Ada sebuah istilah bahwa mencari pasangan itu carilah bibit, bebet dan bobot. Apakah arti semua itu?
BIBIT artinya, berasal dari keluarga seperti apa calon pasangan kita. Apakah dari keluarga baik-baik atau penjahat? Nah, kalo berasal dari keluarga bajingan, dipastikan orang tua tidak akan menyetujui hubungan dengannya walau sudah cinta mati. Orang tua ingin menantunya berasal dari keluarga baik-baik dan terhormat.
BEBET artinya, kesiapan seseorang dalam memberi nafkah keluarga. Bebet dititkberatkan pada aspek ekonomi alias harta. Atau, dititikberatkan pula pada kepribadiannya. Maksudnya mobil pribadi, rumah pribadi, atau serba pribadi lainnya...
BOBOT artinya, kualitas seseorang dalam arti yang luas. Biasanya meliputi aspek pendidikan, akhlak dan agama. Tapi biasanya orang tua sekarang lebih melihat strata pendidikannya, apa cuma lulusan SD doang, SMP, SMU, S1, S2 atau S3.
Bagaimana pandangan Islam terhadap BIBIT, BEBET, BOBOT ini dalam memilih pasangan? Hampir mirip dengan hal itu, sesungguhnya Islam telah memberi panduan dengan lebih jelas, gamblang dan tidak sekedar BIBIT BEBET BOBOT yang bisa didefinisikan sesuai dengan kepentingan. Apalagi zaman sekarang pandangan orang kian matre dalam mendefinisikan bibit bebet bobot tersebut. Islam menjelaskan dalam sebuah hadist berikut ini.
Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu mengkhabarkan dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
“Wanita itu dinikahi karena 4 perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita karena agamany, niscaya engkau akan bahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nah dalam Islam sudah ada panduan bahwa kalau agamanya bagus, maka dia akan mengeliminir kekurangan dari pengaruh yang lain ( hartanya, keturunannya, kecantikannya). Namun kalau agamanya tidak bagus maka kekurangan dari pengaruh hartanya, keturunannya, kecantikannya akan ikut berkontribusi besar pada karakternya.
Ingatlah Abu Bakar terkenal
sebagai seorang yang lembut, namun setelah mengenal Islam maka beliau menjadi lebih tegas daripada Umat bin Khatab sehingga berani menyatakan perang pada kaum yang tidak mau bayar zakat, padahal Umar awal nya menyatakan jangan dengan alasan sudah mengucapkan syahadat.
Begitu juga Amirul mukminin Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu yang terkenal tegas dan tegar menjadi seorang yang lembut setelah mengenal Islam dimana saat beliau memimpin kaum muslimin tiba-tiba menangis, dan kelihatan sangat terpukul ketika mendengar Informasi dari salah seorang ajudannya tentang peristiwa yang terjadi di tanah Iraq yang telah membuatnya sedih dan gelisah. Seekor keledai tergelincir kakinya dan jatuh ke jurang akibat jalan yang dilewati rusak dan berlobang. Melihat kesedihan khlalifahnya, sang ajudan pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bukankah yang mati hanya seekor keledai?” dengan nada serius dan wajah menahan marah Umar bin Khattab bekata: “Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”
Jadi pilihlah orang yang akhlaknya (agamanya) bagus, niscaya dia akan mengeliminir kekurangan akibat pengaruh yang lainnya.
(Gantira, 25 Oktober 2015, Bogor)
Saturday, 24 October 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment