Tuesday 23 August 2016

"Cerita Aku dan Sahabatku"

Sehabis shalat Isya, ku berbincang2 sejenak dengan seorang sahabat yang senantiasa  menjadi imam shalat di mushala dekat rumahku.

Dia cerita bahwa sejak dia keluar dari tempat kerjanya dan sekarang kerja mandiri. Dia lebih banyak doa yang selanjutnya diikuti tawakal kepada Allah. Dia tidak lagi memusingkan diri dengan apa yang akan terjadi, yang penting gerak dan memohon pada Allah dengan senantiasa berzikir dengan salah satu nama-Nya Ar-Rozak. Alhamdulillah, rizqi selalu ada. Dan seakan2 Allah menggerakkan orang2 yang dia ditawari membeli barangnya.

Sahabatku ini bercerita bahwa dia sudah tidak lagi terlalu mengandalkan lagi logika2 yang hanya akan membuatnya makin resah. Dimana kalau menggunakan logika, teramat banyak saingan yang jauh lebih unggul dari dirinya yang bisa saja akhirnya membuat dia putus asa. Namun dengan menggunakan sikap tawakal, semuanya berjalan dengan lancar sesuai kebutuhan.

Sahabatku ini bercerita, bahwa sebenarnya dalam kehidupannya dulu banyak sekali keajaiban2 yang terjadi  akibat dari hasil sebuah doa. Namun sayangnya seringkali setelah semua doa terkabul, kita lupa akan kekuatan doa tersebut, dan lebih mencondongkan bahwa semuanya berkat usaha dan kerja keras yang sesuai dengan logika yang ada.

Sejak dirinya usaha mandiri, dia sekarang seakan2 mulai tersadar kembali akan kekuatan doa ini. Namun sayangnya, istrinya masih menggunakan logika kehidupan sehingga sering resah dan menghubung2kan kehidupan ini dengan logika yang ada. Dan selalu khawatir tentang kehidupan mendatang. Melihat hal ini, awalnya sahabatku ini ikut terguncang juga dengan kegelisahannya. Tapi tetap berusaha untuk menepis kegelisahan yang tiba2 timbul dengan menguatkan dan mengandalkan diri pada doa dan tawakal. Dan menyadari bahwa tingkat pemahaman seseorang itu seringkali berbeda satu sama lain.

Sahabatku ini mengatakan juga, bahwa salah satu keberuntungan yang dimilikiku adalah memiliki seorang istri yang memiliki pemahaman yang sama dengan diriku sehingga efek kegelisahan seorang istri tidak terlalu berefek pada diriku.

Mendengarkan ucapannya, aku mengatakan bahwa salah satu keberuntungan diriku memiliki pemahaman yang hampir setingkat karena kami tiap pagi senantiasa sama2 mendengarkan ceramah  sehingga pemahaman kami pun hampir sepaham tentang ajaran Islam. Disamping itu, putri terbesarku pun akhirnya menyukai juga ceramah yang senantiasa kami perdengarkan itu. Padahal awalnya, putriku ini tidak terlalu menyukainya.

Saat tiba di rumah, aku ceritakan seputar obrolan diriku dengan sahabatku ini. Lalu isteriku pun cerita juga bahwa dulu kehidupannya pernah merasakan sebuah kebosanan. Saat mengambil S1, target adalah S2.  Lalu target selanjutnya adalah kerja dan kerja.

Namun dalam perjalanan hidupnya, terutama saat kerja dan juga saat mengambil S2 baru tersadar bahwa kehidupan ini sangat membosankan. Dimana semuanya hanya mengejar target dunia yang seakan2 dapat ditebak selanjutnya akan kemana dan mau kemana.

Saat menyelesaikan tesisnya yang membuatnya pusing tujuh keliling, dia tersadarkan oleh ucapan salah seorang pembimbingnya bahwa semua ini hanya sebuah permainan belaka. Jadi jangan terlalu serius mempertahankan ide yang ada. Ikutilah perkembangan lalu sesuaikan dengan kebenaran umum yang terjadi saat itu. Mendengar ucapan dosen pembimbingnya tersebut, isteriku mulai tersadar bahwa apakah hanya untuk sebuah permainan saja kita harus serius dan sepusing itu?

Isteriku sering memperhatikan dosen pembimbingnya ini yang sangat sibuk mengikuti pertemuan dari satu rapat  ke rapat yang lain. Isteriku mulai mempertanyakan, ternyata itu pun hanya sebuah permainan kehidupan. Namun apakah sebuah permainan itu harus mengorbankan kehidupan yang lebih penting sehingga pelaksanaan shalat pun harus dilakukan pada waktu2 yang mepet yang waktunya hampir memasuki waktu shalat selanjutnya.

Isteriku pun mulai mengingat kembali saat dia bekerja di sebuah instansi dan menyambi juga sebagai salah satu dosen homorer ditempati kuliah S1nya. Dia melihat bahwa banyak teman2nya saat di tempat kerja nampak sibuk dan serius di depan komputernya masing2, namun kalau diperhatikan dengan seksama ternyata banyak diantara mereka yang sibuk dan serius dalam berchatting ria dan  main game. Sedangkan pekerjaan kantor yang sesungguhnya tidaklah terlalu sering terjadi.

Menjalani kehidupan seperti itu, saat itu istriku merasakan bahwa kehidupan ini sangat membosankan. Seiring dengan berjalannya waktu, dan mulai berkumpul kembali denganku. Isteriku mulai memahami sesuatu yang lain, apalagi saat diriku sering berdiskusi dengannya terkait ajaran Islam disamping rutin tiap pagi mendengarkan ceramah dari Ustadz Khalid Baslamah yang sering aku download. Isteriku memahami bahwa ternyata dirinya masih jauh dari yang sebenarnya harus dikejar, yaitu terkait bagaimana shalat yang baik, bagaimana cara menyikapi hidup yang baik, serta apa saja yang seharusnya dilakukan untuk bekal kehidupan abadi nanti.

Sejak saat ini baru terasa bahwa hidup ini terasa dinamis. Hidup ini bukanlah sekedar permainan belaka, namun ada sesuatu yang harus kita persiapkan dalam menyongsong kehidupan yang sebenarnya. Hidup ini harus selalu disertai dengan doa, tawakal, sabar dan syukur agar semua yang kita lakukan ada nilai di sisi-Nya.

Mendengarkan semua uraian isteriku ini, hatiku pun tersenyum bahagia. Ternyata sekarang isteriku lebih memahami makna kehidupan melebihiku. Dari obrolan dengan isteriku ini, aku baru teringat ada satu yang lupa aku sampaikan pada sahabatku bahwa salah satu sebab isteriku memiliki pemahaman yang hampir setara denganku adalah karena hasil sebuah doa. Dimana dalam setiap doaku senantiasa kupanjatkan salah satu doa agar diberi pemahaman agama yang baik padaku, isteriku dan anak2ku serta berdoa agar dapat mengamalkannya dengan sabar dan tekad yang kuat sampai berkumpul kembali di kehidupan abadi nanti.

Sedangkan jawaban yang terlanjur diucapkan pada sahabatku tentang  sebab mendengarkan ceramah, itu hanyalah sebagai salah satu sarana saja untuk terwujudnya doa yang kupanjatkan.

( Gantira, 24 Agustus 2016, Bogor)

Sunday 7 August 2016

"Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 5 Selesai)"

Untuk tulisan "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 4)"  dapat dibaca di http://sudutpandang2.blogspot.co.id/2016/08/kenalilah-rizqi-kita-bagian-4.html?m=1

Ada beberapa waktu, keadaan, dan tempat dimana berdoa ketika itu sangat mustajab, diantaranya adalah:

- Malam Lailatul Qadr
Dalil yang menunjukkan bahwa malam lailatul qadr waktu mustajab untuk berdoa adalah firman Allah Ta’ala di surah Al Qadr, dan hadis Aisyah radhiallahu ‘anha ketika ia berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku apa yang akan aku ucapkan jika aku mengetahui malam Lailatul Qadr?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah:
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻔُﻮٌّ ﻛَﺮِﻳْﻢٌ ﺗُﺤِﺐَّ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻓَﺎﻋْﻒُ ﻋَﻨِّﻲْ
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Pemaaf dan Maha Pemurah. Engkau suka memaafkan, maka ampunilah aku.” (HR. Tirmidzi dan ia menshahihkannya, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

- Sepertiga Malam Terakhir
 Amr bin Anbasah meriwayatkan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Waktu yang paling dekat Allah kepada seorang hamba adalah pada malam yang terakhir. Oleh karena itu, jika kamu sanggup berada pada waktu itu sebagai orang yang berdzikir kepada Allah, maka lakukanlah.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Khuzaimah, Nasa’i, dan Hakim).

- Akhir Shalat Fardhu
Hal ini berdasarkan hadis Abu Umamah al-Bahiliy, bahwa ia berkata: Ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, doa mana yang lebih mustajab?” Beliau menjawab, “Di malam yang terakhir dan akhir shalat fardhu.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

- Antara Azan dan Iqam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdoa tidaklah ditolak antara azan dan iqamat.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

- Ketika  Perang
Abu Dawud meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua yang tidak ditolak atau jarang sekali ditolak, yaitu berdoa ketika azan (antara azan dan iqamat) dan ketika perang, yakni ketika kedua pasukan bercampur baur.” (HR. Abu Dawud dan Darimi, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Al Hafizh berkata, “Hadis hasan shahih.”)

- Satu waktu di hari Jumat
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari Jumat (siangnya) ada 12 waktu, tidak ada seorang hamba yang muslim meminta kepada Allah sesuatu kecuali akan diberikan, maka carilah saat tersebut di waktu terakhir setelah shalat ‘Ashar.” (Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i dan Hakim, ia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi)

- Ketika meminum air zamzam disertai dengan niat yang baik
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Air Zamzam itu sesuai maksud meminumnya.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwaa’ no. 1123, ash-Shahiihah no. 883, dan Shahihul Jami’ no. 5378)

- Ketika Sujud
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan yang paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah berdoa (ketika sujud).” (HR. Muslim)

- Ketika bangun dari tidur di malam hari setelah berdzikir dengan dzikir tertentu yang ma’tsur
  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang bangun di malam hari, lalu ia mengucapkan,

ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ، ﻟَﻪُ ﺍﻟﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟﺤَﻤْﺪُ، ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ، ﺍﻟﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ، ﻭَﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ، ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ، ﻭَﻻَ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻻَ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪ

( tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Mahasuci Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Allah Mahabesar dan tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.)
Kemudian ia berkat
ْ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ،  

(Ya Allah, ampunilah aku). Atau ia berdoa, maka akan dikabulkan, dan jika ia berwudhu dan shalat, maka akan diterima shalatnya.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi)

- Doa Orang yang Tidur Dalam Keadaan Suci dan Membaca Dzikir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada seorang muslim yang tidur setelah berdzikir dan dalam keadaan suci, lalu ia bangun di malam hari, kemudian meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, kecuali Allah akan memberikannya.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

- Ketika Berdoa dengan Doa “Laailaahaillaa anta subhaanaka inniy kuntu minazh zhaalimiin.”
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa Dzun Nuun ketika berdoa dalam perut ikan adalah,

ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺇِﻧِّﻲ ﻛُﻨْﺖُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ،

 (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim).

Sesungguhnya tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengannya kecuali Allah akan kabulkan.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

- Doa yang Dilakukan Beriringan Setelah Wafatnya Seseorang
 Ummu Salamah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui Abu Salamah. Saat itu, matanya terbelalak, maka Beliau segera memejamkannya, kemudian Beliau bersabda: “Sesungguhnya ruh itu apabila dicabut, maka akan diikuti oleh penglihatan.” Maka keluarganya panik, lalu Beliau bersabda, “Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali yang baik, karena para malaikat mengaminkan ucapan kalian.” Kemudian Beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah Abu salamah. Tinggikanlah derajatnya di tengah-tengah orang yang mendapat petunjuk, gantikanlah ia pada keturunannya di tengah-tengah orang yang hidup, ampunilah kami dan dia wahai Rabbul ‘alamin, luaskanlah kuburnya dan berilah cahaya di dalamnya.” (HR. Muslim)

- Berdoa setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di tasyahhud akhir
 Fudhalah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang melakukan shalat, ia mengagungkan Allah, memuji-Nya dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdoalah, engkau akan dikabulkan, dan mintalah, maka engkau akan diberi.” (HR. Nasa’i, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

- Ketika berdoa dengan menggunakan Ismulllahil a’zham (Nama Allah Yang Agung)

Dari Anas, bahwa ia pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan duduk, sedangkan ketika itu ada seorang yang shalat, lalu ia berdoa,
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﺑِﺄَﻥَّ ﻟَﻚَ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ، ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﻤَﻨَّﺎﻥُ، ﺑَﺪِﻳﻊُ ﺍﻟﺴَّﻤَﻮَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ، ﻳَﺎ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﻠَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟْﺈِﻛْﺮَﺍﻡِ، ﻳَﺎ ﺣَﻲُّ ﻳَﺎ ﻗَﻴُّﻮﻡ

(Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, karena milik Engkau segala pujian, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Maha Pemberi, Engkau yang menciptakan langit dan bumi. Wahai yang memiliki kebesaran dan kemuliaan, wahai Yang Maha Hidup lagi sendiri mengurus makhluk-Nya.)

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, dia telah berdoa dengan nama Allah Yang Agung (ismullahil a’zham), yang apabila seseorang berdoa dengannya Dia akan mengabulkan, dan apabila meminta dengannya, maka Dia akan berikan.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

- Doa Seorang Muslim untuk Saudaranya yang Muslim
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa orang muslim untuk saudaranya tanpa di hadapannya adalah mustajab. Di dekatnya ada malaikat yang diserahkan (untuknya). Setiap kali ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diserahkan untuknya berkata, “Amin (artinya: kabulkanlah ya Allah),” dan kamu memperoleh hal yang sama.” (HR. Muslim)

- Doa pada Hari Arafah di Arafah
  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari ‘Arafah, dan sebaik-baik apa yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah, “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (HR. Tirmidzi dan Malik, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

-  Doa orang yang terzalimi kepada orang yang menzalimi, Doa orang tua terhadap anaknya serta Doa musafir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Ada tiga doa mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu: doa orang yang terzalimi, doa musafir, dan doa orang tua terhadap anaknya.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

- Doa Orang yang Berpuasa Ketika Berbuka
  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki doa yang tidak ditolak ketika berbuka.” (HR. Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Al Hafizh Ibnu hajar dalam takhrijnya terhadap Al Adzkar 4/342)

- Doa Orang yang Banyak berdzikir
  Rasulullah shallallahhu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Ada tiga doa yang tidak ditolak, yaitu doa orang yang banyak berdzikr kepada Allah, doa orang yang terzalimi, dan doa imam yang adil.” (HR. Baihaqi dalam Asy Syu’ab, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah no. 1211).

Disarikan dari berbagai sumber

(Gantira, 8 Agustus 2016, Bogor)

Saturday 6 August 2016

"Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 4)"

Untuk tulisan "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 3)" Bisa dibaca di
http://sudutpandang2.blogspot.co.id/2016/08/kenalilah-rizqi-kita-bagian-3.html?m=1

Apakah makna sebenarnya dari Doa dan syarat apa saja agar doa kita terkabul?

Makna dasar dari Doa adalah berkomunikasi langsung atau istilah gaulnya adalah curhat. Jadi makna berdoa kepada Allah adalah bahwa kita sedang berkomunikasi langsung dengan  Allah.

Bila kita memahami makna komunikasi ini, maka kita akan menyadari bahwa doa ini adalah suatu kejadian yang sangat besar, yaitu kita sedang berkomunikasi dengan Tuhannya manusia, jin, malaikat serta Tuhannya semua makhluk di alam semesta ini.

Sebagai contoh sederhana, bagaimana bila kita berkomunikasi dengan seorang Bupati, Gubernur atau Presiden, mungkin kita akan berapi2 dan benar2 mempersiapkan diri degan sebaik2nya. Apalagi bila kita berkomunikasi dengan Rajanya para raja di alam semesta ini, semestinya kita semakin meresapinya.

Ada sebuah kisah yang luar biasa tentang aplikasi pemahaman akan komunikasi dengan Allah ini, yaitu kisah seorang ulama Tabi'in yang bernama  Sa'id bin Al–Musayyib.

Suatu hari, setelah shalat, dia berzikir di depan kabah, tidak berapa lama datang mendekat kepadanya seorang  khalifah  sambil mengucapkan salam  lalu Sa'id bin Al–Musayyib menjawab salam itu tanpa berbalik menghadap khalifah. Khalifah mengulang kembali ucapan salam kepadanya dan Sa'id pun menjawab salam itu tanpa berbalik sedikit pun. Kemudian yang ketiga kalinya, Khalifah mengucapkan salam lagi, dan  Sa'id bin Al–Musayyib menjawab salam itu lalu setelah menyelesaikan dzikirnya dengan tenang berbalik menghadap  Khalifah sambil bertanya "Ada apa wahai Amirul Mukmin?"

Khalifahpun berkata dan menanyakan kepadanya apakah ada kebutuhan dunia yang bisa dia penuhi, apakah ada hutang yang bisa dia bantu membayarkannya atau permintaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Lalu Sa'id bin Al–Musayyib  berkata, "Sebelum saya menyampaikan hajat saya, bolehkah saya menjelaskan kenapa saya tidak berbalik saat khalifah mengucapkan salam padanya?" Khalifah pun mengiyakan, dia pun sebelumnya terbersit mempertanyakan hal itu dalam batinnya.

Lalu Sa'id bin Al–Musayyib menjelaskan bahwa saat itu dia sedang berkomunikasi dengan Raja semua makhluk di alam semesta ini, jadi rasanya malu kalau memutuskan komunikasi dengan-Nya  hanya karena dipotong  oleh rajanya sebagian manusia.

Mendengar jawaban itu, khalifah terdiam malu. Lalu  Sa'id bin Al–Musayyib berkata, "Mengenai tawaran Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa saya sekarang berada di rumah Raja pemilik dunia dan langit serta seisinya, dan selama berada di sini dia tidak sedikitpun meminta dunia kepada-Nya, bagaimana mungkin dirinya meminta dunia pada orang yang tidak memiliki dunia".

Mendengar jawaban itu, Khalifah pamit mundur dengan malu dan berkata pada pengawalnya bahwa Sa'id bin Al–Musayyib adalah orang akhirat.

Itulah pemahaman yang luar biasa  dipahami oleh Sa'id bin Al–Musayyib , sehingga saat berkomunikasi dengan-Nya dia sangat khusu dan merasa sedang berhadapan dengan Dzat Yang Maha Agung.


Dalam kisah lain, Hasan  ra, cucunya Rasulullah, bila subuh tiba mukanya merah penuh ketakutan.  Beliau ditanya kenapa bisa seperti itu, lalu dia menjawab bahwa dirinya sebentar lagi akan memasuki rumah Tuhan Alam Semesta.

Jadi kalau kita memahami dengan baik akan makna doa ini, maka kita berdoa tidak seperti rutinitas saja yang hanya komat kamit bagai berkumur tanpa memahami makna doa yang kita baca.

Dalam surat al-Mu'min ayat 60 disebutkan:

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [berdoa kepada-Ku] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS al-Mu’min/40: 60)

Dari ayat di atas para ulama terdahulu sangat memahami bahwa barangsiapa yang menggantungkan hajatnya hanya kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya dan barangsiapa yang menggantungkan diri kepada selain-Nya maka urusannya akan bercerai berai.

Bahkan sebagian ulama saat sandal jepitnya terputus pun mereka meminta gantinya kepada Allah. Ini memang tampak sepele, tapi ini menunjukkan katauhidan yang benar2 tergantung kepada Allah.

Dan Allah pasti akan  menjawab doa semua hamba-Nya. Namun seringkali jawaban itu berupa sinyal2 yang mengharuskan seorang hamba ikut berikhtiar. Sebagai contoh, seorang hamba memohon rizqi, maka Allah memberikan sinyal yang bisa saja berupa kedatangan seseorang yang menawarkan kerja sama bisnis atau hal lainnya yang bisa menjadi perantara datang nya rizqi kepadanya, sehingga kita tinggal memilih jalan mana yang ingin kita lalui.

Ada beberapa syarat agar doa kita dikabulkan oleh Allah Swt, yaitu:

1. Dengan penuh keikhlasan

Yaitu kita tulus berdoa hanya  hanya kepada Allah, bukan kepada selain-Nya atau mengharapkan pujian manusia.

Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT pada  surat Al-A'raf ayat 29:

"Katakanlah, 'Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata2 hanya kepada-Nya..."

Pertanyaannya adalah bagaimana supaya bisa ikhlas?

Ada dua cara untuk kita agar kita bisa menguatkan keikhlasan kita, diantaranya adalah:

a. Meyakini bahwa bila kita tidak ikhlas berarti riya

Ini artinya bahwa pasti doa kita tidak akan diterima bahkan berdosa. Sehingga waktu beberapa menit yang kita luangkan untuk berdoa terbuang sia2.

b. Rajin rajinlah menyembunyikan amal ibadah kita

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.”  (Hr Muslim)

Mengasingkan diri berarti amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain.

Ibnul Mubarok mengatakan, “Jadilah orang yang suka mengasingkan diri (sehingga amalan mudah tersembunyi, pen), dan janganlah suka dengan popularitas.”

Az Zubair bin Al ‘Awwam mengatakan, “Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan sholihnya, maka lakukanlah.”

Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.”

Sebagaimana kisah Daud bin Abi Hindi berpuasa selama 40 tahun dan tidak ada satupun orang, termasuk keluarganya yang mengetahuinya. Ia adalah seorang penjual sutera di pasar.
Di pagi hari, ia keluar ke pasar sambil membawa sarapan pagi. Dan di tengah jalan menuju pasar, ia pun menyedekahkannya. Kemudian ia pun kembali ke rumahnya pada sore hari, sekaligus berbuka dan makan malam bersama keluarganya.

Jadi orang-orang di pasar mengira bahwa ia telah sarapan di rumahnya. Sedangkan orang-orang yang berada di rumah mengira bahwa ia menunaikan sarapan di pasar.

Atau sebagaimana kisah Ali bin Al Husain bin ‘Ali. Beliau biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari. Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,
“ Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla. ”

Penduduk Madinah tidak mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makan. Tatkala ‘Ali bin Al Husain meninggal dunia, mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap malamnya. Di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam hari.

2. Berdoa dengan khauf (rasa takut dan harap)

Sebagaimana dalam firman-Nya surat Al-'raf ayat 56:

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."


Yaitu kita berdoa dengan rasa takut akan tidak terkabul Nya doa doa kita karena banyaknya dosa2 yang telah kita lakukan, serta sekaligus kita sangat berharap agar semua doa yang kita panjatkan dikabulkan-Nya.

3. Menggunakan dengan nama2 (sifat2) Allah

Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat al-'araf ayat 180:

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." [QS. Al A'raaf : 180].

4.  Tidak meminta yang haram

Berdoa tidak untuk dosa ataupun memohon sesuatu yang dilarang, sebagaimana hadis berikut:

“Senantiasa dikabulkannya doa seorang hamba selama ia berdoa tidak untuk dosa atau memutuskan kekeluargaan,” (HR. Muslim dan Tarmidzi).

5.  Tidak tergesa2.

Hendaknya janganlah mengucapkan, 'Aku sudah berdoa dan berdoa berkali-kali, tetapi belum dikabulkan juga oleh Allah.' Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

 “Dikabulkan doa salah seorang di antara kalian, selama tidak terburu-buru. Dia berkata: aku sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan,” (HR. Muslim).

6. Jauhi makanan dan pakaian haram

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:

 “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. Maka, Allah Ta’ala berfirman, ’Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan’  (al-Mu’minûn/23 ayat 51) dan Allah Ta’ala berfirman,’Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik yang Kami berikan kepada kamu’ (al-Baqarah/2 ayat 172)

kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan orang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?”


Bagaimanakah tanda terkabulkannya doa kita?

Dalam sebuah hadist riwayat imam Ahmad dari Abu Said al-Khudri Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: (1) Allah akan segera mengabulkan do’anya, (2) Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan (3) Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian.” (HR. Ahmad 3/18).

Jadi ada 3 bentuk terkabulkannya sebuah doa, yaitu:

1.  Allah berkata "ya' dan Dia mengabulkan apa yang kita inginkan (Diperkenankan Langsung)

Apabila seseorang berdo'a, dan apa yang dimintanya itu memang ada manfaatnya, maka sudah jelas Allah Swt akan mengabulkannya.

Allah Subhanahuwata'ala berfirman:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
(QS.Al- Baqarah :186)

2. Allah berkata "tunggu" dan Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita asalkan kita mau bersabar dan tawakal (Ditunda)

Adakalanya Allah Swt tidak segera mengabulkan do'a kita. Artinya bahwa Allah swt menundanya dan mengabulkannya pada suatu waktu yang dikehendakiNya.

Tertundanya pengabulan do'a ini janganlah kiranya menyebabkan keputus-asaan. Waktu kabulnya do'a ini dapat terjadi kapan saja karena kehendakNya.

a. Ditunda dan dikabulkan di Dunia

Allah Swt menjamin mengabulkan do'a kita, tetapi Allah maha mengetahui apa yang lebih bermanfaat dan kita perlukan saat ini. Allah senantiasa akan mengabulkan do'a kita pada waktu yang pas (tepat) menurutNya. Karena Allah yang mengetahui; apakah permintaan kita saat ini mendatangkan manfaat atau mudarat bagi kita.

b. Ditunda dan diabulkan di Akhirat

Adakalanya Allah swt menunda do'a kita dan disimpan untuk dikabulkan di Akhirat. Karena Allah lebih mengetahui bahwa hal itu lebih baik diberikan di akhirat daripada di dunia.

Diriwayatkan bahwa di akhirat nanti ada seseorang yang terkejut menerima sejumlah karunia yang tidak dikira-kira banyaknya dan tidak sesuai sekali dengan amal ibadahnya dikala dia hidup di dunia.

Diapun bertanya kepada Allah: "Wahai Tuhan, darimana ini semua?". Allah menjawab, "Bukankah Aku telah memerintahkan engkau agar meminta kepadaKu apa saja di dunia ?", dan orang itu berkata, "Betul ya Tuhanku." Maka Allah menerangkannya "Apa yang engkau mohonkan di dunia itu adalah baru sedikit, Kuberikan kini sisanya. Kuserahkan di akhirat," akhirnya orang itu berkata, "Alangkah baiknya jika sekiranya Tuhan memberikan segala yang kuminta itu di akhirat saja, tidak usah di dunia."

3. Allah berkata "tidak" dan Dia akan memberikan kita sesuatu yang lebih baik dari do'a kita (Diganti Dengan yang Lain)

Selain diperkenankan langsung dan ditunda, maka Allah juga bisa mengganti kabulnya do'a kita dengan yang lain.

Penggantian tersebut agaknya ada 2 macam, yaitu:

a. Dipalingkan dari kesusahan/keburukan

Seperti yg dijelaskan dalam HR.Ahmad: ".... Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.”

b. Dihapuskan dari dosa

“Tidak seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan. Pengabulannya itu bisa segera didunia ini, dan bisa juga ditangguhkan di akhirat kelak, atau bisa juga digantikan dengan pengampunan dosa sesuai dengan kadar doanya itu, dengan syarat ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa, atau memutus tali silaturahim, atau isti’jal (menuntut segera terkabul)”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti’jal itu?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berkata, “Aku telah berdoa kepada Robku, namun belum juga dikabulkan” (HR. Ath-Thirmidzi)

Sekali lagi kita coba merenungkan firman Allah:

"..... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS.Al-Baqarah:216)

Waktu, keadaan  dan dimana sajakah saat2 yang mustajab dalam terkabulnya doa? Untuk jawaban pertanyaan ini ada pada tulisan selanjutnya dengan judul "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 5)"

Disarikan dari Ceramah2 Dr Khalid Baslamah dan sumber lainnya.

(Gantira, 7 Agustus 2016, Bogor)

Tuesday 2 August 2016

"Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 3)"

Untuk tulisan "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 2)" bisa dibaca di
http://sudutpandang2.blogspot.co.id/2016/07/kenalilah-rizqi-kita-bagian-2.html?m=1


Kiat - kiat apa sajakah yang dapat menambah rizqi kita?

Beberapa kiat untuk menambah limpahan rizqi pada kita, diantaranya adalah:

1. Syukur

Ucapkanlah selalu kata alhamdulillah sebagai bentuk syukur atas segala rizqi yang kita dapatkan.

Sebagaimana dalam salah satu ayat--Nya, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)

Ucapan syukur ini harus diucapkan dalam berbagai kegiatan yang sedang kita lakukan. Sehingga para ulama salaf senantiasa mengucapkan dzikir alhamdulillah dalam setiap langkah dan nafasnya. Karena mereka paham bahwa dengan banyak bersyukur akan mempertahankan nikmat yang ada dan menambahnya.

Qs. Al-Ankabut (29) ayat 17

"Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan."

2. Berinfaq

Banyak orang yang beranggapan bahwa kekayaan itu bisa didapat dengan memperbanyak tabungan. Padahal dalam islam, kekayaan itu akan bertambah banyak jika kita sering berinfak.

Sehingga pangkal kaya itu bukanlah menabung tapi berinfak.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda:

“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993)

Sebagaimana kisah yang disabdakan oleh Rasulullah:

“Ketika ada seorang sedang berjalan di sebuah padang yang luas tak berair dan sunyi, tiba-tiba dia mendengar suara dari awan, ‘Siramilah kebun si fulan!’ maka awan itu menepi (menjauh) lalu menumpahkankan airnya di tanah dengan bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air yang telah dipenuhi dengan air. Maka ia menelusuri (mengikuti) jalannya air tersebut. Ternyata ada seorang laki-laki yang sedang berada di kebunnya, dia sedang mengalirkan air dengan menggunakan cangkulnya. Kemudian dia bertanya, ‘Wahai hamba Alloh, siapakah nama anda?’ dia menjawab, ‘Fulan.’ Sebuah nama yang didengar dari suara di awan tadi. Kemudian orang itu balik bertanya, ‘Mengapa anda menanyakan namaku?’ dia menjawab, ‘Saya mendengar suara dari awan yang ini adalah airnya, mengatakan ‘Siramilah kebun si fulan!’ yaitu nama anda. Maka apakah yang telah anda kerjakan?.’ Dia menjawab, ‘Karena anda telah mengatakan hal ini maka akan saya ceritakan bahwa saya memperhitungkan (membagi) apa yang dihasilkan oleh kebun ini; sepertiganya saya sedekahkan; sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga dan sepertiganya lagi saya kembalikan lagi ke kebun (untuk ditanam kembali).” (Hr. Muslim)


3. Halal dan Toyib

Arti halal adalah segala sesuatu yang dibenarkan atau dibolehkan dalam ajaran Islam, sedangkan arti toyib itu adalah bermutu dan tidak membahayakan kesehatan.

Jadi mengkonsumsi makanan yang bergizi  dan memiliki kendaraan yang mahal dan berkualitas itu diijinkan dalam islam, yang dilarang itu adalah berlebih-lebihan.


4. Memperbanyak istigfar

Rasulullah istighfar 100 kali setiap zikirnya.

Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata "Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!" ,
Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!" ,
Yang lain lagi berkata kepadanya, 'Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!, maka beliau mengatakan kepadanya 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!" ,
Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya. 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!".


"Maka Ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak orang yang mengadukan macam-macam (perkara) dan Anda memerintahkan mereka semua untuk ber-istighfar.

Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab, 'Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh.

"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai". (Nuh /71: 10-12)


5. Bertaqwa

Bertakwa artinya patuh pada semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Dalam surat Ath-Thalaq  Ayat 2 dan 3, disebutkan:

"... Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.  Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya... "

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah akan melimpahkan rizqi bagi orang yang taat pada-Nya.

Bahwa Rasulullah SAW. bersabda,"Wahai manusia, jadikan taqwa kepada Allah sebagai dagangan kalian! Niscaya rezeki akan mendatangi kalian dengan tanpa barang dagangan dan perdagangan." Kemudian beliau SAW. membaca QS Ath Thalaq 2-3 (HR Thabrani, Ibnu Mardawaih, Abu Na'im dan Daelami)

Ibnu Abbas berkata,"Artinya Allah akan menyelamatkannya dari setiap kesusahan di dunia dan akhirat.". Rubai' bin Haitsam berkata,"Allah akan menjadikan jalan keluar untuknya dari segala sesuatu yang membuatnya merasa sempit."

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan,"Yaitu barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya."

Ibnu Mas'ud berkata, "Maksudnya memberi rezeki dari arah yang tidak diketahuinya dan tidak terbesit dalam pikiran sebelumnya". Qatadah berkata,"Memberinya rezeki sekiranya ia tidak mengharap dan mengangankannya."

6. Bertawakal

Bertawakal artinya adalah menyerahkan masalah kepada Allah setelah berikhtiar semaksimal mungkin. Tawakal berbeda dengan tawakul atau menyerahkan semuanya pada Allah tanpa berikhtiar sedikitpun.

Terkait tawakal ini sebagaimana ada dalam surat Ath-Thalaq  Ayat 3, disebutkan:

"...Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya."

'Atha berkata,"Artinya Allah akan memudahkan untuknya problematika kehidupan di dunia dan di akhirat."

7. Silaturahmi

Silaturahmi itu artinya adalah berbuat baik kepada kerabat yang memiliki hubungan nasab dengan cara bersikap lembut, menyayangi dan memperhatikan kondisi mereka.

Dalam sebuah hadist disebutkan, "Dari Abu Hurairoh r.a: Rosul bersabda barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya, dan di panjangkan umurnya, hendaklah dia menyambungkan silaturahmi" (H.R. Bukhori)

Dalam hadist lain disebutkan, Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,
‘Pelajarilah silsilah nasab kalian agar kalian mengenali tali darah kalian, sebab menyambung tali darah dapat menambah kasih sayang dalam keluarga, menambah harta dan dapat menambah usia’.

8. Hijrah

Bila kita berada di satu tempat yang menyulitkan kita untuk beribadah maka berhijrahlah karena sesungguhnya Allah memiliki rizqi yang banyak, sebagaimana yang difirmankan dalam surat Anisa ayat 100:

"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

9. Haji dan Umroh

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi was salam bersabda :

“Lanjutkanlah haji dengan umroh atau sebaliknya. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana api dapat mengilangkan kotoran besi.” (HR. An Nasa’i)

Syaikh Abul Hasan As Sindi menjelaskan haji dengan umroh atau sebaliknya berkata,”Jadikanlah salah satunya mengikuti yang lain, dimana ia dilakukan sesudahnya. Artinya, jika kalian menunaikan haji maka tunaikanlah umroh. Dan jika kalian menunaikan umroh maka tunaikanlah haji, sebab keduanya saling mengikuti.”
(Hasyiyatul Imam As Sindi ‘ala Sunan An Nasa’i, 5 / 115)

Sedangkan Imam Ath Thoyyibi dalam menjelaskan sabda Nabi SAW.:
“…Sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa…”

“Kemampuan keduanya untuk menghilangkan kemiskinan seperti kemampuan amalan bersedekah dalam menambah harta.” (Faidhul Qodir, 3 / 225)


10. Doa

Dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wa sallam menjelaskan bahwa taqdir yang Allah Ta’aala telah tentukan boleh berubah. Dan faktor yang dapat mengubah taqdir ialah doa seseorang.

Bersabda Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wa sallam:
“Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah Ta’ala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)

 Betapa luar biasa kedudukan do’a dalam ajaran Islam. Dengan do’a seseorang boleh berharap bahwa taqdir yang Allah Ta’ala tentukan atas dirinya berubah. Hal ini merupakan sebuah berita gembira bagi siapa pun yang selama ini merasa hidupnya hanya diwarnai penderitaan dari waktu ke waktu. Ia akan menjadi orang yang optimis.

Sebab keadaan hidupnya yang selama ini dirasakan hanya berisi kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. Asal ia tidak berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala dan ia mau bersungguh-sungguh meminta dengan do’a yang tulus kepada Allah Ta'ala Yang Maha Berkuasa.

Allah SWT berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina,” (QS. Al-Mu’min: 60).

Apakah syarat- syarat agar semua doa kita dikabulkan oleh-Nya?

Untuk jawaban pertanyaan ini ada pada tulisan selanjutnya dengan judul "Kenalilah Rizqi Kita (Bagian 4)"

Sumber: Intisari dari Ceramah2 Ust. Dr Khalid Baslamah serta sumber lainnya.

(Gantira, 3 Agustus 2016, Bogor)