Friday 29 July 2016

"Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 2)"

Untuk tulisan "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 1)" bisa dibaca di http://sudutpandang2.blogspot.co.id/2016/07/kenalilah-rizqi-kita-bagian-1.html?m=1

Beberapa dalil yang menyatakan bahwa Allah Maha Pemberi rizqi dan tidak ada gunanya bergantung kepada selain-Nya,

1. Surat Saba' ayat 24

“ Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah .” (QS. Saba’: 24)

Ada sebuah kisah seorang ulama besar di jaman Tabi'in. Dia adalah seorang ulama sekaligus seorang pengusaha yang sangat kaya raya. Suatu hari dengan hikmah Allah usahanya  bangkrut dan dia terlilit hutang, sampai2 dia berhenti mengajar. Dan selama 2 tahun, dia hidup berpindah2 dari satu tempat ke tempat yang lain sambil meminta tolong pada orang lain untuk diberikan makan, sudah tidak punya waktu untuk mengajar karena hidup begitu susahnya, terlilit hutang dan dikejar2 orang.

Setelah dua tahun dia melalang buana ke berbagai tempat, suatu hari Allah memberikan pelajaran pada dia. Dia masuk ke Kota Baghdad, ibukota Irak, di situ ada sebuah mesjid Jami besar. Pada saat masuk, ada beberapa orang miskin yang berdiri di belakang mesjid yang sedang memegang berbagai bingkisan. Maka dia pun bertanya kepada mereka terkait asal pemberiannya itu, dan dia pun mau.

Tiba2 salah seorang miskin di antara mereka berkata bahwa di depan shaf pertama ada seseorang yang sedang duduk, maka mintalah padanya, karena dia akan memberikannya kepada siapa saja yang meminta kepadanya.

Maka orang alim ini pun datang ke dalam mesjid dengan pelan2 layaknya orang miskin yang meminta2 lalu mendekati orang yang dimaksud yang saat itu sedang berdoa. Saat dirinya sudah dekat, terdengar  orang tersebut memanjatkan doa "Ya Allah, Dzat Yang Maha Kaya, Dzat Yang tidak pernah habis persediaannya, Dzat Yang Selalu mengurus makhluk-Nya. Berikan dan berkahilah apa yang telah Engkau berikan padaku.".

Lalu orang alim  ini berkata, "Subhanallah, yang selama dua tahun ini dia telah tertipu oleh syaitan. Meminta2 pada manusia yang sebenarnya mereka seperti saya. Orang kaya ini pun meminta dan merengek hanya kepada Allah."

Semenjak saat itu, orang alim ini berhenti meminta-minta dan dia mulai bekerja berusaha berikhtiar sambil berdoa dan beristighfar kepada Allah. Tidak lebih dari satu bulan kemudian kembali menjadi orang yang kaya raya. Allah kembalikan keadaannya karena dia kembali kepada Allah.

Betapa banyak orang yang bangkrut, malah semakin jauh dari Allah dan tergoda oleh bisikan syetan yang dihembuskan kepadanya. Maka dia semakin jauh dari target yang diharapkannya.

Jadi mintalah segalanya hanya kepada Allah. Bahkan kita boleh tamak dalam meminta rahmat kepada Allah. Meminta sehat pada saat sehat jauh lebih baik daripada meminta sehat setelah kita jatuh sakit. Begitu juga meminta kekayaan pada saat kita kaya lebih baik daripada kita meminta kaya disaat kita telah bangkrut.

Dalam salah satu hadist disebutkan:

“Ingatlah Allah ketika senang, maka Allah akan mengingat engkau ketika sulit.” (HR. Hakim).


2. Surat Ar - Rum ayat 37

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman." (Qs. Ar-Ruum:37)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Dia-lah Rabb Yang mengatur lagi melakukan semua itu (mengatur rizqi) dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya. Dia memberikan keluasan kepada suatu kaum dan memberikan kesempitan kepada kaum yang lain.

Dan dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan bahwa maksudnya adalah, orang2 yang senang mendapat kesenangan dan kemewahan hidup dan berputus asa jika ditimpa kesusahan, apakah mereka tidak melihat dengan mata hati mereka agar mereka tahu bahwa kesulitan dan kesenangan ada di tangan Allah? Sesungguhnya Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki siapa saja yang Dia kehendaki.

Dan dijelaskan pula dalam Tafsir Ath-Thabari tersebut bahwa sesungguhnya dalam kelapangan dan kesempitan rezeki, serta kaya dan miskin, menjadi bukti nyata bagi orang2 yang percaya dan mengakui bukti2 kekuasaan Allah yang ia lihat dan saksikan.

3. Surat Ghafir ayat 64

"Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam." (Qs. Ghafir (40): 64)

Dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan bahwa Allah lah yang menjadikan semua itu (bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik); yang telah memberikan semua nikmat dan karunia ini kepadamu, wahai manusia, Dia lah Allah, ketuhanan hanya layak untuk-Nya. Dia-lah Tuhanmu yang pemeliharaan tidak layak untuk selain-Nya. Pemeliharaan itu bukan milik sesuatu yang tidak dapat memudharatan atau mendatangkan manfaat, tidak kuasa menciptakan dan tidak pula mampu memberikan rezeki. Maha Agung Allah Pemilik semua makhluk; jin dan manusia, serta seluruh jenis makhluk selain mereka.

4. Surat Qaf ayat 9-11

"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfa`atnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan." (Qs. Qaf: 9-11)

Dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan bahwa Allah telah menumbuhkan dengan air yang diturunkan dari langit, kebun kebun, biji bijian, dan kurma sebagai rezeki bagi hamba2-Nya. Sebagiannya menjadi makanan dan sebagian lain menjadi buah2an serta barang2.

Dijelaskan pula bawa Allah telah menghidupkan dengan air yang diturunkan dari langit, tanah yang mati, gersang, dan tandus, yang tidak ada tanaman serta tumbuh2an padanya. Sebagaimana Allah telah menumbuhkan dengan air ini tanah yang mati, hingga menghidupkannya, lalu mengeluarkan tumbuhan dan tanamannya, maka begitu juga Allah akan mengeluarkan manusia pada Hari Kiamat dalam keadaan hidup dari kubur setelah manusia hancur di dalamnya, dengan sebab air yang Allah turunkan atasnya.

Jadi secara umum yang namanya rizqi itu ada dua, yaitu

1. Rizqi yang sudah ditakdirkan

Hal ini seperti sebuah pohon yang buahnya berjatuhan, tanpa kita minta atau tanpa berusaha, rizqi akan datang pada kita.

Sebagaimana ada dalam hadist:

“Sesungguhnya rizki akan mengejar seorang hamba seperti ajal mengejarnya” (HR Ibnu Hibban (1087-Mawarid))

Beberapa contoh rizqi ini adalah harta warisan yang bukan hasil usaha kita, makanan yang tiba2 datang dari pemberian tetangga tanpa kita memintanya serta banyak lagi contoh lainnya yang datang secara tak terduga.

2. Rizqi yang dihasilkan lewat ikhtiar.

Rizqi ini bagaikan buah yang masih bergelantungan, sehingga kita bisa menggapainya dengan menggunakan tangga. Dalam hal ini tangga tersebut adalah ilmu dan keterampilan, jadi kita mesti memiliki ilmunya dalam menggapai rizqi ikhtiar ini.

Orang muslim ataupun bukan, Allah berikan rizkinya, baik rizqi yang berjatuhan maupun yang masih bergelantungan. Namun yang membedakan orang mukmin dan bukan adalah orang mukmin ada rambu2 nya, dimana dalam mengambil buah2an yang berjatuhan dan bergelantungan tersebut, bagi orang mukmin hanya boleh yang bagus2 saja sedangkan yang busuk harus ditinggalkan. Berbeda denga orang yang tidak beriman, semua buah mereka ambil tanpa batas.

Lalu kiat - kiat apa sajakah untuk menambah rizqi?

Jawaban untuk pertanyaan ini ada pada tulisan selanjutnya "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 3)"

Sumber: Intisari dari Ceramah2 Ust. Dr Khalid Baslamah serta sumber lainnya.

(Gantira, 30 Juli 2016, Bogor)