Monday 13 April 2020

Menuju "Lele Bumbu Bu Mayang"

Salah satu cita2 saya yaitu ingin jadi ibu rumah tangga saja. Ini terbersit saat saya sma. Soalnya saya lihat para ibu2 rumah tangga kayaknya enak sekali. Diam di rumah, main sama anak2, nyambut suami pulang kerja dan dapat uang deh... 😅😅😅

Setelah lulus S1, saya langsung menikah  dengan seorang laki2 yang dikenalkan oleh ibu saya. Satu bulan kemudian saya diboyong suami yang dapat tugas  belajar S2 di Australia. Sesuai harapan saya, saya hanya ingin jadi ibu rumah tangga alias pingin ikut  saja sama  suami kemanapun dia pergi.. 🤭🤭🤭

Saat suami studi di sana, suami iseng2 cerita bahwa dia ingin keluar dari kerjaan. Saya nganggap omongannya hanya bercanda saja jadi saya hiraukan. Saya gak ambil pusing dengan candaannya itu.

Setelah pulang ke Indonesia, suami kembali  lagi ke kantornya yang saat itu kerja di Kementrian Kelautan dan Perikanan yang kantornya di Jakarta.

Setahun kemudian, saya pulang jogja untuk nengok orang tua. Orang tua saat itu kangen sekali sama cucu2nya, saat saya mau balik jakarta ditahannya dan diminta untuk nerusin kuliah. Akhirnya dengan ijin suami  saya lanjutin kuliah di UGM walaupun salah satu opsi cita2 saya hanya ingin jadi ibu rumah tangga. Jadi kesimpulannya saya dan suami berpisah tempat tinggal.

Selama perpisahan itu, untuk menghilangkan kesendirian,  suami sibuk baca2 hadist, tafsir al quran dan buku2 ulama salaf. Nah suatu hari,  suami cerita lagi bahwa dia ingin keluar dari pekerjaannya karena ingin mengaplikasikan  apa yang ia pahami. Mendengar hal itu, saya langsung kaget dan langsung saya tolak karena kalau keluar kerja bagaimana nanti mencukupi kebutuhan sehari2, wong salah satu opsi cita2 saya hanya ingin jadi ibu rumah tangga bukan berkarir.. 😥😥😥

Suami tetap sabar dan mengurungkan niatnya untuk keluar. Setelah saya selesai kuliah dan balik Jakarta serta mulai hidup serumah dengan suami. Suami saya sedikit demi sedikit memberikan pemahaman bahwa rizqi itu yang menjamin adalah Allah, kita hanya ikhtiar saja sesuai kemampuan kita yang Allah ridhoi. Tapi saat itu saya tetap nolak dan gak setuju akan ide2nya itu.

Suatu hari, suami saya dinas luar. Saya mau mengecek air (kebetulan saat itu kami punya  sedikit tanah di seberang sungai yang sumber airnya jernih),  saat saya nyebrang sungai, saya terpeleset jatuh.

Dengan diseret air yang sangat deras, saat itu tidak adalagi harapan selamat. Yang teringat saat itu hanyalah pertolongan Allah. Lalu saya memohon kepada-Nya, kemudian ada tetangga yg kebetulan baru pulang dari kantor dan mendengar suara anak2 saya teriak minta tolong...

Alhamdulillah saya bisa selamat, saya ditolong oleh-Nya melalui perantara tetangga yang baru pulang tersebut.

Sejak saat itu, saya mulai tersadar bahwa yang dicari didunia ini hanyalah keberkahan. Sedangkan rizqi sudah Allah atur. Dan sejak kejadian itu akhirnya saya menyetujui suami untuk keluar dari pekerjaannya.

Suami saya punya prinsip bahwa dalam memutuskan hal yang sangat besar itu harus disetujui bersama2. Suami saya memiliki pemahaman kalau saya tidak setuju, suami merasa berjalan dengan kaki sebelah jadi akan susah berjalan cepat. Makanya suami saya bisa bersabar selama 6 tahun lebih untuk meyakinkan saya.

Nah setelah saya setuju, suami bikin surat pengunduran ke sesdit. Dan fotocopiannya, suami minta saya untuk ikut menandatangani agar gak ada lagi pertengkaran ke depannya karena semua itu diputuskan secara bersama2 bukan sebelah pihak.

Akhirnya suami resign dari PNS pada akhir Oktober tahun 2014. Setelah suami  keluar, suami saya tenang saja menghadapi tantangan dari keluarga besar suami dan keluarga besar saya karena yang suruh jawab adalah saya.. 😭😭😭

Akhirnya saya sibuk menjelaskan ke kedua belah pihak, suami bisa tidur nyenyak dan fokus pada impiannya.. 😅😅😅

Sejak suami keluar, lalu suami mulai mengolah tanah  yang kami punyai luasnya sekitar 230 m2. Tanahnya curam tak karuan. Tapi karena suami punya sebuah impian, akhirnya tanahnya diolah oleh suami sendiri. Suami saya setiap hari nyangkul tanah, ngaduk semen, nembok dan buat kolam.

Saya saat itu gak ngerti apa yang dilakukan oleh suami, sampai2 para tetangga keheranan tentang kegiatan suami yang tiap hari ke kebun. Suami mengolah tanah tersebut lamanya sekitar 3 tahun lebih, maklum semuanya dilakukan oleh suami sendirian. Karena yang punya pemikiran mau diapakan kebun itu adalah suami, yaaa sambil berhemat soalnya sudah gak ada lagi gaji bulanan.

Setelah 3 tahun lewat, alhamdulillah akhirnya wujud yang suami idam2kan itu terealisasi. Yaitu membuat kolam untuk gurame dan ikan lele di atas tanah  yang sebelumnya bertebing tak karuan.

Atas usulan suami, agar memiliki nilai tambah hasil produknya di olah menjadi bumbu dengan nama "Lele Bumbu Bu Mayang".

Yang  dijadikan target pasar oleh suami saya adalah
1. Orang2 yang sudah mengenal karakter suami saya yang otomatis teman2nya
2. Orang2 yang mengenal tentang kualitas ikan sesuai dengan tempat kerja suami dulu
3. Orang2 yang sebelumnya tidak suka lele.

Alhamdulillah, karena rizqi dari Allah kemudian kesabaran dan keuletan suami. Sedikit demi sedikit langganan yang menyukai Lele Bumbu ini semakin bertambah. Orang yang sebelumnya gak suka ikan lele, saat mencoba lele Bumbu Bu Mayang, mereka akhirnya jadi langganan.

Konsep yang ingin dibawa oleh suami adalah konsep integrated farming.

Kalau integrated farming yang banyak saat ini adalah beternak  kambing/sapi dan rerumputan. Namun karena lahan yang dipunyai tidak luas dan bukan bidang suami saya, maka suami mencoba menerapkannya pada perikanan.

Sama2 metode integrated tapi beda objek. Yang satu objeknya rumput, sapi, kambing & restoran. Sedangkan di My Minifarm tanaman air lemna,  kunyit, lele , "Lele Bumbu Bu Mayang" dan sayuran lainnya 😊😊😊

Awal2 saya sering down...tapi saya sering ingat    Mbo yang suka bantu ibu yg ga biasanya sholat di mesjid ( ketika itu saya belum tau kalau perempuan lebih utama di rumah) saya tanya:  wah tumben sholat ning mesjid? Jawabnya: yo iyo mba...ning dunyo wis rekoso, ojo nganti neng akhirat yo rekoso katanya sambil..😁😁😁😁

Setelah suami saya keluar justru keajaiban2x yang terjadi yg tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Saya bisa lunasin rumah, umroh, dan perbaiki rumah sekaligus buat ruang pengolahan.

Tapi intinya yang sekarang saya pahami bahwa rizqi itu datangnya dari Allah, kita hanya berihtiar sesuai dengan yang mampu dilakukan dan yang Allah ridhoi. Ikhtiar tetap, tapi jangan sampai ikhtiar itu lah yang membuat kita pusing.

Ikhtiar sebagai sarana. Tapi yakin itu bukan jalan satu2nya untuk mendapat rezeki Allah. Terus berdo'a atas ikhtiar yg kita lakukan. Tapi siap ridho dengan kemungkinan terburuk. Yakin sesungguhnya Allah maha mengetahui jalan yang terbaik buat kita...

Gitu aja ya..

===
Cerita Mayang, 11 April 2020, Ditulis untuj mengiai pada Sesi Diskusi di Grup Wa Islamic Multitasking Mom