Saturday 30 April 2016

"Besarnya Pengorbanan untuk Sebuah Tujuan"

Besar tidaknya sebuah pengorbanan itu tergantung dari seberapa besar dan kuatnya tujuan yang ingin dicapai.

Semakin besar tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang maka semakin besar pula pengorbanan yang siap dikerahkannya, yang secara otomatis dia akan semakin unggul daripada orang lain yang memiliki tujuan yang lebih kecil.

Jika tujuan seseorang hanya ingin dipuji  atau takut dimarahi orang lain maka pengorbanan yang siap diserahkan pun hanya sebesar itu pula. Bila tidak ada lagi yang memujinya atau sudah tidak ada lagi yang memarahinya maka pengorbanan yang siap di dipertaruhkan pun akan hilang seketika.

Begitu juga bila tujuannya hanya  dunia semata, yang sifatnya tidak kekal, maka pengorbanannya pun bersifat sementara pula sebagaimana sementaranya dunia yang selalu  berubah2.

Namun jika seseorang melakukan segala sesuatu dengan tujuan untuk mencari ridho-Nya atau dengan tujuan umtuk menggapai kebahagiaan abadi kelak, maka pengorbanan yang siap dikerahkan pun akan besar dan akan siap mengorbankan seluruh hidupnya.

Oleh karena itulah umat islam pada masa Rasulullah, para sahabat dan masa awal2 perkembangan umat Islam memiliki kekuatan yang luar biasa. Sehingga kerajaan persia dan kekaisaran romawi dapat dengan mudah dikalahkan mereka. Karena mereka memiliki tujuan yang abadi, sedangkan kekuasaan Persia dan Romawi hanya memiliki tujuan duniawi semata.

Namun pada masa setelahnya, umat islam mengalami kemunduran yang sangat jauh sehingga sebagian besar negara2 yang mayoritas umat Islam saat ini kalah bersaing dengan bangsa eropa dan amerika. Salah satu sebabnya adalah karena mulai melemahnya tujuan yang ingin digapai sehingga secara otomatis semakin lemah pula pengorbanan yang siap dilakukannya.

Umat Islam saat ini mulai terjangkit sebuah penyakit yang sebelumnya pernah dikhawatirkan oleh Rasulullah, penyakit akan lemahnya tujuan yang juga disebut dengan penyakit al-wahn, yaitu penyakit cinta dunia dan takut mati.

Jadi satu-satunya cara untuk mengejar ketertinggalan umat islam saat ini dari umat lain adalah dengan merekontruksi ulang tujuan kita, sehingga pengorbanan yang siap kita kerahkan jauh lebih besar dari pengorbanan sebelumnya dan jauh lebih besar dari pengorbanan yang siap dikerahkan oleh umat lain.


‏« ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌَﺠْﺰِ، ﻭَﺍﻟْﻜَﺴَﻞِ، ﻭَﺍﻟْﺠُﺒْﻦِ، ﻭَﺍﻟْﺒُﺨْﻞِ، ﻭَﺍﻟْﻬَﺮَﻡِ، ﻭَﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ، ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﺁﺕِ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺗَﻘْﻮَﺍﻫَﺎ، ﻭَﺯَﻛِّﻬَﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﻣَﻦْ ﺯَﻛَّﺎﻫَﺎ، ﺃَﻧْﺖَ ﻭَﻟِﻴُّﻬَﺎ ﻭَﻣَﻮْﻟَﺎﻫَﺎ، ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋِﻠْﻢٍ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻊُ، ﻭَﻣِﻦْ ﻗَﻠْﺐٍ ﻟَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻊُ،
ﻭَﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻟَﺎ ﺗَﺸْﺒَﻊُ، ﻭَﻣِﻦْ ﺩَﻋْﻮَﺓٍ ﻟَﺎ ﻳُﺴْﺘَﺠَﺎﺏُ ﻟَﻬَﺎ ‏»

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran, usia pikun dan azab kubur.

Ya Allah, berilah jiwaku ketakwaan, sucikanlah jiwaku karena Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan jiwa. Engkaulah Yang mengurus dan mendidik jiwa.

Ya Allah, aku  berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, hawa nafsu yang tak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan.”( HR. Muslim no. 2722 dan Ahmad no. 19308 )

Aamiin..3x.. ya rabbal ‘alamin

(Gantira, 30 April 2016, Bogor)

Friday 29 April 2016

"Rizqi dan Syukur"

Sesungguhnya semua makhluk yang telah Dia ciptakan, baik manusia maupun binatang sudah dijamin rizkinya.

Sehingga tidak ada hubungan antara rizqi dan kepintaran, karena binatang yang tidak berakal pun sudah ada rizkinya. Juga tidak ada hubungan antara kerja keras dengan rizqi karena bayi yang tidak mampu berbuat apa2 pun sudah dijamin rizkinya. Sebagaimana yang difirmankan  oleh Allah SWT:

“Dan tidak ada satupun hewan melata di muka bumi ini, kecuali rizkinya telah ditetapkan oleh Allah. Dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Q.s. Hûd: 6).

Bahkan rizqi akan mengejar seseorang sebagaimana maut akan mengejarnya, seperti yang telah disabdakan Rasulullah,

“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya (untuk menjalankan perintah Allah) sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.”
( HR Ibnu Hibban No. 1084)

Juga sebagaimana yang terdapat pada hadist lainnya:

“Jika kalian bertawakkal dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia telah memberi rizki kepada burung yang berangkat (pagi) dengan perut kosong, dan pulang dengan (perut) kenyang.” (H.r. At-Tirmidzi dan Ahmad).

Jadi pada hakekatnya setiap orang sudah dijamin rizkinya walaupun kuantitas dan kualitas rizqi itu berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai yang Allah kehendaki sebagai salah satu bentuk ujian dari-Nya.

Banyaknya limpahan rizqi dunia yang diberikan pada seseorang tidaklah menunjukkan kemuliaan orang tersebut di sisi Allah. Begitu pula sedikitnya limpahan rizqi yang diberikan pada seseorang tidaklah menunjukkan kehinaan di sisi-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,
“ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” . (QS. Al Fajr :15-16)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman,

“ Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar” (QS. Al Mu’minun:55-56)

Jadi banyak sedikitnya rezeki duniawi adalah bentuk ujian belaka bukan sebagai standar kecintaan Allah terhadap orang tersebut. Rizqi duniawi sebagai ujian pada manusia untuk mengetahui siapakah diantara hamba-Nya yang paling bersyukur dan bersabar.

Jadi rizqi tidak ada hubungan dengan status, kedudukan, kepintaran, dan kerja keras seseorang. Karena pada hakekatnya setiap orang sudah ditentukan rizkinya masing2 baik dia pekerja keras atau tidak, baik dia kafir ataupun beriman, baik dia pejabat atau rakyat biasa.

Namun walaupun demikian, rizqi ada hubungannya dengan rasa syukur. Dimana dengan meningkatnya rasa syukur maka rizkinya akan Allah tambah kepadanya.

Sesungguhnya orang yang bekerja keras mencari  nafkah akan dapat meningkatkan rizkinya jika hal itu dilakukan semata2 sebagai bentuk taat pada perintah-Nya dan juga sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas kenikmatan diberi kemampuan oleh-Nya sebagaimana dalam firman Allah swt:

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah anugerah Allah.” (Q.s Al Jumu’ah: 10)

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. 'Ibrahim [14] : 7)

 Namun jika dia bekerja keras semata2 dengan niat untuk mengumpulkan harta dunia semata tanpa didasari niat karena mencari ridho-Nya maka rizqi yang didapatkannya hanyalah sebatas apa yang sudah ditakdirkan untuknya tanpa ditambah dan dikurangi. Seandainya walaupun nampak besar, namun pada dasarnya tidak banyak yang bisa dia manfaatkan untuk kemanfaatan hidupnya di dunia,  Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya) “ ( HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680))

Jadi jangan takut akan rizqi karena pada dasarnya semua makhluk sudah mendapatkan jatah rizkinya masing2. Namun bila kita ingin mendapatkan tambahan rizqi dari rizqi yang telah ditetapkan-Nya maka tingkatkan rasa syukur kita kepada-Nya dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya baik itu berupa melaksanakan semua kewajiban kita, mencari nafkah dengan cara yang halal, menjauhi barang yang haram,  memperbanyak istigfar, memperbanyak doa kepada-Nya serta berbagai aktifitas lainnya yang akan mendatangkan cinta-Nya.

ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺍَﻛْﻔِﻨِﻲْ ﺑِﺤَﻠَﺎﻟِﻚَ ﻋَﻦْ ﺣَﺮَﺍﻣِﻚَ، ﻭَﺃَﻏْﻨِﻨِﻲْ ﺑِﻔَﻀْﻠِﻚَ ﻋَﻤَّﻦْ ﺳِﻮَﺍﻙَ .

“ Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, sehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu .” (HR. Ahmad)

Aamiin..3x.. ya rabbal ‘alamin

(Gantira, 29 April 2016, Bogor)

Tuesday 26 April 2016

" Proses Hidup dan Batas Umur"

" Proses Hidup dan Batas Umur"

"Hidup memang PROSES.. Tapi ada batasnya...yaitu UMUR" (Fashridjal M. Noor, 27 April 2016)

Dalam menggapai segala apa yang kita inginkan itu selalu diawali oleh sebuah proses kehidupan, dimana seseorang dalam menggapai impian tersebut  tidak bisa terwujud dengan seketika tapi kadang harus melewati berbagai proses kesalahan.

Namun ada satu hal yang perlu kita ingat bahwa proses hidup itu bukan berarti tidak ada batasnya. Ada yang membatasi kita dalam melewati proses " Try end Error" yaitu umur kita.

Kuranglah tepat jika waktu yang kita miliki dihabiskan tanpa batas untuk mencari dunia atau  jati diri, karena bagaimanapun juga kita dibatasi waktu. Bahkan di dalam al-qur'an disampaikan bahwa batas umur kedewasaan seseorang itu adalah pada usia 40 tahun.

Dalam surat Al-Ahqaf ayat 15, difirmankan:
“..hingga apabila dia telah dewasa dan mencapai usia 40 tahun, dia berdoa: Ya Rabb, berikan petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku..”

Dalam ayat di atas disebutkan bahwa kesempurnaan akal seseorang itu tepat pada saat usia 40 tahun.
Dimana pada saat usia ini, hendaknya kita tidak lagi terlalu fokus pada dunia. Tapi pada usia ini, sudah saatnya memikirkan kehidupan akhirat.

Bahkan tidak hanya memikirkan kebaikan untuk dirinya tapi juga mulai memikirkan kebaikan untuk orang tuanya, pasangan hidupnya, keturunannya juga orang2 sekitarnya.

Bila seseorang yang sudah melewati usia 40 tahun, namun dia hanya memikirkan dunia atau tanpa henti mencari jati diri dengan bertualang ke berbagai negri tanpa peduli pada kebaikan orang tua, istri dan anak2nya maka dapat dikatakan bahwa dirinya tidak menyadari bahwa hidupnya dibatasi oleh waktu.

Bahkan tobatnya seorang manusia yang berdosa pun dibatasi oleh waktu. Tobatnya akan diterima selama dia masih memiliki umur. Namun saat sakaratul maut menemuinya , maka batas waktunya sudah habis dan segala tobatnya tidak akan diterima. Sebagaimana dalam salah satu firman-Nya,

"Dan tobat itu tidaklah (Diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, 'Saya benar-benar bertobat sekarang'. " (QS.An-Nisa:18)

 Waktu terus berjalan dan ambillah yang terbaik yang dapat kita raih. Serta segera melakukan aktifitas lain yang bermanfaat di saat satu pekerjaan telah selesai dikerjakan, sebagaimana perintah-Nya:

“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (QS. Al Insyirah: 7)

Tinggalkan apa2 yang memang tidak mampu kita raih karena tidak selamanya apa yang kita inginkan dapat kita miliki.

Jadi kesimpulannya adalah bahwa segala proses apapun yang sedang dan akan kita hadapi selalu dibatasi oleh waktu. Jadi tentukanlah target dan sadari akan batas waktu yang kita miliki, jangan sampai kita terlena dengan proses yang sedang dijalani. Berpindahlah pada bidang lain yang cocok di saat kita tahu bahwa apa yang sedang  dikejar tidak mungkin dapat kita capai.

Ridholah terhadap takdir, karena selama kita berusaha keras untuk taat pada-Nya maka semua takdir yang terjadi adalah yang terbaik buat kita.

(Gantira, 27 April 2016, Bogor)

Tuesday 19 April 2016

"Menjadi Sebaik-baik Manusia"

Ada dua hal yang akan membuat manusia menjadi manusia terbaik, yaitu

1. Berusahalah menjadi dirinya sendiri

Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap manusia itu diciptakan dengan sebaik2nya.  Sebagaimana yang ada dalam salah satu ayat-Nya:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin [95] : 4)

Oleh karena itu, ridholah terhadap takdir-Nya yang sudah ditetapkan bagi kita. Lalu berusahalah gali apa yang sudah diciptakan untuk kita dan optimalkanlah, niscaya kita akan menjadi orang yang terbaik di lingkungan kita, di masyarakat kita bahkan di dunia ini sesuai potensi yang kita miliki.

Jadi kuranglah tepat jika kita memaksakan diri untuk menjadi orang lain, padahal setiap orang terlahir berbeda sebagaimana setiap sidik jari setiap orang yang ada di dunia ini tidaklah sama. Namun perbedaan ini bukanlah berarti bahwa satu sama lain untuk saling merendahkan. Perbedaan ini terjadi karena agar adanya saling bantu membantu antara satu dengan yang lain sehingga setiap orang dapat menjadi manusia terunggul di bidangnya masing2.

Bila setiap orang telah ridha terhadap dirinya sendiri serta mengoptimalkan apa yang sudah menjadi apa yang dimilikinya. Kemungkinan besar hidupnya di dunia akan mengalami ketenangan, dia akan jauh dari sifat iri dan dengki pada orang lain juga akan jauh dari sifat sombong karena dia yakin bahwa dirinya telah di anugrahi sebuah kelebihan sebagaimana orang lain pun telah dianugerahi kelebihan yang berbeda2.

Manusia itu sebagaimana tanah yang merupakan bahan asal pembuatan manusia itu sendiri, dimana pada setiap tanah memiliki keunggulan tersendiri yang satu tempat berbeda2 dengan tempat yang lain. Ada tanah yang cocok untuk ditanami sayuran, ada tanah yang cocok ditanami padi-padian, ada tanah yang cocok ditanami dengan buah2an dan banyak lagi jenis tanah yang berbeda2 dan keunggulannya pun berbeda2 pula.

Bila seseorang sudah mengenal dirinya dan mengoptimalkan apa yang menjadi kelebihannya, maka dunia dia akan nampak menakjubkan bagi orang lain. Jadi berusahalah mengenal diri kita, apa yang cocok buat hidup kita dan jangan memaksakan diri agar sama dengan orang lain yang bisa jadi potensi nya berbeda.

2. Berusahalah menjadi manusia yang paling taat kepada Allah

Sesungguhnya tujuan utama diciptakan manusia ke dunia ini bukanlah semata2 untuk dunia itu sendiri, tapi yang paling utama adalah untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya,

“ Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku ”. (QS. Adz Dzariyat: 56).


Serta kemuliaan yang ada pada manusia itu bukanlah semata2 karena kekayaannya, kecerdasan, jabatannya atau kesempurnaan tubuhnya atau kelebihan lainnya.  Karena semua itu hanyalah titipan belaka yang mana satu dengan yang lain dititipi hal yang berbeda2. Sesungguhnya kemuliaan seseorang itu diindikasikan dengan ketakwaannya, siapa yang paling takwa dan taat pada perintah Allah maka dialah yang paling mulia, sebagaimana dalam salah satu ayat-Nya:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." ( Qs. Al-Hujurat:13)

Jadi ketakwaan inilah yang bisa dijadikan indikator dalam perlombaan siapa yang paling mulia diantara seluruh manusia di dunia ini. Antara seorang yang miskin  bisa berlomba dengan orang kaya dalam ketakwaan, begitu juga antara rakyat biasa dan pejabat atau antara orang yang biasa2 dengan orang yang memiliki tubuh sempurna atau antara siapapun yang memiliki keunggulan yang berbeda2.

“Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Qs.Al-Baqarah: 148)

Sadarilah bahwa akhir kehidupan manusia itu bukanlah hidup di dunia yang fana ini, tapi akhir kehidupan manusia itu adalah kekekalan abadi di akhirat kelak apakah abadi di surga-Nya atau abadi di neraka-Nya.

Semoga kita, pasangan hidup kita serta keturunan kita dianugrahi hidayah oleh-Nya sehingga termasuk golongan orang2 yang bertakwa hingga akhirnya dianugerahi hidup di dalam kebahagiaan abadi kelak, aamiin..3x

(Gantira, 20 April 2016, Bogor)

Saturday 16 April 2016

"Kenangan Terindah"

Kalau seseorang ditanya  tentang  kapankah  'Kenangan Terindah' yang dirasakannya dimasa lalu, sebagian besar dari mereka kemungkinan akan menyebutkan beberapa peristiwa pada saat2 yang memerlukan kesabaran dalam perjuangan dan pengorbanan yang paling besar hingga menghasilkan kesuksesan atau kebahagiaan yang mereka dapatkan saat ini.

Para pasangan suami - istri yang sedang  menjalani dan menikmati keluarga sakinahnya, akan mengatakan bahwa kenangan terindahnya adalah disaat2  kesabaran mereka dalam berjuang untuk mendapatkan pasangan hidupnya saat ini.

Para pengusaha sukses akan mengatakan bahwa  kenangan terindahnya adalah disaat2  kesabaran mereka dalam menghadapi perjuangan tersulit sebagai titik balik hingga mereka bisa mendapatkan kesuksesan yang dialaminya saat ini.

Para Orang tua yang memiliki anak2 yang sukses, akan mengatakan bahwa kenangan terindahnya adalah disaat2 mereka bersabar dalam mendidik anak2nya hingga mereka semua bisa sesukses saat ini.

Dan banyak lagi lainnya  yang  didapatkan oleh orang yang telah berhasil sampai tujuan akan mengatakan bahwa kenangan terindahnya adalah disaat2 mereka dapat tetap sabar dalam menghadapi kesulitan yang dulu pernah di alaminya.


Sungguh, kenangan terindah saat di dunia yang dibicarakan oleh para penduduk surga bukanlah di saat2 mereka dapat berjalan2 ke berbagai negeri atau tempat2 refresing yang indah2. Namun kenangan terindah yang dibicarakan para penduduk surga adalah disaat2 mereka di dunia dapat bersabar dalam ketaatan kepada Allah. Bahkan seorang ahli surga yang mati syahid, mereka ingin mengulang kembali suasana perjuangan mereka disaat2 nyawanya tercabut.

Jadi selagi kita masih diberi kesempatan hidup di dunia ini, maka berusaha dan berjuanglah agar hidup ini menjadi saat2 yang akan menjadi kenangan terindah yang menjadi bahan pembicaraan kita nanti  jika di anugrahi oleh-Nya untuk memasuki surga-Nya.

Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang2 yang sabar dalam ketaatan kepada-Nya dan dapat di anugrahi menjadi salah satu penduduk surga nanti.

ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺁﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻓِﻲ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

“ Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka .” (QS. al-Baqarah : 201).

Aamiin..aamiin.. aamiin Ya Rabbal 'alamiin

(Gantira, 17 April 2016, Bogor)

Friday 8 April 2016

"Semua Budaya Budaya Ada di Islam"

Kalau kita mengamati dengan seksama, kita akan menyadari bahwa setiap bangsa, suku dan daerah itu memiliki budaya positif unggulan yang membuanya diakui keunggulannya. Namun di sisi lain, ada juga pada bangsa/suku/daerah yang sama memiliki budaya negatif yang diakui kurang bagus yang ada padanya.

Di dalam suku arab Qurais ada beberapa budaya yang diakui keistimewaannya, yaitu tentang kebersamaan mereka yang saling melindungi dan membela sukunya serta taat perjanjian yang sudah disepakati. Namun di sisi lain, ada juga negatifnya, mereka akan tetap membela sesama sukunya walaupun yang dibela adalah sesuatu yang salah.

Dalam akhlak islam, kita di anjurkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, namun jangan tolong menolong dalam kemaksiatan.

Di Jepang terkenal akan budaya kerja kerasnya yang seringkali melebihi bangsa lain. Namun di sisi lain, bila mereka gagal terkenal budaya harakiri, yang membunuh dirinya sendiri.

Di dalam akhlak Islam kita dituntut untuk bekerja keras sesuai kemampuan maksimal kita sebagai bentuk refleksi rasa syukur kepada-Nya. Namun di sisi lain, kita dituntut untuk ridho dan bersabar jika apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan karena di situ ada peran takdir.

Masyarakat Amerika dan Eropa terkenal akan inovasi dan kreatifitasnya sehingga saat ini membuat mereka menjadi bangsa yang termodern dalam hal sains dan teknologi. Namun di sisi lain kebebasan mereka dalam berimprovisasi kebablasan sehingga moral masyarakat pun ikut bebas yang efeknya banyak yang tidak bisa menjaga pergaulan bebas mereka.

Di dalam Islam kita diberikan kebebasan dalam berimprovisasi terhadap perkara dunia, namun kita pun diberi rambu2 agar jangan sampai melanggar aturan agama yang sudah baku.

Begitu juga dalam berbagai suku dan daerah yang ada di negeri Indonesia ini, banyak sekali budaya2 positif unggulan yang ada padanya, dan di sisi lain ada juga yang kurang baiknya yang dilakukan oleh suku dan daerah tersebut.


Sungguh, di dalam Islam terdapat akhlak mulia yang selaras dengan budaya unggulan positif dari tiap bangsa, suku dan daerah di dunia ini, namun di sisi lain akhlak Islam menghilangkan budaya negatif yang mungkin ada pada setiap bangsa, suku dan daerah di dunia ini.

Sehingga jika seorang muslim mengamalkan ajaran dan akhlak Islam secara kaffah, dipastikan dia akan menjadi manusia terunggul di dunia yang fana ini, serta akan mendapatkan balasannya berlipat2 di akhirat kelak. Semoga kita termasuk salah seorang yang diberi anugrah untuk memahami ajaran Islam dengan benar dan diberi keistiqomahan untuk merealisasikan dalam kehidupan sehari2 secara kaffah, aamiin..3x

(Gantira, 9 April 2016, Bogor)

Monday 4 April 2016

"Keberuntungan vs Kebinasaan"

"Keberuntungan vs Kebinasaan"

Sesungguhnya keberuntungan itu hanya ada pada orang mukmin, yaitu orang yang selalu taat pada-Nya secara kaffah. Sedangkan kebinasaan itu selalu menyertai orang2 kafir yang enggan mengikuti petunjuk-Nya.

Bagi orang mukmin, yang hidupnya berjuang keras untuk mentaati-Nya dan menahan hawa nafsu maka segala yang dialaminya adalah sebuah keberuntungan.

Di saat seorang mukmin mengalami musibah, dia hadapi dengan bersabar. Musibah ini akhirnya akan terasa nikmat setelah mengetahui bahwa musibah itu terjadi untuk menghindari musibah yang jauh lebih besar, sebagai contoh mogoknya kendaraan yang dikendarai orang mukmin bisa jadi untuk menghindarinya dari kecelakaan yang jauh lebih besar.

Atau bisa juga musibah ini sebagai salah satu batu loncatan untuk menggapai kenikmatan lain yang memang harus dicapai melalui sebuah pengorbanan. Begitu banyak orang yang awalnya susah, namun tidak lama kemudian dia mendapatkan kenikmatan setelah musibah itu terlewati. Baik kenikmatan yang dibalas langsung ketika di dunia maupun kenikmatan yang jauh lebih besar lagi di hari keabadian nanti.

Begitu juga di saat seorang mukmin mendapatkan sebuah kenikmatan, dia hadapi dengan bersyukur. Sehingga kenikmatannya semakin bertambah. Baik itu tambahan kenikmatan saat di dunia ini, maupun tambahan kenikmatan yang berlipat2 saat di hari kebahagiaan yang kekal nanti.

Bagi orang kafir, yang hidupnya berjuang keras untuk melampiaskan hawa nafsu  dan enggan mengikuti petinjuk-Nya maka segala yang dialaminya adalah sebuah kebinasaan.

Di saat orang kafir mengalami musibah, dia hadapi dengan berkeluh kesah sehingga kehidupannya semakin terasa sempit dan menyesakkan dada. Bisa jadi musibahnya itu sebagai teguran agar dia mau bertobat atau bisa juga sebagai azab saat di dunia ini sebelum kedatangan azab yang jauh lebih mengerikan di hari perhitungan nanti. 

Di saat orang kafir mendapatkan kenikmatan, dia menghadapinya dengan sifat sombong dan merasa bahwa semua kenikmatan itu datang semata2 karena usahanya tanpa ada campur tangan yang menciptakan-Nya. Sebagai akibatnya, di waktu kemudian situasi nya akan berbalik mendapatkan musibah yang tak terkira sebelumnya dan tidak dapat ditanggulanginya sehingga dia berputus asa sebagai balasan akan kesombongannya.

Atau bisa juga jika kenikmatan orang kafir yang sombong ini terus bertambah, hal ini sebagai isti'raj sehingga dosanya semakin menumpuk sehingga pada saat sudah mencapai puncak dosanya, Allah cabut nyawanya hingga dia menghadapinya dalam keadaaan berlumuran dosa.

Jadi satu-satunya cara agar kita senantiasa berada pada keberuntungan adalah dengan berusaha memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya secara ikhlas. Namun bila kita enggan mengikuti petunjuk-Nya maka siap2lah lah kira termasuk golongan orang2 yang binasa.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“ Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya ” 
(Hr Muslim (no. 2999))

Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendakNya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo belaka. Kemudian Rasulullah Saw membaca firman Allah Swt dalam surat Al An’am ayat 44 : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam berputus asa.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Semoga kita semua termasuk golongan orang2 mukmin yang senantiasa bersyukur saat mendapatkan nikmat dan bersabar ketika mendapatkan musibah, serta kita termasuk golongan orang yang mendapat petunjuk-Nya yang senantiasa taat pada semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya..Aamiin..3x.

(Gantira, 5 April 2016, Bogor)