Friday 22 January 2016

9. AL-Khaliq

A. Pendahuluan

Al Khaliq artinya  Yang Maha Pencipta

Disebutkan nama Al-Khaliq dalam Al-qur'an pada beberapa tempat di antaranya, firman Allah:

(24). ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻖُ ﺍﻟْﺒَﺎﺭِﺉُ ﺍﻟْﻤُﺼَﻮِّﺭُ ۖﻟَﻪُ ﺍﻟْﺄَﺳْﻤَﺎﺀُ ﺍﻟْﺤُﺴْﻨَﻰٰ ۚﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ۖﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰُ ﺍﻟْﺤَﻜِﻴﻢُ

"Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. Al-Hasyr:24)

ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺧَﺎﻟِﻖُ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ۖ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰٰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻭَﻛِﻴﻞٌ

"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu." (Qs. Az-Zumar :62)


ﺇِﻥَّ ﺭَﺑَّﻚَ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺨَﻠَّﺎﻕُ ﺍﻟْﻌَﻠِﻴﻢُ

"Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui." (Qs. Al-Hijr ayat 86)

B. Makna Al-Khaliq

Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata "khalq" atau "khalaqa" yang berarti mengukur atau memperhalus.

Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya.

Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya.


Al Khaliq berarti Allah adalah pencipta semua makhluk yang ada di semesta ini. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah ciptaan Allah. Allah menciptakan makhluk dengan wujud yang sempurna dan sebaik-baiknya bentuk.

Malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah.

Tidak ada yang diciptakan Allah dengan kebetulan, semua ada maksud, tujuan dan manfaatnya. Tidak ada penciptaan yang sia-sia.

Sebagai pencipta, Allah tidak membutuhkan apapun dari makhlukNya, tetapi makhluk sangat membutuhkan Allah karena kita sangat memerlukan ridho Allah dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Kita harus menyadari hal itu dan harus berusaha untuk selalu melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya.

Allah berfirman dalam surah Al-A'la:
ﭐﻟَّﺬِﻯ ﺧَﻠَﻖَ ﻓَﺴَﻮَّﻯٰ

"Yang telah menciptakan (sekalian makhlukNya) serta menyempurnakan kejadiannya dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya". (Al-A'la [87] : 2)

Allah menciptakan setiap makhluk secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling tepat. al-Qur'an menegaskan,

"Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah." (Q.S. As-Sajdah : 7)

Dalam ayat lain ditegaskan, "sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (Q.S. At-Tin: 4)

C. Tujuan Penciptaan Manusia dan Alam Semesta

Beberapa tujuan penciptaan manusia dan alam semesta ini, diantaranya adalah:

1. Beribadah kepada Allah

ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَﺍﻟْﺈِﻧْﺲَ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥِ


"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Qs. Adz-Dzariyat ayat: 56)

2. Mengenal kekuasaan-Nya

ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻖَ ﺳَﺒْﻊَ ﺳَﻤَﺎﻭَﺍﺕٍ ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻷﺭْﺽِ ﻣِﺜْﻠَﻬُﻦَّ ﻳَﺘَﻨﺰﻝُ ﺍﻷﻣْﺮُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻦَّ ﻟِﺘَﻌْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﻭَﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺪْ ﺃَﺣَﺎﻁَ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻋِﻠْﻤًﺎ ‏( 12 ‏)

"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu; dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." (Qs. Ath - Thalaq ayat 56)

D. Hikmah Memahami  Al-Khaliq

Adapun hikmah atau manfaat yang dapat diambil dari asma Allah, Al-Khaliq adalah sebagai berikut:

1) Meyakini bahwa Allah maha menciptakan segala makhluk di alam semesta ini

Seorang mukmin hendaklah menanamkan suatu keyakinan dalam hatinya bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah ciptaan Allah karena Allah bukan di ciptakan oleh yang lain. Makhluk hanya merubah dari bahan yang telah ada kepada bentuk yang lain.

Jadi, makhluk hanya merubah bentuk dari satu bentuk kepada bentuk yang lain bukan menciptakan dari semula, kerena yang dikatakan pencipta itu adalah Khaliqu Minal Adami artinya menciptakan dari benda yang tidak ada.

2) Meyakini bahwa Allah maha menakdirkan (memberi ukuran) kepada seluruh makhluk yang di ciptakannya.

Keyakinan ini mesti di tanam di dalam hati mukmin karena dengan keyakinan tersebut seseorang akan menerima dengan senang hati apa saja yang terjadi pada dirinya karena itu adalah kehendak Allah.

Apa saja yang terjadi di alam ini semata-mata hanya kehendak Allah. Daun kayu yang kering tidak akan jatuh karena angina kencang bila tidak karena takdir Allah.

3) Menjauhkan diri dari menyekutukan-Nya dengan makhluk2-Nya

ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﺭَﺯَﻗَﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﻳُﻤِﻴﺘُﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﻳُﺤْﻴِﻴﻜُﻢْ ﻫَﻞْ ﻣِﻦْ ﺷُﺮَﻛَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﻔْﻌَﻞُ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺷَﻲْﺀٍ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ

"Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan." (Qs. Ar-Ruum: 40)

4) Dapat menghindarkan diri seseorang dari sifat sombong dan angkuh

Bilamana dia berhasil melakukan perbuatannya. Keberhasilan seseorang dalam suatu pekerjaan sering membuatkan seseorang angkuh dan merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Akibat sifat yang demikian membuatkan seseorang kurang manghargai orang lain dan selalu mengecilkan orang bahkan sampai menolak kebenaran yang datanmg dari orang lain.

5) Menimbulkan ketenangan di dalam hati seseorang mukmin

Bila dia tidak berhasil dalam segala rencananya sehingga ia selalu berserah diri kepada Allah.

Mentakdirkan apa yang di usahakannya serta mampu untuk mengambil hikmah atas ketidak berhasilannya itu.

6) Mendorong seseorang untuk lebih meningkatkan keimanan kepada Allah

Karena ia pasti meyakini apapun yang di lakukannya hanya sekedar usaha bukan mutlak untuk memberikan keberhasilan atas segala usahanya sehingga sifat demikian akan mendorong dia selalu meningkatkan hubungannya dengan Allah.

E. Penutup


Semoga dengan memahami salah satu nama dan sifat-Nya sebagai Sang Pencipta, kita dianugerahi ketakwaan yang lebih meningkat dari sebelumnya serta terhindar dari menyekutukan-Nya dengan makhluk2-Nya.

Disamping itu, semoga kita  dianugerahi kemampuan untuk mentadaburi ciptaan-Nya yang terwujud pada alam semesta ini hingga kita termasuk dalam golongan ulil albab sesuai dengan yang telah diabadikan dalam  firman-Nya

"Sesungguhnya di dalam kejadian langit dan bumi, dalam perbedaan malam
dan siang merupakan ayat-ayat kebesaran Allah bagi mereka yang berpikir cerdik. Yaitu orang yang selalu ingat Allah pada waktu berdiri, duduk, dan berbaring, mereka selalu berpikir tentang cipataan langit dan bumi, mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan semua ini sia-sia, Maha suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka." (QS Ali ‘Imrân [3]:190-191)

Sumber utama diambil dari:

1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

Http://
www.sudutpandang2.blogspot.co.id/?m=0

(Gantira, 22 Januari 2015, Bogor)