaikannya tidak akan lagi dinilai sebagai kebaikan di sisi-Nya

Ingatlah, salah satu syarat syahnya pernikahan adalah Ijab kabul. Yang dengan kata2 ijab kabul ini, maka  hubungan antara lawan jenis yang sebelumnya masuk pada perbuatan Jinah dan termasuk salah satu dosa besar berubah menjadi halal dan mendapatkan pahala kebaikan.

Begitu juga bila seorang suami  hanya mengeluarkan ucapan cerai pada istrinya, maka telah jatuh talak satu. Sehingga keduanya hukumnya menjadi haram kembali dalam berhubungan badan sebelum rujuk kembali.

Dan banyak lagi konsekuensi2 lainnya, walaupun hanya dengan sebuah ucapan. Jadi seorang mukmin selalu menjaga lidahnya. Dia lebih memilih diam daripada berkata yang sia2, dan juga akan memilih berkata yang bermanfaat daripada hanya diam.

Ingatlah beberapa ayat dan Hadist berikut ini:

” Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. ” (QS. Qaaf [50] : 18)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa. Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,” Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shohih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Tanda orang munafik itu ada tiga : jika berkata, dia dusta; jika berjanji, dia menyelisinya; dan jika diberi amanat, dia berkhianat. ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat. ” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah. ’ (HR. Bukhari dan Muslim).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. ” (HR. Bukhari)

Sesungguhnya hanya dengan perkataan, seseorang bisa menjadi mulia. Dan juga hanya dengan perkataan, seseorang bisa jatuh terhina. Semoga kita semua bisa menjaga lisan kita dari setiap ucapan yang akan keluar dari lidah kita sehingga kita bisa selamat sampai akhir hidup kita, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamiin..

(Gantira, 8 Januari 2017, Bogor)

Saturday 7 January 2017

"Bangsa Manakah yang akan Menang jika Terjadi Perang Dunia III?"

Dengan merebaknya perang di negara Suriah dan sekitarnya, masyarakat dunia mengalami kekhawatiran akan munculnya perang dunia III. Sehingga banyak negara yang mulai berlomba2 memperkuat persenjataannya. Bahkan beberapa negara menganjurkan agar masyarakatnya membuat bunker sendiri serta menyiapkan makanan yang tahan lama untuk menjaga dari serangan nuklir.

Bila dilihat dari kekuatan persenjataan saat ini, ada 5 negara terbesar yang memiliki kekuatan tentara dan persenjataan yang perlu diperhitungkan oleh masyarakat dunia, diantaranya adalah:

1. Amerika Serikat

Sampai saat ini, alutsista AS adalah yang terbanyak dan terkuat di dunia. AS memiliki Tank sebanyak 8.848 buah, pesawat militer 13.892 dan kapal selam sebanyak 72 buah. Pada tahun 2015, AS menganggarkan dana untuk memperkuat militernya sebanyak US$ 601 milliar.

2. Rusia

Rusia merupakan negara terkuat kedua di dunia dalam bidang angkatan senjata. Rusia memiliki Tank terbesar di dunia serta memiliki pesawat militer terbesar kedua dan kapal selam terbesar ke tiga di dunia. Sejak tahun 2008, Rusia selalu mengganggarkan dana untuk militernya selalu dalam 3 besar dunia.

3. China

Dalam satu dekade ini, kekuatan militer China semakin meningkat dengan tajam baik dari segi jumlah maupun kemampuannya. Dari segi personelnya, China memiliki tentara terbanyak di dunia, yaitu berjumlah 2.330.000 orang dengan dukungan dana untuk militer sebesar US$ 216 miliar. Disamping itu, mereka melakukan terobosan dengan membuat modernisasi alutsista.

4. Jepang

Jepang dengan tentaranya bernama Pasukan Bela Diri telah didanai sebesar US$ 41,5 miliar. Jepang memiliki alutsista terbaik di dunia serta memiliki 16 kapal selam. Disamping itu, PM Jepang saat ini, Shinzo Abe, akan mengubah konstitusi untuk menghidupkan kembali militernya dengan alasan untuk menghalau ancaman dari luar.

5. India

India adalah salah satu negara yang memiliki senjata nuklir. Pada tahun 2015, India telah menyalurkan dana APBN untuk angkatan bersenjatanya sebesar US$ 50 milyar. Disamping itu, bersama Amerika dan China, India memiliki tentara laki-laki terbanyak di dunia ini.

Sekarang kita bandingkan dengan 5 kekuatan bersenjata negara Islam Sunni terbesar di dunia, yaitu:

1. Turki
Turki memiliki tentara sebanyak 1.041.900 orang, dengan jumlah pesawat sebanyak 1940 buah, helikopter 874, kapal angkatan laut 265, dan dengan anggaran untuk militernya sebesar US$ 25 milliar.

2. Pakistan
Memiliki tentara sebanyak 1.132.500 orang,  Pesawat berjumlah 1414 buah,
Helicopter 535 buah,  Kapal angkatan laut  11 buah, dengan anggaran pertahanannya sebesar US$6,4 milyar

3. Mesir
Memiliki tentara 947.500 orang,
Pesawat  884 buah, Helicopter 306 buah, Kapal angkatan laut 221 buah dan anggaran pertahanannya sebesar US$ 7,2 milyar

4. Indonesia
Miliki tentara sebanyak 838.410 orang, Pesawat  510 buah, Helicopter  168 buah,
Kapal angkatan laut  136 buah, serta memiliki anggaran pertahanan sebesar  US $4,7 milyar

5. Arab Saudi
Memiliki tentara sebanyak 258.500 orang, pesawat 1200 buah,  Helicopter 314 buah,
Kapal angkatan laut 77 buah dengan anggaran pertahanan sebesar US $39,2 milyar.

Bila kita banding-bandingkan antara kekuatan militer negara muslim Sunni dengan negara non muslim, kekuatan persenjataan negara muslim jauh di bawah mereka.

Pertanyaannya adalah bila terjadi perang dunia ke III atau terjadi perang akhir jaman, siapakah yang akan menang?

Kalau berdasarkan logika, negara muslim akan kalah telak karena memiliki kekuatan jauh dibawah negara non muslim.

Namun, jika kita melihat dari segi keimanan. Dan orang2 muslim meningkatkan ketakwaannya kepada Allah, pasti kaum muslimin akan menang telak. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena bila seseorang memiliki ketakwaan yang benar, maka Allah akan menolongnya.

Ingatlah beberapa firman-Nya:
“ Hai orang -orang yang beriman, jika kamu menolong (agama ) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedu ­dukanmu .” ( Q.s . Muhammad : 7 )

“ Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (dalam pertempuran) . Segolongan berperang di jalan Allah dan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat orang -orang musl imin dua kali jumlah mereka . Allah menguatkan dengan bantuan - Nya siapa yang dikehendaki -Nya . Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang mempunyai mata hati. ”(Q.s . Ali Imran: 13 )

Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. (QS: Al-Anfaal Ayat: 64)

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS: Al-Anfaal Ayat: 65)

Ingatlah salah satu isi surat yang ditulis oleh Umar bin Khatab kepada Sa'ad bin Abi Waqqash beserta pasukannya:

“Amma Ba’du. Aku memerintahkanmu dan seluruh anggota pasukan untuk bertakwa kepada Allah swt. dalam setiap keadaan. Karena takwa kepada Allah swt. adalah senjata yang paling kuat dan strategi yang paling jitu untuk mengalahkan musuhmu.

Aku memerintahkanmu dan seluruh anggota pasukanmu untuk berhati-hati terhadap perbuatan maksiat, lebih dari hati-hati kalian terhadap musuhmu. Karena maksiat yang kalian perbuat lebih aku khawatirkan daripada kekuatan pasukan musuh.

Allah swt. memberikan kemenangan kepada pasukan Islam disebabkan musuh-musuhnya yang berbuat kemaksiatab. Kalau bukan karena itu, niscaya pasukan Islam tidak akan berdaya menghadapi pasukan musuh.

Karena jumlah pasukan Islam tak seberapa dibanding jumlah pasukan musuh; persenjataan pasukan Islam pun tak ada apa-apanya dibandingkan persenjataan musuh. Sehingga seandainya pasukan Islam dan pasukan musuh sama-sama berbuat maksiat, maka pasukan musuh akan menang karena mereka lebih kuat dari segi jumlah dan senjata. Jika pasukan Islam tidak berbuat maksiat, maka pasukan Islam akan menang, karena keshalihan mereka, bukan karena kekuatan mereka.

Kemudian ketahuilah, selama perjalanan kalian, Allah swt. mengirim para malaikat yang akan mengawasi. Mereka mengetahui apa yang kalian lakukan. Maka teruslah merasa malu kepada mereka.

 Janganlah kalian bermaksiat kepada Allah swt., padahal kalian sedang berada dalam jalan-Nya.

Janganlah kalian berkata bahwa kalian pasti akan menang karena musuh-musuh pasti lebih buruk dari kalian, sehingga mereka tidak akan mungkin menguasai kalian.

Karena sangat mungkin sebuah kaum dikuasai oleh kaum yang buruk. Seperti Bani Israel yang dikuasai oleh kaum Majusi. Bisa demikian karena Bani Israel telah melakukan hal-hal yang membuat Allah swt. murka.

Mohonlah kepada Allah swt. agar menolong kalian melawan jiwa kalian, sama seperti kalian memohon pertolongan dalam melawan musuh-musuh kalian. Aku juga memohon hal itu untukku dan untuk kalian.”

Dari dalil-dalil di atas dapat disadari bahwa satu-satunya andalan umat Islam jika terjadi perang akhir jaman adalah kekuatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, karena hanya dengan kekuatan itu umat Islam bisa memperoleh kemenangan. Kalau berdasarkan kekuatan persenjataan dan keahlian, kita kalau jauh tertinggal dengan mereka.

Oleh karena itu, mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita, keluarga kita, anak2 kita, dan  lingkungan kita. Karena kita tidak tahu kapan terjadinya perang akhir jaman itu? bisa terjadi pada masa kita, masa anak2 kita atau masa di cucu2 kita. Tapi kapanpun itu terjadinya, yang jelas setiap orang pasti akan mengalami kiamat kecil, yaitu kematian. Dan tiap orang akan melihat balasannya dari setiap apapun yang telah dikerjakannya di dunia ini.

Semoga kita semua masuk ke dalam golongan umat yang menjadi pilihan-Nya serta mendapatkan akhir hidup husnul khatimah, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamiin..

(Gantira, 7 Januari 2017, Bogor)