Thursday 31 March 2016

"Sebuah Konsekuensi"

"Sebuah Konsekuensi"

Segala sesuatu itu ada konsekuensinya. Dan umumnya, yang namanya konsekuensi diartikan sebagai kebalikan dari yang telah dilakukannya.

Konsekuensi orang yang memiliki harta berlimpah adalah harus rela mengeluarkan sebagian hartanya minimal untuk zakatnya. Bila enggan maka konsekuensinya adalah ancaman panasnya api neraka. Disamping itu, konsekuensi yang dialami oleh orang yang berlimpah harta adalah lamanya penghisaban.

Orang yang disempitkan hartanya, selama di dunia ini mengalami berbagai macam kesulitan, baik itu terhalangnya pemenuhan keinginan dan kebutuhan kita ataupun dipandang sebelah mata oleh orang yang ekonominya lebih mapan. Namun walaupun demikian, konsekuensi orang yang disempitkan hartanya adalah tidak ada kewajiban zakat padanya serta mengalami perhitungan yang mudah pada hari penghisaban kelak. 

Jadi secara umum segala sesuatu yang kita terima itu ada konsekuensinya yang datangnya berlawanan dari apa yang kita terima saat itu.

Namun ada beberapa sikap yang membuat konsekuensinya tidak berlawanan tapi malah searah dan mendukung terhadap apa yang kita lakukan. Konsekuensi yang hasilnya searah adalah konsekuensi dari sikap bersyukur terhadap nikmat yang ada, dan juga konsekuensi dari sikap berkeluh kesah terhadap kesulitan yang dialami.

Karena seberapa besar pun nikmat yang diterimanya, jika dia bersyukur maka nikmatnya akan terus bertambah dan di hari kehidupan abadi nanti akan ditambah nikmat tersebut tanpa batas. Serta seberapa besar pun penderitaan yang dialaminya jika dia terus mencela dan mengeluh maka konsekuensinya akan terus mengalami penderitaan yang tidak ada ujungnya.

Jadi kesimpulannya adalah agar konsekuensi yang kita alami selalu mendapatkan kebaikan maka ambillah sikap syukur bila nikmat yang datang sehingga akan mendapatkan konsekuensi yang searah yaitu kenikmatan itu akan terus bertambah, serta hadapilah dengan bersabar dan ridho jika yang datang pada kita adalah kesengsaraan sehingga akan mendapatkan ganti konsekuensi sebaliknya yaitu kebahagiaan. 

Jauhilah sikap kufur nikmat karena konsekuensi yang akan kita dapatkan adalah sebaliknya, dimana akan segera datang kesengsaraan yang tidak tahu ujung nya. Serta jauhi juga sikap berkeluh kesah dan putus asa terhadap setiap kesulitan yang kita alami karena konsekuensinya adalah searah dengan penderitaan tersebut yaitu kesulitan akan semakin berat tanpa diketahui solusinya.

(Gantira, 1 April 2016, Bogor)

"Tujuan Utama Kehidupan Manusia"

Tujuan utama manusia diciptakan di dunia ini bukanlah semata2 untuk bersenang2 dengan berbagai kenikmatan atau merasakan dengan berbagai kesengsaraan belaka.

Tapi tujuan utama diciptakan manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Untuk tujuan ini, maka Allah menjamin rizkinya sampai masa hidupnya di dunia ini selesai.

Ibadah kepada-Nya itu adalah berupa taat pada semua perintah-Nya dan menjauhi pada semua larangan-Nya.

Saat mendapatkan kondisi berupa berbagai kenikmatan, maka perintah ibadah kepadanya adalah bersyukur. Sedangkan bila mendapatkan kondisi berupa kesengsaraan maka perintah ibadah kepadanya berupa bersabar.

Berbagai contoh bentuk ibadah bersyukur itu adalah menunaikan zakat dan shadaqah terhadap kelebihan hartanya, shalat wajib dan sunat sesempurna mungkin sesuai yang dicontohkan Rasulullah terhadap kesehatan yang didapatkannya, serta banyak lagi  zikir dan lainnya sebagai bentuk ibadah syukur atas berbagai ujian kenikmatan yang diterimanya.

Sedangkan berbagai bentuk ibadah sabar itu adalah ridho terhadap sakit yang dialaminya sambil terus berobat, melaksanakan shalat wajib dan sunat sesuai kondisi yang dialaminya serta banyak lagi zikir dan lainnya sebagai bentuk ibadah sabar terhadap berbagai ujian kesengsaraan yang dialaminya.

Untuk itu kita perlu mencari  ilmu agama sebanyak2nya agar bisa dengan mudah dalam menentukan skala prioritas ibadah yang dapat kita lakukan dalam berbagai kondisi ujian yang sedang kita jalani. Karena bila kita salah dalam menentukan skala prioritas ibadah yang sedang kita hadapi maka hasilnya bisa jadi tidak sesuai dengan aturan-Nya.

Sebagai contoh bila seseorang diuji dengan harta berlimpah maka skala prioritas ibadahnya adalah zakat, shadaqah serta banyak lagi aktifitas ibadah yang bisa dilakukan dengan titipan harta ini. Adalah kurang tepat, jika dia kikir dalam membelanjakan zakat dan shadaqah hartanya dan lebih memilih ibadah lain yang dilakukan oleh orang2 yang tidak berharta seperti lebih mementingkan shalat sunat sebanyak2nya dengan mengingkari zakat dan shadaqah.

Begitu juga bagi orang yang diuji dengan sempitnya harta, maka bentuk skala prioritas ibadah yang dilakukannya adalah bersabar dan ridho dengan kondisi yang ada serta tatap berusaha mengkonsumsi harta yang halal. Dan bisa meningkatkan amal ibadahnya dengan menggunakan tenaga serta ibadah sunat lainnya yang mampu dia lakukan.

Jadi dalam kondisi apapun pada dasarnya kita tetap bisa beribadah kepada-Nya karena memang tujuan utama manusia diciptakan ke dunia ini adalah untuk beribadah kepada-Nya.

(Gantira, 1 April 2016, Bogor)

Peluang Dalam Mendidik Anak"

Peluang itu ada hubungannya dengan waktu. Sedangkan yang namanya waktu tidak bisa di ulang, dia akan terus berjalan dari detik demi detik, menit  demi menit, jam demi jam bahkan dari tahun demi tahun.

Sehingga dengan demikian maka yang namanya peluang itu tidak bisa di ulang, yang ada adalah adanya peluang lain yang tidak percis sama dengan peluang yang pertama.

Selama kita masih di dunia, maka peluang itu akan selalu ada, namun sayangnya bentuk dan perjuangan untuk menghadapinya berbeda2 sesuai dengan waktu dan kondisi  yang ada.

Sebagai contoh dalam mendidik anak. Peluang emas untuk mendidik mereka dengan benar adalah pada saat kekuatan mereka masih di bawah kekuatan kita, baik dari segi cara berfikir, tenaga, ataupun kekuatan fisik lainnya.

Saat mereka belum baligh atau baru menginjak baligh maka saat itu adalah peluang kita untuk mendidik mereka dengan benar. Sehingga mereka bisa kita arahkan atau kalau mereka membandel kita masih memiliki kekuatan untuk menghukum mereka sampai mereka mengikuti apa yang kita arahkan. Kemudahan ini terjadi karena mereka merasa masih membutuhkan kita dan merasa lebih lemah dari kita dalam segala hal.

Namun jika kita menyia2kan peluang ini, dimana kita membiarkan dan membebaskannya sesuai kehendak mereka maka saat mereka sudah besar dan kekuatan nya sudah di atas kita. Maka saat itu peluang untuk mendidik mereka semakin berat. Dimana mereka tidak lagi merasa takut atau segan pada perintah kita. Bisa jadi, saat itu dalam pandangan mereka, kita lebih lemah dari mereka sehingga  akan sulit untuk mendidik mereka.

Para ulama terdahulu, membagi masa pendidikan anak anak dalam 3 interval, yaitu masa bermain dengan mereka di saat usia antara 0- 7 tahun, masa mendidik mereka dengan tegas dan terarah di saat usia antara 7- 14 tahun, masa berdiskusi dengan mereka di saat usia antara 14 - 21 tahun, dan masa memberikan kebebasan kepada mereka di saat usia di atas 21 tahun karena mereka telah diberi bekal ilmu yang cukup.

Jadi jangan pernah menyia-nyiakan peluang dalam mendidik dan membentuk karakter anak2 kita agar setelah dewasa dia memiliki karakter sesuai yang kita harapkan.

(Gantira, 1 April 2016, Bogor)

Friday 25 March 2016

"Hidup adalah Perjuangan"

Pada hakikatnya, hidup ini adalah perjuangan. Baik itu berjuang untuk taat melawan hawa nafsu atau sebaliknya berjuang melayani hawa nafsu.

Orang yang memilih berjuang melawan hawa nafsu, dengan otomatis dia berjuang untuk taat pada semua perintah Allah. Sehingga dengan demikian, dunia ini bagaikan penjara bagi mereka.

Modal utama yang harus dimiliki oleh orang yang memilih berjuang melawan hawa nafsu adalah sabar dan syukur. Modal utama ini bisa dimiliki oleh setiap orang jika dia memiliki ilmu dan paham hakikat manfaat dari modal utama ini.

Modal utama ini diperlukan karena suasana di dunia tidak akan lepas dari dua kejadian yang bertolak belakang, yaitu antara kesenangan yang dihadapi dengan syukur atau penderitaan  yang dihadapi dengan sabar.

Sedangkan orang yang memilih berjuang melayani hawa nafsu, dengan otomatis dia berjuang untuk mengingkari pada semua perintah Allah. Sehingga dengan demikian, dunia ini bagaikan surga bagi mereka.

Hadiah utama yang dapat dimiliki oleh orang yang memilih berjuang melayani hawa nafsu adalah sombong  dan putus asa. Hadiah utama ini bisa dimiliki oleh setiap orang jika dia malas mencari  ilmu dan merindukan kebebasan tanpa batas.

Kedua hadiah utama ini akan diberikan pada mereka karena suasana dunia tidak akan lepas dari dua kejadian yang bertolak belakang, yaitu antara kesenangan yang dilampiaskan dengan kesombongan atau penderitaan  yang dilampiaskan dengan putus asa dan berkeluh kesah.

Setelah arena dunia ini selesai, masing2 pejuang akan mendapatkan imbalan dan balasannya, yaitu imbalan bagi pejuang yang melawan hawa nafsu adalah kebahagiaan yang tak terbayangkan sehingga modal yang diperlukan cukup hanya satu yaitu syukur tiada henti, tidak perlu lagi modal sabar. Sedangkan balasan bagi pejuang yang melayani hawa nafsu adalah penderitaan yang tak terkira, sehingga hadiah yang dimilikinya tinggal satu yaitu putus asa dan keluh kesah, sedangkan kesombongannya lenyap ditutupi oleh penyesalan yang tak berkesudahan.

(Gantira, 26 Maret 2016, Bogor)

Thursday 24 March 2016

"Pembagian Hukum"

Pada prinsipnya, hukum yang berlaku di dunia ini ada dua, yaitu:

1. Hukum yang mengatur alam semesta yang disebut dengan hukum alam.
2. Hukum yang mengatur perilaku manusia.

A. Hukum Alam

Hukum Alam dikenal juga dengan nama sunatullah. Hukum Alam ini berlaku bagi semua makhluk yang tinggal di bumi ini, baik itu makhluk hidup  (manusia, binatang dan tumbuh2an) maupun makhluk mati seperti laut, udara, gunung, tanah.

Hukum Alam ini dapat diketahui dengan melakukan penelitian terhadap alam tersebut. Sehingga dari hasil penelitian ini maka keluarlah nama2 hukumyang berlaku padanya.

Beberapa hukum yang sudah sangat umum digunakan itu di antaranya adalah

Hukum Peredaran benda-benda langit oleh Copernicus, bahwa Tatasurya beredar pada garis-garis yang teratur diatas langit;

Hukum Newton yang dikenal dengan Aksi Reaksi I, II dan III;

Hukum Termodinamika yang dikenal dengan Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika; Hukum Pertama Termodinamika
yang terkait dengan kekekalan energi. Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi; Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut.

Hukum Relativitas Einstein, dan banyak lagi nama2 hukum alam lainnya yang terus berkembang namanya sesuai dengan hasil penelitian pada zamannya. Semua Hukum Alam tersebut tidak pernah berubah.


2. Hukum Perilaku Manusia

“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

Dimana tujuan utama diciptakan jin dan manusia ini untuk beribadah kepada Allah. Hukum untuk mengatur perilaku manusia ini didapat bukan dari hasil penelitian atau renungan belaka, tapi hukum ini dikeluarkan langsung oleh Pencipta Alam semesta ini, yang disampaikan melalui manusia pilihan utusan-Nya yang kita kenal dengan Nabi dan Rasul.

Hukum yang mengatur perilaku manusia ini turun secara bertahap sesuai umat yang berlaku saat itu, dan hukum ini disempurnakan ketika nabi terakhir, Nabi Muhammad saw di utus ke dunia ini. Dan sejak hukum ini sempurna maka hukum ini berlaku bagi semua manusia sampai kiamat tiba.

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …”
[Al-Maa-idah: 3]

Secara prinsipil hukum yang mengatur manusia itu ada 5, yaitu wajib, sunnah, mubah, makhruh, dan haram.  Semua perilaku manusia yang masuk pada hukum2 di atas telah dijelaskan dalam Al-quran dan hadist.

Sedangkan perilaku lainnya yang tidak disebutkan dalam al-quran dan hadist diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan  apa yang sudah ditetapkan oleh keduanya, seperti hukum lalu lintas, hukum administrasi, dan hukum lainnya.

Jadi sudah sewajarnya, jika seseorang ingin bahagia dunia dan akhirat maka dia harus mempelajari, memahami dan mengamalkan hukum2 di atas sesuai situasi dan kondisi yang sedang kita alami.

(Gantira, 24 Maret 2016, Bogor)

Sunday 20 March 2016

"Orang2 yang Kondisinya Berbeda tapi Sama2 Mendapatkan Predikat Mulia"

"Orang2 yang Kondisinya Berbeda tapi Sama2 Mendapatkan Predikat Mulia"

Allah Maha Adil, salah satu contoh kemaha adilannya adalah bahwa setiap orang bisa mendapatkan predikat mulia walaupun dalam kondisi perbedaan yang sangat jauh.

Nabi Sulaiman adalah seorang manusia yang paling kaya di dunia, sebaliknya Nabi Isa adalah seorang manusia yang paling miskin di dunia. Namun walaupun keduanya berbeda kondisi, mereka berdua tetap termasuk manusia mulia di hadapan Allah.

Nabi Musa adalah seorang nabi yang perjuangannya dalam 
membimbing kaum bani Israel sangat berat dan penuh cobaan dari umatnya yang dikenal banyak yang membangkang, namun ternyata nabi Musa di surga nanti bertetangga dengan seorang pemuda yang tidak dikenal sama sekali pada masanya. Perjuangan orang itu hanyalah merawat sepasang babi yang ternyata adalah orang tuanya yang telah dikutuk oleh Allah. Namun karena baktinya pada orang tua, maka dia mendapatkan anugrah bisa bertetangga dengan nabi Musa di surga nanti.

Said bin Zaid dikenal sebagai salah seorang dari 10 sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga, selain ketekunannya dalam beribadah, beliau pun dikenal sebagai seorang sahabat yang dermawan dan murah tangan. Namun ternyata ada juga seorang lelaki anshar yang sama2 dijamin masuk surga, sehingga selama tiga kali pertemuan yang dihadiri Rasulullah, beliau bersabda bahwa ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.’ Setelah diselidiki oleh Abdullah bin Amr bin Ash, ibadahnya tidak ada yang istimewa. Kelebihannya yang menyebabkan dia masuk surga adalah tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.

Umar bin Khatab, merupakan salah seorang sahabat Rasulullah dan juga pernah menjabat sebagai seorang khalifah yang terkenal akan ketegasan, kezuhudan dan keadilannya sehingga masyarakat yang dipimpinnya dalam keadaan makmur. Namun ternyata Umar diminta oleh Rasulullah agar meminta doa kepada seorang pemuda yang bernama Uwais Al Qarni. Padahal Uwais Al Qarni adalah seorang pemuda yang lemah dan miskin bahkan awalnya banyak para tetangga yang menghinanya. Kelebihannya adalah bahwa ia adalah seorang yang sangat berbakti pada ibunya sehingga seandainya ia bersumpah pada Allah maka akan diperkenankan  yang ia minta.

Serta banyak lagi kisah2 lainnya yang memiliki posisi yang berbeda namun sama2 mulia di dihadapan Allah. 

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.[QS. Al-Hujurat (49) : 13]

Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad; “Wahai sekalian manusia, sesunggunya Tuhan kalian adalah satu, ayahanda kalian adalah satu, ingatlah..! tidak ada keutamaan lebih bagi orang arab atas selain mereka, tidak pula bagi non arab atas orang-orang arab, tidak pula yang berkulit merah lebih utama dari yang berkulit hitam tidak pula yang berkulit hitam lebih utama dari yang merah, tak lain yang membuat lebih utama melainkan karena taqwa”. (HR. Imam Ahmad)

Oleh karena itu, bagi siapapun yang ingin meraih kemuliaan di sisi-Nya, maka dalam kondisi apapun kita dapat meraihnya, yaitu dengan  berusaha bertaqwa kepada Allah sesuai kondisi yang kita jalani.

Semoga kita dapat meraih ketakwaan ini, sebelum kita meninggalkan dunia yang fana ini.  Aamiin..3x.. ya rabbal ‘alamin..

(Gantira, 20 Maret 2016, Bogor)

Tuesday 15 March 2016

"Perlombaan yang Adil dan Menguntungkan"

Perlombaan yang adil dan menguntungkan itu bukanlah perlombaan dalam mendapatkan kekayaan harta sebanyak2nya.

Karena berlomba dalam meraih harta sebanyak2nya tidak memiliki indikator dan aturan yang jelas.

Dimana ada orang yang sama2 rajin dan sama2 pekerja keras tapi menghasilkan kekayaan yang berbeda.

Bahkan pada beberapa kasus ada orang yang aktifitasnya hanya tidur dan makan tapi memiliki kekayaan yang jauh berlimpah daripada orang yang siang malam membanting tulang untuk sesuap nasi.

Perbedaan dua kondisi ini, bisa saja disebabkan oleh takdir yang berbeda2 pada setiap orang. Dimana ada orang yang ditakdirkan terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya sehingga sampai tujuh turunan pun tidak akan habis2, sedangkan di sisi lain ada juga orang yang ditakdirkan terlahir dari keluarga yang sangat miskin sehingga sampai tujuh turunan pun tetap mendapatkan warisan hutang orang tuanya.

Begitu juga ada orang yang terlahir dengan memiliki badan yang sehat, otak yang cerdas serta dari keluarga yang mampu sehingga dia bisa mengoptimalkan potensinya hingga dia bisa menjadi lebih kaya dari orang tuanya. Sebaliknya ada juga orang yang terlahir memiliki  badan yang sakit2an, otak yang sulit menerima pelajaran dan dari keluarga yang tidak mampu sehingga sulit mengembangkan ekonominya agar lebih maju dari kondisi orang tuanya.

Dalam cara mendapatkan kekayaan itu pun, banyak cara berbeda yang ditempuh oleh orang2, yaitu ada yang berprinsip asal berlimpah harta walaupun harus dengan cara ilegal dan menindas orang lain, namun ada juga orang yang mendapatkannya dengan prinsip berusaha yang legal dan tidak melanggar aturan agama.

Disamping itu, ada juga orang yang dengan mudahnya menemukan peluang serta tiap transaksi sering mendapatkan keuntungan yang besar, namun ada juga orang yang sangat sulit menemukan peluang dan saat ada peluang pun setelah transaksi malah membawa kerugian yang besar.

Jadi secara de fakta, rasanya tidak adil dan tidak menguntungkan kalau perlombaan manusia selama di dunia ini berdasarkan hasil kekayaan harta yang dimilikinya.

Lalu perlombaan apa yang adil dan menguntungkan yang bisa diikuti oleh semua orang tanpa kecuali selama hidup di dunia ini?

Sesungguhnya perlombaan yang dimungkinkan bisa diikuti oleh semua orang adalah perlombaan mengumpulkan amal kebajikan buat harta kekayaan di hari keabadian nanti.

Pengumpulan amal ini bisa diikuti oleh orang kaya maupun orang miskin, orang yang sehat maupun yang sakit, seorang pejabat ataupun rakyat biasa bahkan bisa diikuti oleh orang yang berumur panjang ataupun pendek.

Bagi orang kaya, dia bisa beramal dengan harta dan rasa syukurnya, sebaliknya bagi orang miskin dia bisa beramal dengan tenaga dan sikap sabarnya.  Namun resiko bagi orang kaya adalah sombong dan kufur nikmat dengan semakin mudahnya dia melakukan banyak maksiat, sedangkan bagi orang miskin resikonya adalah mudahnya putus asa dan menyalahkan takdir.

Bagi orang yang sehat bisa beramal dengan memperbanyak amal ibadah fisik, sedangkan bagi orang yang sakit bisa beramal dengan memperbanyak zikir lisannya. Namun resiko bagi orang sehat adalah semakin mudah dia melakukan kemaksiatan fisik  seperti bersenang2 di tempat hiburan malam yang menyediakan beragam kemaksiatan, sedangkan bagi orang sakit resikonya adalah semakin mudahnya dia melakukan kemaksiatan lisan dengan banyak mencela dan mengeluh dengan sumpah serapahnya yang tidak pada tempatnya.

Bagi seorang pejabat bisa beramal dengan memperbanyak perintahnya pada bawahan untuk melakukan amal kebajikan selain yang dilakukan oleh dirinya, sedangkan bagi rakyat biasa bisa beramal dengar taat pada pemimpin yang mengajak pada kebaikan serta mengajak pada sesamanya.  Namun resiko bagi seorang pemimpin adalah dia bisa juga mengajak kejelekan pada bawahannya, sedangkan rakyat biasa dengan mudahnya mengikuti ajakan kemaksiatan pimpinannya.

Bagi orang yang berumur panjang bisa mengumpulkan amal kebaikan sebanyak2nya sesuai dengan waktu panjang yang dimilikinya, sedangkan bagi orang yang berumur pendek bisa mengurangi kemungkinan dosa yang dilakukannya dikarenakan terbatasnya waktu yang dimilikinya. Sedangkan resiko bagi orang yang berumur panjang adalah semakin besarnya peluang untuk memperbanyak perbuatan dosa, sebagaimana resiko yang dimiliki oleh orang yang berumur pendek yaitu semakin kecilnya peluang untuk memperbanyak amal kebaikan yang bisa dilakukannya.

Dalam salah satu hadist  dinyatakan bahwa ada 7 orang yang mendapatkan naungan-Nya,

Telah Diriwayatkan,
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tujuh orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya: Seorang
pemimpin yang adil, Seorang pemuda yang menghabiskan masa mudanya dengan beribadah kepada Allah, Seorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, Lelaki yang diajak
seorang wanita yang cantik dan terpandang untuk berzina lantas ia berkata: "Sesungguhnya aku takut kepada Allah", Seorang yang menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, Seorang yang berzikir kepada Allah seorang diri hingga menetes air matanya."
( Hadis riwayat bukhari, abu dawud dan ibnu majah )

Dari hadist di atas, disebutkan bahwa peluang untuk mendapatkan naungan-Nya itu bisa menjadi salah seorang dari 7 golongan, yaitu:
1. Pemimpin yang adil; atau
2. Pemuda yang menghabiskan masa mudanya beribadah kepada Allah; atau
3. Seorang yan hatinya selalu terkait dengan masjid; atau
4. Dua orang yang saling mencintai kerana Allah, berkumpul kerana Allah dan berpisah kerana Allah; atau
5. Lelaki yang menjauihi zina ketika diajak melakukannya kerana takut kepada Allah; atau
6. Orang yang menyembunyikan sedekahnya; atau
7. orang yang menangis berzikir kepada Allah.

Semua pilihan di atas tergantung dari kemampuan yang kita miliki.

"Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (Qs.Al-Hadiid: 21)

"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."( Q.S Al-Baqarah : 148 )

Semoga kita termasuk orang yang senantiasa berlomba dalam kebaikan; yaitu bila kaya  termasuk orang yang bersyukur atau bila miskin yang bersabar; bila sehat yang senantiasa memperbanyak amal ibadah fisik atau bila sakit yang senantiasa memperbanyak ibadah lisan; bila seorang pejabat yang banyak mengajak kebaikan pada rakyatnya atau bila rakyat biasa yang memiliki pendirian kebenaran; bila orang yang berumur panjang sekaligus  banyak amal atau bila umur pendek yang sangat sedikit berbuat dosa.

Dan semoga kita juga termasuk salah satu dari 7 golongan orang  yang mendapat naungan-Nya di padang masyar nanti.

Aamiin..aamiin..aamiin.. ya rabbal ‘alamin

(Gantira,  15 Maret 2016, Bogor)

Friday 11 March 2016

"Menggapai Keinginan dan Harapan"



Apa yang paling diinginkan dan diharapkan dalam hidup ini?


Sebagian besar akan mengatakan bahwa yang paling membahagiakan dalam kehidupan ini  adalah memiliki keluarga yang sehat; hati yang tenang, senang, damai, lapang dan tidak resah; jauh dari musuh yang ditakuti; memiliki penghasilan yang cukup berlimpah bahkan mencapai passive income; jabatan yang tinggi; teman hidup yang setia dan menyenangkan; mempunyai kemampuan untuk melakukan segala sesuatu dengan tepat; serta banyak lagi keinginan dan harapan lainnya. Ringkasnya adalah bahwa kehidupan akan membahagiakan bila semua keinginan dan harapan tercapai.

Bagaimana cara agar semua keinginan itu tercapai?

Banyak upaya dan usaha yang telah dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Ada yang yang bekerja keras siang malam sehingga tak ada lagi waktu yang tersisa untuk keluarga ataupun untuk ibadah; ada yang pergi ke tempat-tempat hiburan baik yang menenangkan ataupun hiburan malam yang hingar bingar; ada yang berusaha mendekati orang yang berpengaruh dengan harapan mendapatkan salah satu jabatan yang diinginkannya atau agar terhindar dari musuh yang ditakutinya; adapula yang pergi ke dukun atau orang-orang pintar dengan harapan dapat memperoleh segala keinginan dengan cepat; serta banyak lagi usaha lainnya. Dengan berbagai usaha tersebut, kadang yang terjadi adalah permasalahan yang satu selesai namun timbul permasalahan lainnya yang sama bahkan lebih berat dari permasalahan yang ada.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha:124)

Apa solusi yang tepat untuk mencapai segala keinginan dan harapan dalam kehidupan ini?

Cara yang terbaik agar semua  ini tercapai adalah dengan cara berusaha mendekatkan diri kita pada Pemilik Alam Semesta ini sampai pada titik Dia mencintai kita, sehingga apapun yang kita inginkan dan harapkan dengan mudahnya dapat terwujud, bahkan yang kita dapatkan jauh melebihi apa yang kita idamkan tersebut.

Hal tersebut dapat kita lakukan dengan mengacu pada salah satu hadist qudsi, yaitu:
“Allah berfirman,’barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku telah menyatakan perang kepadanya. Tidak ada orang dapat mendekatkan hamba-Ku kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku cintai dariapa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku masih mendekati-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Maka, apabila Aku mencintainya, Aku akan menjadi telinganya yang mendengarkan, matanya yang melihat, tangannya yang memegang, dan kakinya yang berjalan. Apabila ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan permohonannya. Apabila ia meminta perlindungan niscaya Aku melindunginya. Aku tidak pernah ragu akan sesuatu yang Aku lakukan. Sesuatu yang membuat-Ku ragu akan diri orang mukmin adalah dia benci akan mati. Dan Aku benci kejelekannya. (HR Bukhari)

Dari hadist Qudsi di atas, dinyatakan bahwa bila Allah sudah mencintai seseorang maka beberapa kebahagiaan yang akan diperoleh oleh hamba-Nya adalah:
1. Allah akan menjadi pembela bila ada yang memusuhi hamba-Nya;
2. Allah akan menjadi pembimbing hamba-Nya terhadap apa yang didengarnya, dilihatnya, dilakukannya serta apa yang dijalankannya;
3. Allah akan mengabulkan segala permohonan hamba-Nya;
4. Allah akan menjadi pelindung hamba-Nya terhadap segala sesuatu yang menakutkan orang tersebut.

Sungguh bahagia hidup orang yang memperoleh cinta-Nya. Sehingga apapun yang diinginkan dalam kehidupan ini, akan dengan mudahnya dapat terpenuhi oleh Sang Pemilik Alam Semesta ini. Karena semua yang ada di langit dan di bumi, serta dunia dan akhirat adalah milik-Nya, tidak ada daya dan upaya yang dapat dilakukan oleh makhluk-Nya tanpa ada ijin dari-Nya. 

Untuk memperoreh cinta-Nya, maka berdasarkan hadist qudsi di atas, ada beberapa hal yang mesti kita upayakan dalam mendekati-Nya, yaitu:

1. Mengamalkan apa yang telah diwajibkan oleh-Nya

Allah sangat mencintai seorang hamba yang berusaha mendekati-Nya dengan jalan mengamalkan apa yang diwajibkan oleh-Nya serta menjauhi apa yang dilarang-Nya, yaitu dengan jalan melaksanakan rukun Islam (sahadat, shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu), mengimani rukun iman (iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari kiamat serta takdir yang baik dan buruk), serta beribadah kepada-Nya dengan ihsan (Ibadah bagaikan kita melihat-Nya atau berkeyakinan bahwa Dia selalu mengawasi kita)

2. Melaksanakan dengan apa yang telah di sunnahkan-Nya

Allah akan semakin cintai pada hamba-Nya bila dia semakin mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan yang apa disunnahkan-Nya, seperti salat-salat sunnah, puasa-puasa sunnah serta ibadah-iadah sunnah lainnya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Jadi bila ingin mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan ini, maka solusi terbaik adalah dengan semakin mendekatkan diri pada-Nya dengan melaksanakan apa yang telah diwajibkan oleh-Nya serta ditambah dengan melakukan apa yang telah disunnahkan-Nya. Disamping kebahagiaan di dunia ini, dijanjikan pula dengan tambahan kebahagiaan yang jauh lebih menyenangkan dan lebih kekal yaitu kebahagiaan mendapatkan surga-Nya di kehidupan abadi nanti.

“....Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Al-Baqarah:38)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl:97)

(Gantira, 11 Maret 2016, Bogor)