Saturday 11 April 2009

Memperoleh Kebahagiaan Dunia



Apa yang paling membahagiakan dalam menjalani hidup ini?
Sebagian besar akan mengatakan bahwa yang paling membahagiakan hidup di dunia ini adalah memiliki keluarga yang sehat; hati yang tenang, senang, damai, lapang dan tidak resah; jauh dari musuh yang ditakuti; memiliki penghasilan yang cukup berlimpah bahkan mencapai passive income; jabatan yang tinggi; teman hidup yang setia dan menyenangkan; mempunyai kemampuan untuk melakukan segala sesuatu dengan tepat; serta banyak lagi harapan lainnya. Ringkasnya adalah bahwa hidup di dunia akan bahagia bila semua keinginan tercapai.

Bagaimana cara agar semua keinginan itu tercapai?
Banyak upaya dan usaha yang telah dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Ada yang yang bekerja keras siang malam sehingga tak ada lagi waktu yang tersisa untuk keluarga ataupun untuk ibadah; ada yang pergi ke tempat-tempat hiburan baik yang menenangkan ataupun hiburan malam yang hingar bingar; ada yang berusaha mendekati orang yang berpengaruh dengan harapan mendapatkan salah satu jabatan yang diinginkannya atau agar terhindar dari musuh yang ditakutinya; adapula yang pergi ke dukun atau orang-orang pintar dengan harapan dapat memperoleh segala keinginan dengan cepat; serta banyak lagi usaha lainnya. Dengan berbagai usaha tersebut, kadang yang terjadi adalah permasalahan yang satu selesai namun timbul permasalahan lainnya yang sama bahkan lebih berat dari permasalahan yang ada.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha:124)

Apa solusi yang tepat untuk mencapai segala keinginan di dunia ini?
Cara yang terbaik agar semua keinginan di dunia ini tercapai adalah dengan cara berusaha mendekatkan diri kita pada Pemilik Alam Semesta ini, sehingga apapun yang kita harapkan dengan mudahnya dapat terwujud. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan mengacu pada salah satu hadist qudsi, yaitu:
“Allah berfirman,’barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku telah menyatakan perang kepadanya. Tidak ada orang dapat mendekatkan hamba-Ku kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku cintai dariapa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku masih mendekati-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Maka, apabila Aku mencintainya, Aku akan menjadi telinganya yang mendengarkan, matanya yang melihat, tangannya yang memegang, dan kakinya yang berjalan. Apabila ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan permohonannya. Apabila ia meminta perlindungan niscaya Aku melindunginya. Aku tidak pernah ragu akan sesuatu yang Aku lakukan. Sesuatu yang membuat-Ku ragu akan diri orang mukmin adalah dia benci akan mati. Dan Aku benci kejelekannya. (HR Bukhari)

Dari hadist Qudsi di atas, dinyatakan bahwa bila Allah sudah mencintai seseorang maka beberapa kebahagiaan yang akan diperoleh oleh hamba-Nya adalah:
1. Allah akan menjadi pembela bila ada yang memusuhi hamba-Nya;
2. Allah akan menjadi pembimbing hamba-Nya terhadap apa yang didengarnya, dilihatnya, dilakukannya serta apa yang dijalankannya;
3. Allah akan mengabulkan segala permohonan hamba-Nya;
4. Allah akan menjadi pelindung hamba-Nya terhadap segala sesuatu yang menakutkan orang tersebut.

Sungguh bahagia hidup orang yang memperoleh cinta-Nya. Sehingga apapun yang diinginkan olehnya di dunia ini, akan dengan mudahnya dapat terpenuhi oleh Sang Pemilik Alam Semesta ini. Karena semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya, tidak ada daya dan upaya yang dapat dilakukan oleh makhluk-Nya tanpa ada ijin dari-Nya. Untuk memperoreh cinta-Nya, maka berdasarkan hadist qudsi di atas, ada beberapa hal yang mesti kita upayakan dalam mendekati-Nya, yaitu:
1. Mengamalkan apa yang telah diwajibkan oleh-Nya
Allah sangat mencintai seorang hamba yang berusaha mendekati-Nya dengan jalan mengamalkan apa yang diwajibkan oleh-Nya serta menjauhi apa yang dilarang-Nya, yaitu dengan jalan melaksanakan rukun Islam (sahadat, shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu), mengimani rukun iman (iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari kiamat serta takdir yang baik dan buruk), serta beribadah kepada-Nya dengan ihsan (Ibadah bagaikan kita melihat-Nya atau berkeyakinan bahwa Dia selalu mengawasi kita)

2. Melaksanakan dengan apa yang telah di sunnahkan-Nya
Allah akan semakin cintai pada hamba-Nya bila dia semakin mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan yang apa disunnahkan-Nya, seperti salat-salat sunnah, puasa-puasa sunnah serta ibadah-iadah sunnah lainnya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Jadi bila ingin mendapatkan kebahagiaan dunia, maka solusi terbaik adalah dengan semakin mendekatkan diri pada-Nya dengan melaksanakan apa yang telah diwajibkan oleh-Nya serta ditambah dengan melakukan apa yang telah disunnahkan-Nya. Disamping kebahagiaan di dunia ini, dijanjikan pula dengan tambahan kebahagiaan yang jauh lebih menyenangkan dan lebih kekal yaitu kebahagiaan mendapatkan surga-Nya di kehidupan abadi nanti.

“....Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Al-Baqarah:38)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl:97)

(Gantira, 11 April 2009)

Tuesday 31 March 2009

“Janji-janji Para Penghuni Neraka”

Ketika para penghuni neraka sudah menempati tempatnya, mereka mengalami penyesalan yang luar biasa. Mereka memohon kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia dengan janji-janji akan melakukan segala sesuatu yang di perintahkan-Nya, janji-janji mereka diantaranya:

1. Akan Melakukan Amal Saleh

Mereka berjanji akan melakukan amal saleh bila diberi kesempatan untuk hidup kembali, sebagaimana yang diungkapkan dalam QS As-Sajdah ayat 12:

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya dihadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”

Permohonan tersebut dijawab oleh Allah dalam QS As-Sajdah ayat 13-14:

‘Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi)nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan dari-Ku): ”Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama. Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat); sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan”’

2. Akan Mengamalkan Kitabbullah dan Sunah Rasul

Setelah merasakan dasyatnya siksa neraka mereka berjanji akan mengamalkan apa yang diperintah dalam kitabullah dan mengikuti anjuran rasul-Nya, sebagaimana yang tercantum dalam QS Ibrahim ayat 44:

‘Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada hari itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul…”

Dijawab oleh Allah dalam QS Ibarahim ayat 44-45:

‘(Kepada mereka dikatakan):”Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?, dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan”’

3. Akan Berbuat Kebaikan

Mereka berteriak saat merasakan siksaan neraka dan berjanji akan melakukan perbuatan baik, sebagaimana yang ditulis dalam QS Faathir ayat 37:

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan berbuat kebaikan berlainan dengan yang telah kami perbuat”.

Yang dijawab oleh Allah dalam ayat yang sama:

‘Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.’

4. Akan Meninggalkan Perbuatan Jahat

Janji mereka bila dikembalikan ke dunia adalah akan meninggalkan kejahatan yang telah dilakukannya selama di dunia, seperti yang ada dalam QS Al-Mu’minuun ayat 106-107

Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang zalim”

Kemudian dijawab oleh Allah dalam QS Al-Mu’minuun ayat 108-110:

‘Allah berfirman: Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. Sesungguhnya, ada golongan dari hamba-hamba-Ku berdo’a ( di dunia): “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat yang paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu menertawakan mereka.”’

Setelah permohonan terakhir mereka. Janji, permohonan dan jeritan para penghuni neraka tidak didengar lagi oleh Allah, dan mereka berada di dalamnya dengan penuh keputus asaan yang tidak ada manfaatnya lagi.

Apakah kita akan berjanji seperti di atas, setelah kita menjadi salah seorang diantara mereka dan menyaksikan dasyatnya api neraka dengan ainul yakin?

Ya Allah lindungilah kami dari api neraka-Mu dan jauhkanlah kami di dunia ini dari sifat dan perbuatan penduduk ahli neraka, Amin. (Gantira)

Sunday 29 March 2009

Menggapai Kesuksesan Abadi


Setiap orang mempunyai definisi sukses yang berbeda-beda tergantung dari apa yang yang ingin dicapainya. Bagi sebagian orang sukses itu adalah mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari yang dia capai saat itu. Disebut sukses bila seorang staff menjadi kepala sub bidang, seorang kepala sub bidang menjadi kepala bidang, seorang kepala bidang menjadi direktur, dan seterusnya sampai orang yang mencapai puncak tertinggi di suatu instansi pun merasa bahwa dirinya masih belum sukses bila belum mendapatkan posisi yang lebih tinggi lagi menurut pandangannya masing-masing.

Adapula orang yang mendefinisikan bahwa sukses itu adalah orang yang memiliki harta yang berlimpah. Dengan definisi ini, dia akan terus menerus menumpuk kekayaannya. Walaupun dia sudah mencapai kekayaan yang tak akan habis sampai tujuh turunan tapi pada saat dia melihat masih ada orang yang lebih kaya dari dirinya maka dia akan terus merasa kurang dan merasa dirinya belum mencapai sukses sesuai dengan yang diimpikannya.

Dengan melihat kecenderungan definisi sukses yang berbeda-beda dan tak pernah ada akhirnya tersebut, maka yang terbaik adalah mengembalikan definisi sukses pada Yang Menciptakan kita, hal ini dapat kita renungi berdasarkan firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar (the great success).”( QS Ash Shaff 10-12)

Berdasarkan ayat di atas, yang namanya sukses adalah orang yang sudah mendapatkan surga-Nya. Sehingga selama kita masih bernafas maka peluangnya masih 50%, bisa menjadi orang yang sukses atau bisa pula jadi orang yang gagal, tergantung dari bagaimana kita mengakhiri udara yang kita hirup.

Untuk menggapai kesuksesan abadi di atas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Niat (Motifasi)

Rasulullah saw bersabda:

Sungguh semua perbuatan tergantung pada niat (motifasi) dan, bagi setiap orang adalah nilai motifasi: orang yang berhijrah (ke Madinah) karena Allah dan Rasulullah maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulullah. Dan orang yang berhijrah karena nilai duniawi atau kerena (mengikuti) seorang perempuan yang hendak dikawini, maka hijrahnya kepada motifasi orang yang mendasari.” (HR Bukhor-Muslim)

Bila seseorang beramal semata-mata karena mengharapkan pujian atau keuntungan dunia semata maka amalan yang kita lakukan tidak akan bernilai sama sekali dihadapan-Nya. Jadi agar kita menjadi orang beruntung maka kuatkanlah niat dalam beramal semata-mata untuk mencari ridho-Nya

2. Ilmu

Dari Abu Umamah Al-Bahili berkata “Rasulullah menceritakan ada dua orang, yang satu seorang yang berilmu tinggi, dan yang satunya seorang ahli ibadah. Kemudian Rasulullah berkata, “Keutamaan seseorang yang berilmu dibanding dengan seorang ahli ibadah sama seperti keutamaan saya dibanding orang paling rendah derajatnya diantara kamu sekalian,” Kemudian Rasulullah berkata lagi, ‘Sesungguhnya Allah dan para malaikat serta penghuni langit hingga semut di dalam tanah, dan ikan yang ada di dasar lautan, senantiasa membacakan shalawat (memohonkan rahmat) kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (HR Tirmidzi dan Thabrani)

Orang yang beribadah berdasarkan ilmu derajatnya jauh lebih tinggi daripada orang yang beribadah tanpa dasar ilmu. Bahkan dalam hadist yang lain disebutkan bahwa ibadah seseorang tidak akan diterima bila tidak ada contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam.

3. Beramal

Rasulullah saw bersabda:

“Pada hari kiamat nanti, akan dibawa sesorang lelaki untuk dilemparkan ke dalam api neraka. Maka terburailah ususnya dalam api neraka, lalu ia berputar-putar seperti seekor keledai berputar-putar mengelilingi batu penggilingan, maka penduduk neraka berkumpul mendekati dan berkata: “Hai Fulan, mengapa kamu seperti in?” Bukankah dahulu kamu menyuruh kami kepada perkara ma’ruf dan melarang kami dari perkara munkar?” Maka lelaki itu berkata: :Dahulu aku menyuruh kamu kepada perkara ma’ruf namun aku sendiri tidak melakukannya dan melarang kamu dari perkara munkar namun aku sendiri melakukannya.” (HR Bukhori & Muslim)

Seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya, maka dia termasuk orang yang sangat merugi. Imunya tidak membawa manfaat padanya bahkan mencelakakannya. Oleh karena itu sangat beruntunglah orang yang memperbanyak amalnya di dunia sehingga hasilnya akan dapat dipetik di kehidupan abadi nanti.

4. Mengajak Kepada Kebaikan

Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang mengajak pada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakan kebaikan tersebut tanpa dikurangi kebaikan sedikit pun. Dan barangsiapa yang mengajak pada keburukan atau kesesatan maka ia akan mendapatkan dosa sebagaimana orang tersebut melakukan kesesatan tanpa dikurangkan dari dosanya sedikit pun(HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Ibnu Majah)

Sangat beruntunglah bila kita melakukan kebaikan serta mengajak orang lain, maka kita akan mendapatkan pahala sebanyak orang yang mengikutinya. Namun kita juga harus hati-hati pada saat melakukan suatu keburukan, karena bila ada orang lain yang mengikuti maka tanpa disadari kita akan menumpuk dosa sebanyak orang yang mengikutinya.

Jadi bila kita ingin memperoleh kesuksesan abadi maka yang harus kita lakukan adalah mengawali segala sesuatu dengan niat untuk mencari keridoan-Nya, mencari ilmu sebanyak-banyaknya, mengamalkan ilmu yang telah didapat serta mengajak orang lain untuk bersama-sama mendapatkan kebahagiaan abadi.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS Al Ashr 1-3)

(Gantira)