Thursday 25 May 2017

"Seperti Apakah Keberhasilan itu?"


Ada satu hal yang harus kita sadari bahwa kita semua bukan superman, kita semua bukan para superhero yang bisa segalanya. Kita semua adalah hamba Allah yang berusaha melakukan apa yang mampu kita lakukan, sedangkan kekurangan yang ada pada kita ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki oleh saudara kita yang lain.

Bila kita melakukannya karena Allah, insya Allah  kita tidak akan merasa tersinggung atas celaan orang lain pada diri kita dan kita bisa saling memaafkan pada sesama saudara kita.

Kita sebagai umat muslim  bagai satu tubuh yang bantu membantu semampu yang kita lakukan.

Tangan mampunyai kemampuan hanya sekitar menulis, mengangkat, memindahkan, mendorong dan hal lainnya yang bisa dilakukan oleh tangan. Jangan paksakan tangan untuk bisa melihat atau mendengar, karena itu sudah di luar kemampuan si tangan.

Mata mempunyai kemampuan hanya sekitar melihat, membaca dan menunjukkan arah. Jangan menuntut mata untuk bisa membakar benda2, melelehkan besi seperti kemampuan superman, atau memindahkan barang2 berat sebagaimana yang mampu dilakukan sebagian superhero karena kita bukan mereka dan mereka pun hanya ada dalam dunia khayal bukan dalam dunia nyata.

Kaki mempunyai kemampuan untuk melangkah, berlari, dan menopang tubuh kita. Jangan paksakan kaki untuk menulis, mengambil sesuatu, bersalaman, karena bila itu dipaksakan maka hasilnya akan tampak aneh dan jadi tidak sebaik yang dilakukan oleh tangan.

Begitu juga dengan kita semua, yang kita mampu lakukan belum tentu orang lain mampu lakukan. Jadi jangan sama kan kita dengan orang lain. Jadi lakukanlah semua karena Allah, biarlah Allah yang menilai semua yang telah kita lakukan. Tugas kita hanya berusaha berbuat baik, berusaha beramal, berusaha ber akhlak mulia dan semua itu akan kembali pada diri kita sendiri bukan pada orang lain.

Kesuksesan sesungguhnya bukanlah kesuksesan yang nampak hebat di pandang manusia, namun kesuksesan sejati adalah kesuksesan saat kita menyerahkan semuanya kepada Allah, kita hanya bisa berusaha lalu bertawakal kepada-Nya.

Ingatlah kisah Rasulullah, Allah menilai Rasulullah telah sukses dan memberikan penghargaan yang sangat besar kepada beliau bukan di saat memperoleh kemenangan di perang badar atau pada perang2 besar lainnya yang dimenangkan beliau, bahkan Allah memerintahkan Rasulullah beristigfar di saat  sebagian besar jazirah Arab berbondong2 memeluk Islam.

Tapi Rasulullah dinilai sukses oleh Allah ketika Rasulullah nampak terpuruk dengan kematian istrinya, meninggalnya paman yang sangat melindunginya dan di saat berdakwah ke negeri Thaif, lalu beliau di usir dan dilempari batu oleh masyarakat Thaif.

Di saat Rasulullah berteduh di kebun kurma setelah terusir oleh orang2 Thaif, Di sana Rasulullah SAW berdo’a:

“Wahai Rabb-Ku, kepada Engkaulah aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai Rabb-ku yang Maha Rahim.

Engkaulah Robbnya orang-orang yang lemah dan Engkaulah Robb-ku.

Kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? Kepada musuh yang akan menerkamku, atau kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal Engkau tidak marah kepadaku. Sedangkan afiat-Mu lebih luas bagiku.

Aku berlindung dengan cahaya muka-Mu yang mulia yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap. Dan atas-Nyalah teratur segala urusan dunia dan akhirat. Dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun atasku adzab-Mu. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau.”

Demikian sedihnya do’a yang dipanjatkan nabi Muhammad ini, sehingga Allah SWT mengutus Jibril A.S untuk menemuinya.

Setibanya di hadapan Rasulullah SAW, Jibril A.S memberi salam seraya berkata:

“Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu”.

Sambil berkata demikian jibril A.S memperlihatkan para malaikat tersebut kepada Rasulullah SAW.

Kata para malaikat tersebut: “Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung itu akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya.”

Mendengar tawaran itu, Rasulullah SAW bersabda: “Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”

Sungguh, setelah Rasulullah berharap hanya kepada Allah maka saat itulah Allah  menilai bahwa Rasulullah telah sukses. Di saat itulah, lalu Allah memberikan banyak penghargaan kepada beliau, yaitu dengan diberinya hadiah Isra Mi'raj, setelah itu diperintahkan untuk berhijrah ke.kota madinah, kemudian hadiah kemenangan demi kemenangan datang silih berganti kepada beliau. Sehingga akhirnya Rasulullah memiliki umat yang paling banyak masuk surga dibandingkan umat nabi lainnya.


Sungguh kesuksesan kita akan benar2 dikatakan sukses di saat kita dengan sepenuh hati mengamalkan ayat:
"hasbunallah wa ni’mal wakiil [cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung]“. ” (QS. Ali ‘Imron: 173)


Ingatlah akan salah satu firman-Nya:

 Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).

Namun kalau kita bersandar kepada selain-Nya, maka kita akan diserahkan pada sesuatu yang lemah dan tak berdaya hingga kita bisa hancur tak berdaya.

:Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ

“Barangsiapa menyandarkan diri pada sesuatu, maka hatinya akan dipasrahkan padanya” (HR. Tirmidzi no. 2072, hadits ini hasan kata Syaikh Al Albani).

Semoga kita senantiasa menjadi orang yang selalu berhasil, yaitu orang yang senantiasa bersandar hanya kepada-Nya, Aamiin..aamiin..aamiin..yra..

(Gantira, 26 Mei 2017, Bogor)