Friday 22 January 2016

9. AL-Khaliq

A. Pendahuluan

Al Khaliq artinya  Yang Maha Pencipta

Disebutkan nama Al-Khaliq dalam Al-qur'an pada beberapa tempat di antaranya, firman Allah:

(24). ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻖُ ﺍﻟْﺒَﺎﺭِﺉُ ﺍﻟْﻤُﺼَﻮِّﺭُ ۖﻟَﻪُ ﺍﻟْﺄَﺳْﻤَﺎﺀُ ﺍﻟْﺤُﺴْﻨَﻰٰ ۚﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ۖﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰُ ﺍﻟْﺤَﻜِﻴﻢُ

"Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. Al-Hasyr:24)

ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺧَﺎﻟِﻖُ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ۖ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰٰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻭَﻛِﻴﻞٌ

"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu." (Qs. Az-Zumar :62)


ﺇِﻥَّ ﺭَﺑَّﻚَ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺨَﻠَّﺎﻕُ ﺍﻟْﻌَﻠِﻴﻢُ

"Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui." (Qs. Al-Hijr ayat 86)

B. Makna Al-Khaliq

Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata "khalq" atau "khalaqa" yang berarti mengukur atau memperhalus.

Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya.

Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya.


Al Khaliq berarti Allah adalah pencipta semua makhluk yang ada di semesta ini. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah ciptaan Allah. Allah menciptakan makhluk dengan wujud yang sempurna dan sebaik-baiknya bentuk.

Malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah.

Tidak ada yang diciptakan Allah dengan kebetulan, semua ada maksud, tujuan dan manfaatnya. Tidak ada penciptaan yang sia-sia.

Sebagai pencipta, Allah tidak membutuhkan apapun dari makhlukNya, tetapi makhluk sangat membutuhkan Allah karena kita sangat memerlukan ridho Allah dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Kita harus menyadari hal itu dan harus berusaha untuk selalu melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya.

Allah berfirman dalam surah Al-A'la:
ﭐﻟَّﺬِﻯ ﺧَﻠَﻖَ ﻓَﺴَﻮَّﻯٰ

"Yang telah menciptakan (sekalian makhlukNya) serta menyempurnakan kejadiannya dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya". (Al-A'la [87] : 2)

Allah menciptakan setiap makhluk secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling tepat. al-Qur'an menegaskan,

"Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah." (Q.S. As-Sajdah : 7)

Dalam ayat lain ditegaskan, "sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (Q.S. At-Tin: 4)

C. Tujuan Penciptaan Manusia dan Alam Semesta

Beberapa tujuan penciptaan manusia dan alam semesta ini, diantaranya adalah:

1. Beribadah kepada Allah

ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَﺍﻟْﺈِﻧْﺲَ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥِ


"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Qs. Adz-Dzariyat ayat: 56)

2. Mengenal kekuasaan-Nya

ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻖَ ﺳَﺒْﻊَ ﺳَﻤَﺎﻭَﺍﺕٍ ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻷﺭْﺽِ ﻣِﺜْﻠَﻬُﻦَّ ﻳَﺘَﻨﺰﻝُ ﺍﻷﻣْﺮُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻦَّ ﻟِﺘَﻌْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﻭَﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺪْ ﺃَﺣَﺎﻁَ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻋِﻠْﻤًﺎ ‏( 12 ‏)

"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu; dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." (Qs. Ath - Thalaq ayat 56)

D. Hikmah Memahami  Al-Khaliq

Adapun hikmah atau manfaat yang dapat diambil dari asma Allah, Al-Khaliq adalah sebagai berikut:

1) Meyakini bahwa Allah maha menciptakan segala makhluk di alam semesta ini

Seorang mukmin hendaklah menanamkan suatu keyakinan dalam hatinya bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah ciptaan Allah karena Allah bukan di ciptakan oleh yang lain. Makhluk hanya merubah dari bahan yang telah ada kepada bentuk yang lain.

Jadi, makhluk hanya merubah bentuk dari satu bentuk kepada bentuk yang lain bukan menciptakan dari semula, kerena yang dikatakan pencipta itu adalah Khaliqu Minal Adami artinya menciptakan dari benda yang tidak ada.

2) Meyakini bahwa Allah maha menakdirkan (memberi ukuran) kepada seluruh makhluk yang di ciptakannya.

Keyakinan ini mesti di tanam di dalam hati mukmin karena dengan keyakinan tersebut seseorang akan menerima dengan senang hati apa saja yang terjadi pada dirinya karena itu adalah kehendak Allah.

Apa saja yang terjadi di alam ini semata-mata hanya kehendak Allah. Daun kayu yang kering tidak akan jatuh karena angina kencang bila tidak karena takdir Allah.

3) Menjauhkan diri dari menyekutukan-Nya dengan makhluk2-Nya

ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﺭَﺯَﻗَﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﻳُﻤِﻴﺘُﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﻳُﺤْﻴِﻴﻜُﻢْ ﻫَﻞْ ﻣِﻦْ ﺷُﺮَﻛَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﻔْﻌَﻞُ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺷَﻲْﺀٍ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ

"Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan." (Qs. Ar-Ruum: 40)

4) Dapat menghindarkan diri seseorang dari sifat sombong dan angkuh

Bilamana dia berhasil melakukan perbuatannya. Keberhasilan seseorang dalam suatu pekerjaan sering membuatkan seseorang angkuh dan merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Akibat sifat yang demikian membuatkan seseorang kurang manghargai orang lain dan selalu mengecilkan orang bahkan sampai menolak kebenaran yang datanmg dari orang lain.

5) Menimbulkan ketenangan di dalam hati seseorang mukmin

Bila dia tidak berhasil dalam segala rencananya sehingga ia selalu berserah diri kepada Allah.

Mentakdirkan apa yang di usahakannya serta mampu untuk mengambil hikmah atas ketidak berhasilannya itu.

6) Mendorong seseorang untuk lebih meningkatkan keimanan kepada Allah

Karena ia pasti meyakini apapun yang di lakukannya hanya sekedar usaha bukan mutlak untuk memberikan keberhasilan atas segala usahanya sehingga sifat demikian akan mendorong dia selalu meningkatkan hubungannya dengan Allah.

E. Penutup


Semoga dengan memahami salah satu nama dan sifat-Nya sebagai Sang Pencipta, kita dianugerahi ketakwaan yang lebih meningkat dari sebelumnya serta terhindar dari menyekutukan-Nya dengan makhluk2-Nya.

Disamping itu, semoga kita  dianugerahi kemampuan untuk mentadaburi ciptaan-Nya yang terwujud pada alam semesta ini hingga kita termasuk dalam golongan ulil albab sesuai dengan yang telah diabadikan dalam  firman-Nya

"Sesungguhnya di dalam kejadian langit dan bumi, dalam perbedaan malam
dan siang merupakan ayat-ayat kebesaran Allah bagi mereka yang berpikir cerdik. Yaitu orang yang selalu ingat Allah pada waktu berdiri, duduk, dan berbaring, mereka selalu berpikir tentang cipataan langit dan bumi, mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan semua ini sia-sia, Maha suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka." (QS Ali ‘Imrân [3]:190-191)

Sumber utama diambil dari:

1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

Http://
www.sudutpandang2.blogspot.co.id/?m=0

(Gantira, 22 Januari 2015, Bogor)

Wednesday 20 January 2016

"Mengapa Kita Mesti Shalat?"

Ada beberapa alasan kita mesti shalat:

1) Shalat adalah salah satu bentuk ibadah yang wajib kita lakukan

 “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

2) Shalat adalah salah satu sarana kita meminta pertolongan kepada Allah.

“ Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat ” (QS. Al Baqarah: 45)

Bahkan Rasulullah bila menemui permasalahan yang berat, beliau selalu melakukan shalat sunat terlebih dahulu. Sehingga setelah melakukan shalat semua masalah terasa nampak jalan keluarnya.

3) Shalat bisa meningkatkan derajat kemuliaan seseorang

''Setiap hamba yang sujud kepada Allah pasti akan diangkat oleh-Nya satu derajat dan diampuni satu dosanya,'' (HR: Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)

4) Posisi sujud dalam shalat adalah salah satu  posisi yang paling baik untuk berdoa.

''Posisi paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah sujud dan berdoa.'' (HR: Muslim)

5) Shalat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar"(QS.AL-Ankabut:45 )

6) Yang pertama akan dihisab di akhirat adalah shalatnya

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)

7) Dengan shalat, hati akan menjadi tenang karena shalat merupakan salah satu sarana dalam mengingat Allah

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram". [Qs. ar Ra’d/13 : 28].

8) Shalat dapat menghapus dosa dan menyehatkan tubuh

Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri kepada Allah SWT, penghapus dosa dan pengusir penyakit dari dalam tubuh”. (HR at-Tirmidzi).

9. Batasan antara seseorang dengan kekafirannya

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda,
“Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir”  (HR Muslim no. 978.)

10. Sebagai salah satu bentuk rasa syukur kita kepada Allah

Dalam riwayat yang lain ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah apabila shalat malam beliau berdiri hingga kedua kakinya bengkak.” A’isyah bertanya: “Mengapa engkau berbuat seperti ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang”. Maka Nabi menjawab: “Tidak bolehkan aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim).

11. Shalat dapat mengundang nikmat Allah dan menjauhkan diri dari azab-Nya

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)


Dan banyak lagi hikmah lainnya yang mungkin belum kita temukan.

Semakin baik shalat seseorang maka semakin banyak pula manfaat yang bisa di didapatkannya.

Sebaliknya semakin buruk shalat seseorang maka semakin jauh dia dari manfaat yang bisa diambil dari shalat tersebut.

Imam Ahmad meriwayatkan di dalam kitab az-Zuhd (h.159) dan ath-Thabarany di dalam al-Mu’jam al-Kabiir dari Ibn Mas’ud secara Mawquuf dengan lafazh,

ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﺗَﺄْﻣُﺮْﻩُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﺑِﺎْﻟﻤَﻌْﺮُﻭْﻑِ ﻭَﺗَﻨْﻬَﺎﻩُ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ، ﻟَﻢْ ﻳَﺰْﺩَﺩْ ﺑِﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺑُﻌْﺪًﺍ
“Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mengajaknya untuk berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari berbuat kemungkaran, niscaya ia hanya semakin membuatnya jauh.”

Jadi salah satu cara agar kita bisa memperoleh manfaat sebesar2nya dari shalat adalah dengan terus menerus memperbaiki shalat kita, baik dari waktunya yang tepat waktu; dari tata caranya yang mengikuti cara Rasulullah; dari bacaannya yang tartil dan memahami maknanya; dari niat dan keikhlasannya; dari kekhusuannya;  serta dari frekwensinya yang senantiasa melaksanakan shalat sunat lainnya selain shalat wajib.

(Gantira, 21 Januari 2015, Bogor)

Friday 8 January 2016

8. Al Mutakabbir

A. Pendahuluan

Arti Al Mutakabbir  adalah Yang Maha Memiliki Segala Keagungan

Sifat ini dinyatakan di dalam firman Allah:
"Dialah yang tiada Tuhan selain dia, raja, Yang Mahasuci, Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Mengaruniakan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Mahakuasa, Yang Maha Memiliki Segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.( Al-Hasyr [59]: 23)

B. Makna Al Mutakabbir

Secara bahasa Al-Mutakabbiru berarti kebesaran, angkuh, yang tidak tertundukkan. Allah Al-Mutakabbir artinya Allah pemilik segala kebesaran. Kebesaran itu hanya milik Allah. Hanya Allah yang pantas menyandangnya sebab Allah Maha Besar.

Kata Al Mutakabbiru bermakna Allah yang mempunyai segala kekuasaan, kebesaran dan kesombongan. Hanya Allah saja yang berhak untuk bersombong diri.

Qatadah berkata, " Yaitu Mahaagung atas segala sesuatu; Yang Mahaagung dari segala keburukan; Mahaagung dari segala kejahatan."

Muqatil berkata, "Dia adalah Mahaagung dari segala hal yang jelek".

Abu Ishaq As-Subai'i berkata, "Yaitu Yang Mahabesar dari perbuatan zhalim terhadap para hamba-Nya."

Maimun bin Mihran berkata, " Dia Mahaagung dari kejelekan dan keburukan, tidak ada yang keluar dari Diri-Nya, melainkan hal2 yang baik."

Kesimpulan dari semua itu adalah bahwa nama ini menunjukkan ketinggian Allah atas seluruh sifat makhluk, keagungan-Nya Ta'ala dari permisalan dan keserupaan seperti-Nya, ketinggian-Nya Ta'ala dari segala kekurangan dan aib. Dia adalah Maha memiliki segala keagungan (yang jauh) dari kejahatan, keburukan, Kezhaliman dan dari segala kekurangan. Hal ini mengandung adanya kesempurnaan bagi-Nya Ta'ala pada nama2, sifat2, dan perbuatan2-Nya.

Sifat takabbur tersebut tidak pantas dipakai, kecuali oleh-Nya Ta'ala. Karena Dia-lah semata Yang Maha Berkuasa, dan selain-Nya adalah dikuasai. Dia-lah Rabb, sedangkan selain-Nya adalah diatur. Dia semata Yang Maha Pencipta, sedangkan yang lainnya adalah makhluk (diciptakan). Dia semata Yang Maha Esa dengan seluruh sifat kesempurnaan, kemuliaan, keagungan, dan ketinggian.

Dia Mahasuci dari segala kekurangan. Bagi-Nya semata, kerajaan, pengaturan alam semesta, dan keagungan pada nama2, sifat2, dan perbuatan2-Nya. Dia-lah semata Yang Maha Memiliki keagungan, tiada sekutu bagi-Nya.

B. Kedudukan Seorang Hamba

Adapun hamba sebagai ciptaan, maka maqamnya adalah beribadah, tunduk, merendahkan diri, pasrah, ruku dan sujud kepada Yang Mahabesar, Mahatinggi, Mahaagung lagi Maha Pemilik Kemuliaan.

Adapun apabila seorang hamba sombong, terutama dari tujuan dia diadakan dan diciptakan untuk mewujudkannya, yaitu beribadah kepada Allah dan mengesakan-Nya semata dengan kerendahan dan ketundukan serta pasrah. Sesungguhnya Allah akan menghukumnya dengan hukuman paling dahsyat dan Dia akan menghinakannya, baik di dunia maupun di akhirat. Sebab itu Allah amat murka terhadap manusia yang sombong sebab hanya Allah saja yang pantas bersombong diri.

Jadi, barangsiapa mengenal ketinggian, keagungan dan kebesaran Allah, maka ia akan selalu membiasakan dirinya bersikap hina dan merendah di hadapan Allah.

C. Balasan Manusia yang Sombong

Sifat takabur ini tercela bila dimiliki oleh makhluk, sebab ia tempat bagi kekurangan. Orang yang bersikap sombong pasti dipaksa oleh sikapnya itu untuk bersifat dengan apa yang tidak sesuai dengannya.

Allah Ta'ala telah menyebutkan pada banyak tempat di dalam kitab-Nya yang mulia, aneka ragam hukuman yang akan Dia turunkan kepada orang2 yang sombong. Allah Ta'ala berfirman,

ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺭَﺑُّﻜُﻢُ ﺍﺩْﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺴْﺘَﻜْﺒِﺮُﻭﻥَ ﻋَﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻲ ﺳَﻴَﺪْﺧُﻠُﻮﻥَ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺩَﺍﺧِﺮِﻳﻦَ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Qs. Ghafir: 60)

ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﺬَّﺑُﻮﺍ ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﻭَﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ۖ ﻫُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺧَﺎﻟِﺪُﻭﻥَ

"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya" (Qs. Al A'raf :36)

ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﺬَّﺑُﻮﺍ ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﻭَﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﻔَﺘَّﺢُ ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺪْﺧُﻠُﻮﻥَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺣَﺘَّﻰٰ ﻳَﻠِﺞَ ﺍﻟْﺠَﻤَﻞُ ﻓِﻲ ﺳَﻢِّ ﺍﻟْﺨِﻴَﺎﻁِ ۚ ﻭَﻛَﺬَٰﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟْﻤُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ

"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan." ( Qs. Al A'raf :40)

Sedangkan kriteria sombong untuk manusia sebagaimana yang Rasulullah sabdakan dalam riwayat Muslim yaitu “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (Riwayat Muslim)

D. Refleksi Kehidupan dalam Memahami Al Mutakabbir

Refleksi Kehidupan dalam Memahami Al Mutakabbir, Yaitu:

1. Berdoa dengan menyebut nama-Nya

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Hanya milik Allah-lah al-Asma al-Husna',maka bermohonlah dengan menyebut Asmaul al-Husna' itu dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam ( menyebut ) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." ( QS. Al-A'raf : 180 )

Nabi Musa a.s berdoa dengan nama ini sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah : " Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabbmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari Perhitungan ".
( QS. Ghaffir : 37 ).

2. Memiliki sifat rendah hati

Orang yang mengesakan Al-Mutakabbir akan tertanam sifat rendah hati dalam jiwanya, menafikan kesyirikan dan lahirnya keikhlasan dalam beramal, membersihkan diri dari sifat-sifat rububiyah sehingga ia tidak akan berlaku sombong, akan tetapi berendah diri kepada Allah Zat Yang Maha Besar.

Disebutkan dalam hadist shahih bahwa Rasulullah bersabda : " Maukah kalian aku kabarkan ciri penghuni Jannah ? Mereka adalah orang yang tawadhu' dan dianggap remeh dan jika bersumpah kepada Allah, maka Allah akan membenarkannya. Dan maukah aku kabarkan kepada kalian penghuni neraka ? Mereka adalah setiap orang yang kasar, keras, yang kikir, lagi sombong ".
( HR. Bukhari ).

Disebutkan dalam hadist shahih dari shahabat Ibnu Mas'ud bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : " Tidak akan masuk surga ( Jannah ) seorang yang dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari sifat sombong ". ( HR. Muslim ).

E. Penutup

Kita berlindung kepada Allah dari kesesatan, dan kita memohon kepada-Nya semoga diberikan rezeki untuk selalu tunduk hanya kepada-Nya, semoga juga Dia melindungi kita dari jalannya orang2 yang Sombong, karena Dia semata Yang Mahasuci lagi Mahatinggi, Maha Pemberi karunia, dan Maha Penolong. Aamiin..3x.

------------------

Sumber utama diambil dari:

1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr

3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 8 Januari 2015, Bogor)

Friday 1 January 2016

7. Al Jabbar

A. Pendahuluan

Al Jabbar artinya Yang Maha Kuasa

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan nama-Nya ini dalam surat Al-Hasyr ayat 23:

ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻤَﻠِﻚُ ﺍﻟْﻘُﺪُّﻭﺱُ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦُ ﺍﻟْﻤُﻬَﻴْﻤِﻦُ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰُ ﺍﻟْﺠَﺒَّﺎﺭُ ﺍﻟْﻤُﺘَﻜَﺒِّﺮُ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ

“Dia-lah Allah Yang tiada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Al-Jabbar, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."

Dalam hadits Abu Said radhiyallahu anhu, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

ﺗَﻜُﻮﻥُ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﻳﻮﻡ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺧُﺒْﺰَﺓً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﻳَﺘَﻜَﻔَّﺆُﻫَﺎ ﺍﻟْﺠَﺒَّﺎﺭُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻜْﻔَﺄُ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺧُﺒْﺰَﺗَﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻔَﺮِ

“Bumi pada hari kiamat akan menjadi satu adonan kue dan dibalikkan oleh Al-Jabbar dengan tangan-Nya sebagaimana seseorang di antara kalian membalikkan adonan kuenya di saat melakukan safar. (Shahih, HR. Al-Bukhari, 5/2389, no. 6155 tahqiq Mushthafa Al-Bagha)

B. Makna Al-Jabbar

Adapun makna Al-Jabbar secara ringkas seperti yang disampaikan oleh Asy-Syaikh As-Sadi rahimahullahu yaitu:

Yang Maha Tinggi dan Tertinggi, juga bermakna Yang Memaksa, dan bermakna Ar-Ra`uf Yang kasih sayang, Yang memperbaiki kalbu yang redam, memperbaiki yang lemah dan tidak mampu, serta yang berlindung kepada-Nya. (Tafsir As-Sadi hal. 946)

Ibnu Jarir rahimahullahu mengatakan:

Yang memperbaiki urusan makhluk-Nya, Yang mengatur mereka dengan sesuatu yang maslahat bagi mereka. (Dinukil dari Tafsir Ibnu Katsir, 4/367)

Al-Harras rahimahullahu menyebutkan bahwa Ibnu Atsir rahimahullahu mengatakan:
Di antara nama-nama Allah Subhanahu wa Taala adalah Al-Jabbar. Artinya adalah Yang memaksa hamba-hamba sesuai yang Dia maukan, baik berupa perintah atau larangan Dikatakan pula bahwa maknanya adalah Yang tinggi di atas makhluk-Nya Di antara ungkapan orang Arab Nakhlah Jabbarah yakni pohon korma yang besar, yang tangan tidak dapat menjangkaunya.

Secara lebih terperinci, Al-Jabbar memiliki tiga kandungan makna, yaitu

1. Kembali kepada kelembutan kasih sayang dan santun.

Dia adalah yang menolong orang yang hancur hatinya, memberi kecukupan kepada orang fakir, memudahkan urusan orang yang mendapatkan kesulitan dan membantu orang yang sedang sakit dan terkena musibah dengan memberi mereka taufik untuk dapat bersabar dan Dia memberikan keselamatan baginya, disamping pengganti dari-Nya untuk orang yang terkena musibah dengan pahala yang agung.

Dia memberikan pertolongan khusus bagi hati orang2 yang selalu tunduk kepada keagungan dan kemuliaan-Nya, dan hati orang2 yang cinta kepada-Nya serta patuh kepada kesempurnaan-Nya, yang mengharap karunia dan pemberian dari-Nya yang berupa luapan cinta kasih dan aneka ragam kebaikan, taufik ilahi, hidayah dan petunjuk untuk hati mereka.

Dialah yang memperbaiki kelemahan hamba-hamba-Nya yang lemah, dan Yang memperbaiki kalbu yang merasa redam di hadapan-Nya, yang tunduk di hadapan kebesaran-Nya dan keagungan-Nya.

Betapa banyak kalbu yang redah lalu Allah Subhanahu wa Taala perbaiki, yang fakir lalu Allah Subhanahu wa Taala berikan kecukupan, yang hina lalu Allah Subhanahu wa Taala muliakan, yang kesusahan lalu Allah Subhanahu wa Taala hilangkan kesusahannya, yang kesulitan lalu Allah Subhanahu wa Taala berikan kemudahan.

Dan betapa banyak orang yang terkena musibah lalu Allah Subhanahu Wa Taala perbaiki dengan memberinya taufiq untuk kokoh dan sabar, dan Allah Subhanahu wa Taala ganti karena musibahnya dengan pahala yang besar.

Allah maha kuasa membuat orang - orang yang lemah, yang miskin, yang teraniaya, yang berduka, yang sakit, yang sengsara menjadi orang yang kuat, berkuasa, sehat dan kaya raya

Allah berkuasa menjadikan orang - orang miskin menjadi kaya raya dengan membukakan pintu riszki seluas - luasnya bagi orang miskin atau dengan cara menutup pintu rizki kepada orang - orang kaya, sehingga dia jatuh menjadi lebih miskin dari pada orang yang sebelumnya dianggap miskin;

Allah berkuasa menambah keberkahan kecukupan dari sedikit harta yang dimiliki untuk orang yang dianggap miskin sehingga mempunyai nilai manfaat lebih banyak; atau mencabut berkah kecukupan bagi orang yang dianggap kaya sehinga selalu merasa kekurangan dan tidak puas dengan apa - apa yang telah dimilikinya.

" Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki - Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa " ( QS. Ar Ruum : ayat 54 )

Maka hakikat makna Jabr adalah memperbaiki keadaan hamba dengan melepaskannya dari kesulitan, serta menghilangkan darinya kesusahan.

2.  Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, yang hina di hadapan-Nya segala sesuatu dan tunduk kepada-Nya segala yang ada.

Alam semesta atas dan bawah dengan segala yang ada di dalamnya yang berupa makhluk yang agung semuanya patuh dalam gerakan dan diamnya, apa yang mereka bawa dan tinggalkan adalah milik Raja dan Pengatur mereka.

Mereka tidak memiliki sedikit pun dari urusan tersebut, tidak pula dalam hal hukum, tetapi semua urusan hanya milik Allah.

Hukum syar'i dan takdir serta balasan semuanya adalah hak-Nya, tidak ada yang Maha Memutuskan perkara melainkan Dia, tiada Rabb selain-Nya dan tidak Ilah, kecuali Dia semata.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa hamba dipaksa atau terpaksa dalam berbuat. Akan tetapi, urusannya sebagaimana yang Allah firmankan,

ﻭَﻗُﻞِ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ۖ ﻓَﻤَﻦْ ﺷَﺎﺀَ ﻓَﻠْﻴُﺆْﻣِﻦْ ﻭَﻣَﻦْ ﺷَﺎﺀَ ﻓَﻠْﻴَﻜْﻔُﺮْ ۚ ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻋْﺘَﺪْﻧَﺎ ﻟِﻠﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﻧَﺎﺭًﺍ ﺃَﺣَﺎﻁَ ﺑِﻬِﻢْ ﺳُﺮَﺍﺩِﻗُﻬَﺎ ۚ ﻭَﺇِﻥْ ﻳَﺴْﺘَﻐِﻴﺜُﻮﺍ ﻳُﻐَﺎﺛُﻮﺍ ﺑِﻤَﺎﺀٍ ﻛَﺎﻟْﻤُﻬْﻞِ ﻳَﺸْﻮِﻱ ﺍﻟْﻮُﺟُﻮﻩَ ۚ ﺑِﺌْﺲَ ﺍﻟﺸَّﺮَﺍﺏُ ﻭَﺳَﺎﺀَﺕْ ﻣُﺮْﺗَﻔَﻘًﺎ

'Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.' ( Qs. Al-Kahfi : 29)

ﻭَﻧَﻔْﺲٍ ﻭَﻣَﺎ ﺳَﻮَّﺍﻫَﺎ ‏( 7 ‏) ﻓَﺄَﻟْﻬَﻤَﻬَﺎ ﻓُﺠُﻮﺭَﻫَﺎ ﻭَﺗَﻘْﻮَﺍﻫَﺎ ‏( 8 ‏) ﻗَﺪْ ﺃَﻓْﻠَﺢَ ﻣَﻦْ ﺯَﻛَّﺎﻫَﺎ ‏( 9 ‏) ﻭَﻗَﺪْ ﺧَﺎﺏَ ﻣَﻦْ ﺩَﺳَّﺎﻫَﺎ ‏( 10 ‏)

"Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."  (Q. S. al-Syams : 7-10).

3. Dia yang Maha Tinggi dengan Dzat-Nya di atas seluruh makhluk-Nya, yaitu ketinggian Dzat, kedudukan, dan kekuasaan.

Dia adalah Yang Disanjung Tinggi melampaui makhluknya. Dengan kata lain, Ia adalah Yang Maha Besar dan tidak ada yang lebih besar darinya.

Ia adalah Yang Maha Gagah. Ia memiliki segala sesuatu dan boleh mengurniakan segala sesuatu. Kuasa tertinggi dan kekuasaan adalah milikNya yang mutlak.

C. Refleksi Kehidupan Dalam Memahami Al-Jabbar

Beberapa refleksi kehidupan yang dituntut kepada seorang muslim dalam memahami Al Jabbar ini adalah

1. Berdoa dengan menyebut nama-Nya

"Allah memiliki Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama yang baik itu..." (QS. Al-A'raaf : 180).

Berdoalah dengan nama Al-Jabbar pada saat menghadapi masalah yang berat, pada saat dihadapkan pada perselisihan faham dengan orang lain, pada saat dizalimi orang, pada saat hak2 kita diabaikan atau dirampas, pada saat tak berdaya karena kekuatan lawan tak mungkin tertandingi.

Pada saat kita berdoa dengan menyeru "Yaa Jabbar". Sungguh hakikatnya kita telah menyatakan diri dalam posisi yang sangat lemah. Kita menyerahkan semua urusan kebaikan kepada Allah.

Termasuk seruan "Ya Jabbar" adalah kita mohon diperbaiki kondisi kita, dari kondisi serba kekurangan menjadi mampu, dari yang tidak baik menjadi baik, dari miskin menjadi kaya, dari kacau menjadi tertib, dan lain sebagainya.

Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa Sallam ketika duduk di antara dua sujud mengucapkan doa,

رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ

"Ya Allah,ampunilah dosaku,belas kasihinilah aku dan cukuplah segala kekuranganku da angkatlah derajatku dan berilah rezeki kepadaku,dan berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan padaku dan berilah ampunan kepadaku"

2. Tidak berlaku sombong atau angkuh

Kekuasaan hanyalah milik Allah semata. Barangsiapa dari makhluk yang sok berkuasa (angkuh), maka ia akan kembali dengan murka Allah dan berhak mendapatkan ancaman-Nya.

Sungguh Allah telah mengancam orang yang demikian kondisinya dengan siksa yang keras, dikuncinya hati, dan dimasukkan ke dalam neraka pada hari kiamat kekal.      

Allah Ta'ala berfirman,

 ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺠَﺎﺩِﻟُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺁﻳَﺎﺕِ ﺍﻟَّﻪِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺳُﻠْﻄَﺎﻥٍ ﺃَﺗَﺎﻫُﻢْ ۖﻛَﺒُﺮَ ﻣَﻘْﺘًﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟَّﻪِ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ۚﻛَﺬَٰﻟِﻚَ ﻳَﻄْﺒَﻊُ ﺍﻟَّﻪُ ﻋَﻠَﻰٰ ﻛُﻞِّ ﻗَﻠْﺐِ ﻣُﺘَﻜَﺒِّﺮٍ ﺟَﺒَّﺎﺭٍ

"(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang." (Qs.  Al-Mu'min ayat 35)

ﻭَﺍﺳْﺘَﻔْﺘَﺤُﻮﺍ ﻭَﺧَﺎﺏَ ﻛُﻞُّ ﺟَﺒَّﺎﺭٍ ﻋَﻨِﻴﺪٍ ‏( 15 ‏) ﻣِﻦْ ﻭَﺭَﺍﺋِﻪِ ﺟَﻬَﻨَّﻢُ ﻭَﻳُﺴْﻘَﻰ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ ﺻَﺪِﻳﺪٍ ‏( 16 ‏) ﻳَﺘَﺠَﺮَّﻋُﻪُ ﻭَﻻ ﻳَﻜَﺎﺩُ ﻳُﺴِﻴﻐُﻪُ ﻭَﻳَﺄْﺗِﻴﻪِ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕُ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﻣَﻜَﺎﻥٍ ﻭَﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺑِﻤَﻴِّﺖٍ ﻭَﻣِﻦْ ﻭَﺭَﺍﺋِﻪِ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﻏَﻠِﻴﻆٌ    ‏( 17 ‏)

"Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak dapat menelannya dan datanglah (bahaya)
maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat." (Qs. Ibrahim: 15-17)

Ahmad dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Pada hari Kiamat, leher keluar dari neraka. Leher itu punya dua mata yang bisa melihat, dua telinga yang dapat mendengar, dan lidah yang mampu bicara. Lidah leher itu berkata, ‘Aku mewakili tiga jenis manusia: orang yang menjadikan Tuhan selain Allah, orang sombong sekaligus bandel, dan para penggambar’.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).

Ada sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :

“Kemuliaan adalah pakaian-Ku, keangkuhan adalah selendang-Ku. Sesiapa yang mencoba merebutnya daripada-Ku, akan Ku azab Dia.”

Maksud dari hadis di atas adalah manusia tidak boleh bersikap angkuh, sombong dan memuliakan dirinya.
Yang boleh merasa angkuh hanyalah Allah swt kerana Dialah yang berkuasa di atas segala sesuatu.

Manusia mestilah sentiasa berusaha dan berwaspada agar sifat angkuh dan sombong tiada dalam dirinya.

Seorang manusia yang sombong atau takabbur adalah mereka yang menolak kebenaran. Ketika dirinya berbuat suatu kesalahan, namun tidak mahu menerima nasihat, bererti ada sifat sombong dalam dirinya di mana ia merasakan dirinya lebih tinggi darjatnya daripada orang yang menasihatinya.

Ia tidak sadar bahwa sifat sombong bisa menyebabkan dirinya tertutup dari melihat kebaikan-kebaikan lain.

D. Penutup

Kita berlindung kepada Allah dari murka Yang Maha Kuasa, dan kita berlindung kepada-Nya Ta'ala dari akhlak, hawa nafsu, dan penyakit yang munkar. Sesungguhnya Dia Tabalaka wa Ta'ala Maha Mendengarkan doa.

------------------

Sumber utama diambil dari:

1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr

3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 2 Januari 2015, Bogor)