Saturday 24 October 2015

Kriteria Utama dalam Memilih Pasangan Hidup

Ada sebuah istilah bahwa mencari pasangan itu carilah bibit, bebet dan bobot. Apakah arti semua itu?

BIBIT artinya, berasal dari keluarga seperti apa calon pasangan kita. Apakah dari keluarga baik-baik atau penjahat? Nah, kalo berasal dari keluarga bajingan, dipastikan orang tua  tidak akan menyetujui hubungan dengannya walau sudah cinta mati. Orang tua ingin menantunya berasal dari keluarga baik-baik dan terhormat.

BEBET artinya, kesiapan seseorang dalam memberi nafkah keluarga. Bebet dititkberatkan pada aspek ekonomi alias harta. Atau, dititikberatkan pula pada kepribadiannya. Maksudnya mobil pribadi, rumah pribadi, atau serba pribadi lainnya...

BOBOT artinya, kualitas seseorang dalam arti yang luas. Biasanya meliputi aspek pendidikan, akhlak dan agama. Tapi biasanya orang tua sekarang lebih melihat strata pendidikannya, apa cuma lulusan SD doang, SMP, SMU, S1, S2 atau S3.

Bagaimana pandangan Islam terhadap BIBIT, BEBET, BOBOT ini dalam memilih pasangan? Hampir mirip dengan hal itu, sesungguhnya Islam telah memberi panduan dengan lebih jelas, gamblang dan tidak sekedar BIBIT BEBET BOBOT yang bisa didefinisikan sesuai dengan kepentingan. Apalagi zaman sekarang pandangan orang kian matre dalam mendefinisikan bibit bebet bobot tersebut. Islam menjelaskan dalam sebuah hadist berikut ini.

Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu mengkhabarkan dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

“Wanita itu dinikahi karena 4 perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita karena agamany, niscaya engkau akan bahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nah dalam Islam sudah ada panduan bahwa kalau agamanya bagus, maka dia akan mengeliminir kekurangan dari pengaruh yang lain ( hartanya, keturunannya, kecantikannya). Namun kalau agamanya tidak bagus maka kekurangan dari pengaruh hartanya, keturunannya, kecantikannya akan ikut berkontribusi besar pada karakternya.

Ingatlah Abu Bakar terkenal
sebagai seorang yang lembut, namun setelah mengenal Islam maka beliau menjadi lebih tegas daripada Umat bin Khatab sehingga berani menyatakan perang pada kaum yang tidak mau bayar zakat, padahal Umar awal nya menyatakan jangan dengan alasan sudah mengucapkan syahadat.

Begitu juga Amirul mukminin Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu yang terkenal tegas dan tegar menjadi seorang yang lembut setelah mengenal Islam dimana saat beliau memimpin kaum muslimin tiba-tiba menangis, dan kelihatan sangat terpukul ketika mendengar Informasi dari salah seorang ajudannya tentang peristiwa yang terjadi di tanah Iraq yang telah membuatnya sedih dan gelisah. Seekor keledai tergelincir kakinya dan jatuh ke jurang akibat jalan yang dilewati rusak dan berlobang. Melihat kesedihan khlalifahnya, sang ajudan pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bukankah yang mati hanya seekor keledai?” dengan nada serius dan wajah menahan marah Umar bin Khattab bekata: “Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”

Jadi pilihlah orang yang akhlaknya (agamanya) bagus, niscaya dia akan mengeliminir kekurangan akibat pengaruh yang lainnya.

(Gantira, 25 Oktober 2015, Bogor)

Sebab-sebab Dikabul dan Tidaknya Sebuah Doa

Semua doa pasti dikabulkan, sesuai janji Allah, Dalam Alquran surat Almumin :60,Alloh berfirman:

“Ud’uni astajib lakum ”
Artinya:

“Berdoalah padaku,maka niscaya akan kukabulkan”.

Bentuk terkabulkannya doa itu, berdasarkan hadist:

Dari Abu Said Al-Khudry RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang muslim berdoa yang tidak terkandung didalamnya suatu dosa dan memutuskan persaudaraan kecuali Allah SWT akan memberikan salah satu dari 3 (tiga) : Menyegerakan dikabulkannya doa atau menyimpannya di akherat (masa mendatang) atau menghindarkan keburukan”, dikatakan : Kalau demikian, kita memperbanyak doa ?, beliau jawab : Allah SWT (akan membalas) lebih banyak lagi. (HR. Ahmad dan Hakim)

Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dikabulkannya doa ada 3 (tiga) macam :

1. Dikabulkan Segera (Cash and carry).
Alhamdulillah. Dengan dikabulkannya doa, maka bisa dinikmati dan dimanfaatkan untuk menambah kebaikan dan meningkatkan ibadah agar lebih berdaya guna di dunia sampai akherat.

2. Dikabulkan di masa mendatang bahkan bisa di akherat (Tempo).
Alhamdulillah. Allah SWT telah memilihkan bentuk, waktu dan cara yang terbaik untuk kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan kita di dunia sampai akherat.

3. Dikabulkan dengan menghindarkan keburukan (Cara lain).
Alhamdulillah. Allah SWT telah menyelamatkan kita dari sesuatu yang negatif dan memberikan sesuatu yang positif di dunia sampai akherat.

Dan perlu diketahui juga ada 4 faktor utama doa tidak dikabulkan, yaitu:
1) Doa yang mengandung dosa
2) Doa yang berisi untuk memutuskan persaudaraan.
3) Doa yang tergesa2.
4) Makanan dan pakaian kita berasal dari barang yang haram.
5) Tidak mau beramar ma'ruf nahi munkar


@) Dalil faktor 1 sampai 3 yang menyebabkan tidak terkabulkannya doa ini adalah:

"Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama ia tak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim & tak tergesa-gesa. Seorang sahabat bertanya; 'Ya Rasulullah, apakah yg dimaksud dgn tergesa-gesa?
' Rasulullah menjawab: 'Yang dimaksud dgn tergesa-gesa adl apabila orang yg berdoa itu mengatakan; 'Aku telah berdoa & terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan'. Setelah itu, ia merasa putus asa & tak pernah berdoa lagi.' [HR. Muslim No.4918].

@) Dalil untuk faktor 4  adalah

Ucapan dari sahabat Nabi yaitu Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu “Dimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan orang yang lama bepergian, rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, 'Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,' padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dengan yang haram, bagaimana doanya dikabulkan?”

Dengan hadits di atas, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin menunjukkan etika berdoa, sebab-sebab yang menjadikan doa dikabulkan, dan sebab-sebab yang menjadikan doa seseorang itu tidak dikabulkan. Dalam hadits di atas, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan empat hal yang membuat doa dikabulkan, yaitu:

1. Lama bepergian.

Bepergian itu sendiri menyebabkan doa dikabulkan seperti terlihat pada hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ : دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ.
"Tiga doa yang dikabulkan dan tidak ada keraguan di dalamnya: (a) doa orang yang terzhalimi, (b) doa musafir (orang yang sedang bepergian jauh), dan (c) doa seorang ayah untuk anaknya." [Hasan. HR Abu Dawud, no. 1536]

Jika seseorang telah lama bepergian, doanya sangat mungkin dikabulkan karena dugaan kuat orang tersebut sedih karena lama terasing dari negerinya dan mendapatkan kesulitan. Sedih adalah sebab terbesar yang membuat doa dikabulkan.

2. Terjadinya keusangan pada pakaian dan penampilan dalam bentuk rambut kusut dan berdebu.

Hal ini juga membuat doa terkabul seperti terlihat pada hadits yang masyhur, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang bersabda:
رُبَّ أَشْعَثَ ذِيْ طِمْرَيْنِ، مَدْفُوْعٌ بِاْلأَبْوَابِ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ َلأَبَرَّهُ.
"Bisa jadi orang yang rambutnya kusut, berdebu, mempunyai dua pakaian lusuh, dan pintu-pintu tertutup baginya, namun jika ia berdoa kepada Allah, Dia pasti mengabulkannya" [Shahîh. HR Muslim, no. 2622, 2854]

Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar rumah untuk mengerjakan shalat Istisqa’(shalat untuk minta hujan), beliau keluar dengan pakaian lusuh, tawadhu`, dan merendahkan diri.[Hasan. HR Ahmad, I/230]

Keponakan Mutharrif bin ‘Abdullah dipenjara, kemudian Mutharrif bin ‘Abdullah rahimahullah mengenakan pakaian usang miliknya dan mengambil tongkat dengan tangannya. Dikatakan kepadanya, “Kenapa engkau berbuat seperti itu?” Mutharrif bin ‘Abdullah menjawab, “Aku merendahkan diri kepada Rabb-ku, mudah-mudahan Dia memberi syafa’at (keselamatan) kepadaku untuk keponakanku”.[Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal-Hikam, I/270.]

3. Menengadahkan kedua tangan ke langit.

Ini termasuk adab berdoa, dan dengan cara seperti itu, diharapkan doa tersebut dikabulkan. Disebutkan dalam sebuah hadits dari Salmân Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ اللهَ حَيِيٌّ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ.
"Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Mulia. Dia malu bila seseorang menengadahkan kedua tangan kepada-Nya, namun Dia mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong tidak mendapatkan apa-apa." [Shahîh. HR Ahmad, V/438]

4. Terus-menerus berdoa kepada Allah Ta’ala dengan mengulang-ulang kerububiyyahan-Nya (Sifat Allah seperti yang menciptakan, yang memiliki, yang memelihara dan yang mengurus sekalian alam)

Cara seperti ini termasuk aspek penting yang membuat doa terkabul.

Yazid ar-Raqqâsyi rahimahullah berkata, dari Anas bin Mâlik, “Tidaklah seorang hamba berkata ‘Rabbî (wahai Rabb-ku), Rabbî (wahai Rabb-ku),’ melainkan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepadanya, ‘Aku penuhi panggilanmu, Aku penuhi panggilanmu’.”
Diriwayatkan dari Abu ad-Darda` dan Ibnu ‘Abbas bahwa keduanya berkata: “Nama Allah terbesar ialah Rabbî (wahai Rabb-ku), Rabbî (wahai Rabb-ku)”.
Disebutkan dari ‘Athaa` rahimahullah, ia berkata: “Tidaklah seorang hamba berkata ‘Rabbî, Rabbî’ hingga tiga kali melainkan Allah melihatnya”.[HR Ibnu Abi Syaibah, X/272].


Sedang PENYEBAB DOA TIDAK DIKABULKAN, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan di antaranya ialah karena mengkonsumsi barang haram, baik dalam makanan, minuman, pakaian, dan memberi makanan kepada orang lain. Tentang hal ini, telah disebutkan hadits Ibnu 'Abbaas, dan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqqaash: “Wahai Sa’ad, hendaklah makananmu baik, niscaya engkau menjadi orang yang doanya dikabulkan”. Dari sisi ini, bisa disimpulkan bahwa makan sesuatu yang halal, meminumnya, mengenakannya, dan memberikannya kepada orang lain merupakan penyebab doa seseorang dikabulkan.
'Ikrimah bin ‘Ammaar rahimahullah meriwayatkan bahwa al-Ashfar berkata kepadaku bahwa dikatakan kepada Sa’ad bin Abi Waqqâsh: “Engkau orang yang doanya dikabulkan di antara sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam”.
Sa’ad bin Abi Waqqaash berkata: “Aku tidak mengangkat sesuap makanan ke mulutku, melainkan aku tahu asal usulnya dan ke mana makanan tersebut hendak keluar”.

Diriwayatkan dari Wahb bin Munabbih rahimahullah, ia berkata: “Barang siapa ingin doanya dikabulkan Allah, hendaklah ia makan makanan yang baik (halal)”.

Diriwayatkan dari Sahl bin ‘Abdillah rahimahullah, dia berkata: “Barangsiapa makan makanan halal selama empat puluh pagi (hari), doanya dikabulkan”.
Diriwayatkan dari Yusuf bin Asbath rahimahullah, dia berkata: “Diberitahukan kepada kami bahwa doa seorang hamba ditahan dari langit, karena makanannya haram”.[Hasan. HR Ahmad (VI/159)]

@) Sedangkan dalil pada faktor 5 adalah

Dari 'Aisyah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah berfirman kepada kalian, ‘Perintahkan yang baik dan laranglah yang munkar sebelum kalian berdoa kepada-Ku kemudian doa kalian tidak Aku kabulkan, kalian meminta kepada-Ku kemudian tidak Aku berikan, dan kalian meminta pertolongan kepada-Ku kemudian Aku tidak menolong kalian’.”[HR. Imam al-Bazzâr (no. 3304)]

(Gantira, 24 Oktober 2015, Bogor)