Friday 30 December 2016

"Belahan Jiwa Kita (Bag.2)"


Sebelumnya saya pernah menulis dengan tema yang sama, bisa dilihat di http://sudutpandang2.blogspot.co.id/2008/09/belahan-jiwa.html?m=1.

Pada tulisan kali ini, saya akan lebih fokus lagi pada belahan jiwa yang sudah sekian lama berada disamping kita, yaitu pasangan hidup kita.

Kalau kita cermati dengan seksama, siapakah orang yang paling tahu saat ini tentang rahasia2 kita? Kemungkinan besar jawabannya adalah belahan jiwa kita.

Dia tahu akan kekurangan dan kelebihan kita. Dia tahu siapa diri kita saat berpakaian rapi dan juga tahu sesaat setelah bangun tidur, dimana muka dan pakaian kita berantakan.

Dia adalah orang yang siap mendengarkan segala ocehan kita, dari saat bangun tidur sampai tidur lagi, dan hal ini sudah terbukti selama bertahun2 semenjak ikatan resmi disahkan. Padahal, tidak ada seorangpun selain belahan jiwa kita yang siap mendengarkan ocehan kita selama itu.

Sesungguhnya tidak ada yang sia2 saat kita bercanda dan bercerita sesuatu yang tanpa awal dan ujungnya, kecuali dengan belahan jiwa kita. Bahkan diamnya kita sambil memegang tangannya masih tetap bermanfaat dan menghapus dosa2 kita.

Sungguh, belahan jiwa kita sudah terbukti akan kesabarannya menemani kita hingga kita harus berusaha menjaganya jangan sampai dia hancur hatinya karena kesetiaannya kita hianati.

Janganlah tergoda dengan rumput tetangga yang katanya lebih indah daripada rumput sendiri. Karena bisa jadi rumput tetangga nampak indah karena rumputnya terbuat dari bahan plastik, dimana saat kita memaksakan diri untuk berbaring di rumput tetangga di siang hari malah akan membuat kita kepanasan. Atau bahkan dilempari banyak orang.

Sesungguhnya belahan jiwa kita adalah setengah agama kita, dimana agama kita tidak akan sempurna tanpa ada dirinya.

Sayangilah dia, cintailah dia, peluklah dia, pegang eratlah tangannya dengan penuh cinta, walaupun seandainya kulitnya sudah mulai keriput tapi dia akan muda kembali saat kita bisa hidup bersamanya di alam keabadian nanti.

Sungguh, perhiasan yang paling indah di dunia ini adalah belahan jiwa kita yang bertakwa kepada-Nya. Jadi jagalah keimanan kita dan dirinya agar senantiasa taat kepada-Nya.

Beberapa hadist yang menjelaskan tentang belahan jiwa kita, diantaranya:

“Dunia itu semuanya menyenangkan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita sholehah” .
(H.R. Muslim. Lihat Riyâdhush-Shâlihîn)

“Barang-siapa yang di beri Allâh rezeki berupa isteri yang sholehah, maka sungguh Allâh telah menolongnya mendapat separoh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allâh untuk memperoleh yang separohnya” .
(H.R. Ath-Thabrânî dan Al-Hâkim. Lihat Al-Ahâdîtsush-Shahîhah oleh Syaikh Al-Albânî jilid II hal. 200)

“Maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allâh, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allâh telah memelihara mereka…” .
(Surah An-Nisâ’ (4):34)


“Sebaik-baik isteri ialah yang menyenangkan-mu ketika engkau menatapnya, mematuhi-mu ketika engkau perintah; dan ketika engkau pergi, ia menjaga kehormatan-mu, yaitu dengan menjaga dirinya dan juga harta-mu” .
(H.R. Ath-Thabrânî. Lihat Al-Fathul-Kabîr juz III hal. 126 no.: 3294)

"Orang yang baik diantara kamu sekalian ialah orang yang paling baik terhadap keluarganya. Saya ( Nabi ) Adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap keluargaku, tidak ada orang yang mulia kecuali dia memuliakan wanita ( istrinya ), dan tidak ada orang yang menghina wanita ( istrinya ) kecuali dia sendiri orang yang hina. "( HR. Ibnu Asakir)

"Apabila istri itu menjaga sholat lima waktu, puasa romadhon, menjaga kehormatannya dan taat kepada suaminya, maka dia akan masuk surga." ( HR. Al Bazzar )

"Wanita manapun yang dia mati dan suaminya rela terhadapnya, maka dia akan masuk surga "( HR. Tirmidzi )

Dari Saad bin Abi Waqosh ra berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu“ (HR Bukhori (VI/293) dan Muslim (V/71)

Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

Nabi saw sering mencium Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa (HR Nasai dalam Sunan Kubra II/204)

Dan banyak lagi hadist lainnya yang menjelaskan tentang keutamaan dan indahnya hidup bersama belahan jiwa kita.

Semoga kita dan belahan jiwa kita senantiasa istiqomah dalam menjaga ketaatan kepada-Nya, sehingga akan terbentuk surga dunia dan dilanjutkan dengan surga yang abadi di akhirat kelak, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin..

(Gantira, 31 Desember 2016, Bogor)

"Pembuktian Diri"

Banyak orang yang bertekad untuk membuktikan siapa dirinya nanti pada orang lain.

Sehingga banyak diantara mereka yang belajar keras untuk membuktikan bahwa dirinya tidak sebodoh yang dibayangkan orang lain.

Ada juga diantara mereka yang bekerja keras untuk membuktikan bahwa dirinya bisa juga menjadi kaya raya atau menjadi pejabat yang disegani orang lain.

Atau bahkan ada juga orang yang berusaha menguruskan badannya serta merawat wajahnya untuk membuktikan bahwa dirinya tidak seburuk yang dibayangkan orang lain.

Dalam proses perjalanan waktu, diantara mereka ada yang benar2 bisa membuktikan dirinya bahwa dia seperti yang dia tekadkan. Namun diantara mereka juga ada yang tidak bisa membuktikannya, baik itu karena tekadnya mengendur atau memang karena takdir sudah menentukan mereka seperti itu walaupun sekeras apapun mereka merubah keadaan.

Bila apa yang mereka tekadkan terbukti, hasilnya banyak diantara mereka yang menjadi sombong dengan mengatakan bahwa semua yang dirasakan saat ini adalah semata2 hasil kerja kerasnya; yang sekaligus  menjadi seorang yang merendahkan orang lain yang menurut pandangannya sebagai seorang pemalas. Sifatnya  berubah menjadi sifat seseorang yang dulu menghinanya.

Atau sebaliknya bila yang ditekadkannya tidak juga terbukti pada dirinya, dia menjadi seorang yang berputus asa serta merasa diri lebih rendah daripada orang lain. Disamping itu, dia akan lebih cenderung menyalahkan takdir yang menimpa dirinya.

Oleh karena itu, sadarilah bahwa bila pembuktian itu diniatkan hanya untuk dunia maka yang kita rasakan akan cepat sirna pula. Bila seandainya sudah belajar atau bekerja keras selama berpuluh2 tahun lalu menjadi orang yang kita tekadkan seperti menjadi kaya, pejabat atau berparas menawan. Maka hal itu hanya bisa dinikmati maksimal sampai usia kita 100 tahun. Setelah itu sirna tanpa bekas.

Berbeda bila pembuktian itu diniatkan untuk akhirat kelak, maka yang akan kita rasakan abadi selamanya dengan usia kita tetap muda sekitar usia 33 tahun. Bila ini yang kita tekadkan, maka kita akan benar2 puas, lalu menyatakan bahwa inilah hasil kerja kerasku ketika di dunia yang fana itu. Dan sekarang bisa terbukti hasilnya abadi selama2nya.

Ingatlah beberapa firman-Nya yang menyatakan situasi para penduduk surga dalam membuktikan pada orang2 yang dulu saat di dunia sering memperolok2nya:

"Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan" (Yasin 55-56)


"Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap.

Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata: “Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)?

 Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?” Berkata pulalah ia: “Maukah kamu meninjau (temanku itu)?”

 Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. Ia berkata (pula): “Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku, jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka)."
 (As shaffat 50-57))


"Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim." (7: 44)

"Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun 'alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya)". (7: 46)

"Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu". (7: 47)

"Dan orang-orang yang di atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu". (7: 48)

Jadi, mari mulai sekarang kita buktikan bahwa semua yang kita lakukan semata2 karena Allah, karena mengharapkan ridho-Nya.

Saat kondisi kita miskin, mari kita buktikan bahwa kita masih bisa menjadi seorang pemurah. Dan bila kita diberi limpahan rizqi maka kita buktikan lagi bahwa kita akan menjadi jauh lebih pemurah lagi.

Saat kita dalam kondisi lemah dan sakit, mari kita buktikan bahwa kita masih bisa bersabar sekaligus bersyukur. Dan bila kita diberi kekuatan dan kesehatan, kita akan lebih membuktikan bahwa kita akan jauh lebih bersyukur lagi.

Saat kita dalam kondisi rakyat biasa, mari kita buktikan bahwa kita senantiasa membantu kepada sesama kaum yang lemah. Dan bila kita diberi wewenang kekuasaan, mari kita buktikan lagi bahwa kita akan jauh lebih membantu orang2 yang lemah yang menjadi tanggung jawab kita.

Akhir dari pembuktian ini, kita berharap dan berdoa agar bisa dibuktikan dengan ucapan lafazh tauhid pada akhir napas kita. Hingga pada puncaknya kita akan membuktikan mengenai janji Allah itu benar, bahwa Surga dan kenikmatan abadi akan Allah limpahkan pada orang2 yang senantiasa taat kepada-Nya.

Semoga kita semua termasuk orang2 yang memiliki tekad untuk membuktikan bahwa janji Allah itu benar, dan kita termasuk golongan orang2 yang husnul khatimah, orang2 yang mendapatkan anugrah kenikmatan dari-Nya..Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin.

(Gantira, 31 Desember 2016, Bogor)

Thursday 29 December 2016

"Seperti Apakah Keindahan itu?"

Dengan semakin berkembangnya media sosial serta semakin murahnya biaya untuk mengakses informasi yang ada.  Kita akan semakin mudah mengetahui kondisi teman2 lama kita dari foto2 atau video yang mereka unggah di fb, instegram, wa atau media sosial lainnya.

Nampak seakan2 kehidupan mereka lebih indah daripada kehidupan yang kita alami, dimana nampak photo bersama pasangan dan keluarga yang tersenyum nampak seperti keluarga bahagia, nampak photo2 yang sedang refresing ke berbagai negara, nampak juga photo rumah dan kendaraan mewah yang menyertainya.

Sehingga dengan tampilan2 yang ada seakan2 mereka lebih bahagia daripada hidup kita, nampak seakan2 kehidupan mereka jauh lebih sempurna daripada kita.

Padahal semuanya hanyalah snapshot dari kejadian2 yang ada, yang tidak menggambarkan kehidupan mereka secara utuh. Mungkin saja yang di unggah adalah snapshot kehidupan yang bahagianya, sedangkan snapshot kehidupan yang menyesakkannya mereka  sembunyikan.

Sadarilah bahwa  hidup di dunia ini bukanlah tempat yang akan mengalami bahagia selamanya, dan juga bukan tempat yang akan mengalami sengsara selamanya. Semua kehidupan akan silih berganti, baik bahagia ataupun sengsara. Semua itu semata2 agar kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami dan juga orang lain alami.

Pernahkah kita merasakan sakit gigi atau sakit apa saja? Atau pernahkah kita mengalami sesak dada dikarenakan permasalahan yang sedang kita hadapi? Cobalah kita hitung2 lebih lama mana mengalami sehat atau mengalami sakit? Coba hitung juga, lebih lama mana mengalami sesak dada karena masalah atau mengalami dada plong karena terbebas dari masalah?

Seringkali penderitaan yang kita alami itu hanya karena kita salah dalam menyikapi situasi yang ada, dimana saat sakit atau sesak dada karena permasalahan yang ada, kita merasa menjadi orang yang satu2nya menderita yang tak pernah merasakan kebahagiaan.

Namun saat menjalani kehidupan yang sehat dan lepas dari permasalahan hidup, kita malah melihat  photo orang lain yang nampak lebih bahagia daripada kita, sehingga situasi yang seharusnya kita syukuri malah berbalik menjadi kesedihan karena tidak bisa menjadi seperti snapshot yang dialami orang lain.

Kedua sikap di atas malah akan membuat kita menderita, baik dalam keadaan benar2 menderita ataupun dalam kondisi yang baik2 saja.

Ingatlah Kisah Nabi Ayub, beliau mendapatkan cobaan yang luar biasa. Dimana semua harta kekayaannya lepas darinya, semua anak2nya meninggal, bahkan beliau masih diuji kembali dengan berbagai penyakit. Namun beliau tetap bersabar dan bersyukur dalam menghadapi situasi yang dialaminya. Dan beliau hanya memohon kepada-Nya, sehingga kesabaran Nabi Ayub diabadikan dalam firman-Nya:


"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44)

Jadi, sadarilah bahwa kehidupan di dunia ini akan terus berganti antara siang dan malam, antara sehat dan sakit dan antara situasi bahagia dan situasi yang menyesakkan dada.

Namun semua itu akan terasa menjadi indah, saat kita menghadapinya dengan sabar dan Syukur.

Ingatlah salah satu Sabda Rasulullah saw,  “ Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya ”. (Hr. Muslim no. 2999).

Semoga kita semua dapat menjalani kehidupan ini dengan indah, yaitu kita pandai dalam bersyukur dan pandai juga dalam bersabar, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin..

(Gantira, 29 Desember 2016)

Wednesday 28 December 2016

"Mengapa Sebagian Umat Islam Saat ini Sering Kalah?"

Kalau kita baca sejarah kejayaan umat Islam sebelumnya, kita akan mengetahui bahwa umat Islam selalu menang dalam setiap pertempuran dan persaingan yang ada.
*
Sehingga kejayaan umat Islam bisa bertahan hampir 13 abad lamanya, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madinah (622-632M); Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani yang bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M.
*
Salah satu penyebab kalahnya sebagian umat Islam saat  ini terhadap persaingan yang ada adalah ketidak kaffahnya dalam menjalani apa yang disukai Allah.
*
 Di satu sisi dia beriman tapi di sisi lain dia tidak beriman, seperti masih adanya keserakahan dalam mencari uang yang subhat bahkan haram hanya dengan alasan darurat; banyaknya perbuatan syirik yang masih sering dilakukan; atau seringnya bersikap tidak adil pada semua orang, yangmana lebih mementingkan keluarganya daripada orang lain yang memang dia lebih berhak walaupun tidak sepandangan dengannya.
Serta banyak lagi kemaksiatan2 lainnya yang dianggap remeh oleh sebagian umat Islam hanya dengan alasan darurat, padahal tidak memenuhi syarat darurat yang diijinkan dalam aturan islam.
*
Lihatlah Umar bin Khatab, dia bersikap adil pada semua orang, baik kepada orang kafir ataupun muslim, baik kepada orang asing ataupun keluarganya sendiri. Hasil akhirnya adalah Allah ridho pada sikapnya sehingga pasukan Umar selalu mengalami kemenangan walaupun jumlah pasukan, keterampilan dan senjata yang dimilikinya jauh dibawah pasukan musuh.
*
Jadi, sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.
*
Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh umat Islam itulah yang telah dikhawatirkan oleh Umar bin Kaththabr.a. saat beliau menjadi Khalifah, hal ini sebagaimana dapat kita simak dari pesan tertulis beliau yang pernah disampaikannya kepada Sa’ad bin Abi Waqash ketika akan menghadapi sebuah pertempuran.
*
Pada surat itu ditulis pesan sebagai berikut:
“Umar bin Kaththab ra. telah menulis sepucuk surat kepada Sa’ad bin Abi Waqash r.a.:
*
‘Sesungguhnya kami memerintahkan kepadamu dan kepada seluruh pasukan yang kamu pimpin, agar taqwa dalam segala keadaan, karena taqwa kepada Alloh merupakan seutama-utamanya persiapan dan strategi paling kuat dalam menghadapi pertempuran.
*
Aku perintahkan pula kepadamu dan pasukan yang kamu pimpin agar benar-benar menjaga diri dari berbuat maksiat. Karena maksiat yang engkau perbuat pada saat berjuang lebih aku khawatirkan daripada kekuatan musuh, sebab engkau akan ditolong Alloh jika musuh-musuh Alloh telah berbuat banyak maksiat, karena jika tidak demikian kamu tidak akan punya kekuatan sebab jumlah kita tidaklah sebanyak jumlah pasukan mereka, dimana persiapan mereka berbeda dengan persiapan yang kita lakukan.
*
Jika kita sama-sama berbuat maksiat sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh kita, maka kekuatan musuh akan semakin hebat. Sangatlah berat kita akan dapat mengalahkan musuh kita jika hanya mengandalkan pada kekuatan yang kita miliki, kecuali dengan mengandalkan ketaqwaan kita kepada Alloh dan senantiasa menjaga diri dari berbuat maksiat...” (Lihat : Kitab Al ‘Aqdul Farid jilid I, hlm. 101)
*
Jadi kunci utama agar umat Islam meraih kembali kejayaannya adalah menjalankan Islam secara kaffah baik suka ataupun tidak dan bersikap adillah pada semua orang tanpa membedakan status, agama ataupun suku bangsa. Semoga kita bisa mengamalkannya, mulai dari diri sendiri, keluarga kita dan semoga bisa terus menyebar pada lingkungan kita di negeri yang kita tinggali ini, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin..
*
(Gantira, 28 Desember 2016)

Monday 26 December 2016

"Kembaran Kita, Namun Beda Ruang dan Waktu"

Selama ini kita menganggap bahwa yang namanya kembaran adalah orang yang terlahir pada menit yang sama, dari rahim yang sama serta memiliki wajah dan bentuk yang hampir sama.

Namun, kalau kita melihat lebih jauh, maka kita akan melihat bahwa pada dasarnya setiap orang itu memiliki kembarannya juga yang bisa jadi beda ruang dan waktu.

Cobalah kita amati foto anak2 kita pada saat mereka memiliki usia yang sama, kita akan tersadar ternyata mereka memiliki wajah yang hampir sama bagai pinang dibelah dua. Atau bahkan bisa jadi kakek kita dan cucu kita memiliki wajah yang hampir sama jika mereka difoto pada usia yang sama.

Dan yang namanya kembaran ini, bisa jadi tidak hanya sebatas kembaran wajah tapi bisa juga termasuk kembaran prilaku, kembaran nasib, kembaran kekayaan, kembaran kemiskinan, kembaran kekuasaan, kembaran penderitaan, kembaran kepintaran, kembaran kebodohan, kembaran kekuatan, kembaran kelemahan dan banyak lagi kembaran2 lainnya.

Pada dasarnya dunia ini terus berulang, sehingga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kembaran kita dimasa yang lampau. Kita bisa mengambil sauritauladan dari kembaran kita yang bertindak dengan benar sehingga akhir hidupnya bahagia. Dan jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama sebagaimana kembaran kita di masa lampau yang telah bertindak keliru sehingga akhir hidupnya dalam keadaan sengsara.

Bila kondisi kita kaya dan sehat, banyak kembaran kita yang sama2 kaya dan sehat pada masa dulu dan masa kini. Maka ikutilah perilaku kembaran kita yang menjalani akhir hidupnya dengan penuh  kebahagiaan.

Sebaliknya bila kondisi kita miskin dan dicoba dengan berbagai macam penyakit, maka jangan terlalu merasa diri paling menderita karena kita pun memiliki banyak kembaran yang sama baik di masa kini maupun masa yang lalu yang memiliki situasi yang sama dengan kita. Maka contohlah perilaku kembaran kita yang akhir hidupnya penuh kebahagiaan.

Dan sungguh, kembaran hidup terbaik yang bisa kita jadikan patokan hidup kita adalah kembaran kita yang hidup di masa Rasulullah dan para sahabat. Banyak diantara mereka yang merupakan kembaran hidup kita, dimana diantara mereka ada yang kaya dan ada juga yang miskin, ada yang memiliki kekuatan tubuh yang prima dan ada juga yang dicoba dengan memiliki tubuh yang lemah. Namun mereka bertindak sesuai dengan apa yang dinasehatkan oleh Rasulullah. Sehingga pada akhir hidupnya, mereka dalam keadaan bahagia.

Semoga kita semua bisa mencontoh akhlak kembaran kita yang akhir hidupnya paling bahagia sehingga kita pun termasuk orang yang mendapatkan anugerah yang sama, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin..

(Gantira, 27 Desember 2016, Bogor)

"Siapakah Musuh Kita yang Sebenarnya?"


Siapakah Musuh kita yang sesungguhnya? Apakah dia orang China, Rusia, Iran, Amerika? Apakah dia beragama kristen, Budha, Hindu, Konghucu, Yahudi? Atau siapa sebenarnya musuh kita yang sebenarnya?

Untuk menjawab semua pertanyaan itu, maka kita tidak boleh lepas dari patokan hidup seorang muslim, yaitu al-qur'an dan hadist


Beberapa dalil yang menerangkan tentang musuh manusia di antaranya adalah:

“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya” (Qs. Shaad 38:82)


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar” (Qs. An-Nuur 24:21)

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin” (Qs. Al-An’aam 6:112)

Dari dalil2 di atas, dapat dinyatakan bahwa musuh utama manusia itu adalah iblis dan bala tentaranya, yaitu  syetan dari bangsa jin dan bangsa manusia.

Dengan kata lain bahwa setan dapat diartikan sebagai provokator dari bangsa jin dan manusia yg menghasut agar manusia membangkang pada perintah2 Allah dan RasulNya.

Jadi barangsiapa yang menghasut agar kita  membangkang pada perintah2 Allah dan Rasul-Nya, baik mereka mengaku seagama dengan kita atau bukan seagama maka dapat dinyatakan bahwa mereka adalah musuh2 kita.

Begitu juga bagi bangsa mana saja yang berusaha menjajah serta mencuri harta kekayaan negeri kita, maka mereka adalah musuh kita yang harus kita usir dari negeri ini.

Jadi orang2 yang berbeda agama dengan kita serta tidak melarang kita beribadah sesuai agama yang kita yakini dan tidak memaksa kita untuk ikut agama mereka, maka mereka pun bukan musuh kita. Mereka adalah saudara sebangsa dan setanah air, yang perlu saling hormat menghormati akan keyakinannya masing2 tanpa perlu saling menjelekkan dan menghina masing2 agama yang berbeda.

Bahkan dalam salah satu firman-Nya,  kita  dilarang menghina sembahan2 orang2 yang berbeda agama dengan kita,  Sebagaimana yang difirmankan pada salah satu ayat-Nya:

" dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan."(QS AL An'am:108)


Begitu juga dengan bangsa lain, yang tidak menjajah negeri kita adalah saudara kita sebagai sesama manusia yang harus saling hormat menghormati dan saling kerja sama untuk kepentingan bersama.

Disamping itu, kita pun diperintahkan untuk bersikap adil kepada siapapun, tanpa membeda2kan suku, agama, bangsa dan warna kulit. Bahkan kita tetap harus bersikap adil walaupun terhadap orang yang kita benci sekalipun, sebagaimana ada dalam salah satu firman-Nya:

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Maidah: 8).

Dari.uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi musuh utama kita itu bukanlah orang2 yang berbeda agama dengan kita dan juga bukan warga negara yang berbeda dengan warga negara kita. Yang menjadi musuh kita adalah Iblis dan bala tentaranya syetan dari golongan jin dan manusia yang berusaha membujuk dan memaksa kita melanggar aturan-Nya, serta semua syetan dari bangsa jin dan manusia yang berusaha berbuat dhalim pada kita semua.

(Gantira, 26 Desember 2016, Bogor)

Monday 19 December 2016

"Kelemahan dan Kekuatan"

Seringkali orang takut mengalami dan menghadapi kelemahan; yang efeknya mengakibatkan sebagian orang mengejar dengan berbagai cara agar dapat meraih kekuatan.

Namun tanpa sadar bahwa ada kekuatan dibalik kelemahan, dan juga aga kelemahan di balik kekuatan.

Ingatlah beberapa kalimat dalam pidato pertama Khalifah Abu Bakar Shidiq ra saat dilantik menjadi pemimpin umat:

".......‘Orang lemah’ di antara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya....."

Abu Bakar Shidiq adalah salah seorang manusia yang memiliki pemahaman islam yang tiada tandingannya di muka bumi ini selain nabi dan Rasul. Bahkan Rasulullah pernah bersabda bahwa jika iman seluruh manusia ditimbang dengan iman Abu Bakar, maka iman Abu Bakar lebih berat timbangannya.

Jadi pidato beliau yang mengatakan bahwa 'Orang' lemah di antara kalian adalah orang kuat di sisi Abu Bakar, dan orang 'kuat di sisi kalian adalah orang lemah di sisi Abu Bakar, bukanlah sembarang perkataan. Tapi itu adalah sebuah kebenaran yang Abu Bakar pahami dari cahaya imannya.

Sesungguhnya dalam beberapa ayat dan hadist disebutkan:

Rosulullah saw bersabda : " Barangkali orang yang rambutnya semrawut dan bajunya berdebu, serta selalu ditolak jika bertamu, jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya ( HR Muslim )

Maksudnya adalah orang yang miskin yang tidak punya minyak rambut untuk merapikan rambutnya dan tidak punya baju banyak, sehingga kelihatannya lusuh serta tidak punya jabatan, sehingga sering diremehkan orang.

Tetapi orang miskin dan lemah ini tetap istiqomah dengan ajaran Islam, maka jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Alah akan mengabulkannya. Karena walaupun dia kelihatan hina di mata manusia, tetapi dia adalah makhluk Allah yang sangat mulia di sisi-Nya sehingga dipenuhi permintaannya.

Lihatlah penjelasan hadist di atas, orang yang dianggap lemah bahkan memiliki kekuatan yang tiada taranya, yaitu kekuatan doa yang terkabul. Kekuatan sebesar apa pun tidak akan bisa melawan orang tersebut, bila setiap doanya dikabulkan oleh Allah.

Sebaliknya orang yang kita anggap kuat, bisa jadi itu adalah kelemahan yang sangat vital sehingga menyebabkan kehancuran hidupnya.

Ingatlah beberapa kalimat yang dipesankan Umar bin Khattab ra.  kepada Sa’ad bin Abi Waqash ra. beserta pasukannya yang sedang pergi memerangi Persia di daerah Qadisiyah:

"........ Aku memerintahkanmu dan seluruh anggota pasukanmu untuk berhati-hati terhadap perbuatan maksiat, lebih dari hati-hati kalian terhadap musuhmu. Karena maksiat yang kalian perbuat lebih aku khawatirkan daripada kekuatan pasukan musuh.

Allah swt. memberikan kemenangan kepada pasukan Islam disebabkan musuh-musuhnya yang berbuat kemaksiat.

Kalau bukan karena itu, niscaya pasukan Islam tidak akan berdaya menghadapi pasukan musuh. Karena jumlah pasukan Islam tak seberapa dibanding jumlah pasukan musuh; persenjataan pasukan islam pun tidak ada apa apanya dibandingkan persenjataan musuh.

Sehingga seandainya pasukan islam dan pasukan musuh yang sama-sama berbuat maksiat, maka pasukan musuh akan memang karena mereka lebih kuat dari segi jumlah dan senjata.  Jika pasukan islam tidak berbuat maksiat, maka pasukan Islam akan menang, karena keshalihan mereka, bukan karena kekuatan mereka......"

Pesan Umar bin Khatab pun bukan pesan yang sembarangan, karena iman yang dimiliki Umar bin Khatab jauh lebih tinggi daripada iman seluruh manusia, selain Nabi dan Rasul serta Abu Bakar.

Rasulullah saw pernah bersabda bahwa bila seluruh iman yang ada di sisi dunia ini (kecuali iman Nabi dan Rasul serta Abu Bakar) ditimbang di satu timbangan dan iman Umar bin Khatab berada di timbangan yang lain, maka timbangan Umar bin Khatab tetap lebih berat.

Dari pemahaman dua manusia terbaik setelah Nabi dan Rasul ini, maka dapat kita ambil garis merah bahwa ada sebuah kekuatan besar dari dibalik "Kelemahan" dan ada sebuah kehancuran  dibalik "Kekuatan".

Pertanyaannya adalah  jenis "Kelemahan" apa yang menjadi kekuatan yang tiada tara?

dan

Jenis "Kekuatan" apa yang menjadi sumber kelemahan yang menghancurkannya?

Sesungguhnya "Kelemahan" yang merupakan sebuah kekuatan adalah suatu kondisi yang lemah namun, dia tetap memiliki kekuatan dalam ketakwaannya hingga dia istiqomah di jalan-Nya.

Sebaliknya "Kekuatan" yang merupakan kelemahan adalah sebuah kekuatan yang dihiasi dengan kemaksiatan dan kesombongan.

Jadi saat kita merasa diri lemah tak berdaya, karena kondisi ekonomi, atau kesehatan dan kemampuan lainnya yang tidak memadai. Maka janganlah berkecil hati tapi yakinlah bahwa hal ini bisa jadi menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar jika kita senantiasa istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya.

Sebaliknya bila kita sedang berada pada kekuatan yang sangat besar, maka jangan merasa diri aman, sombong dan angkuh. Karena bisa jadi ini adalah kelemahan utama yang akan mendatangkan murka-Nya, hingga kita akan hancur tak bersisa.

Jadi selalulah mohon kepada-Nya serta selalu mengutamakan aturan-Nya baik kita dalam kondisi kuat apalagi dalam kondisi lemah.

(Gantira, 20 Desember 2016)

Saturday 17 December 2016

Orang Kaya dan Orang Miskin

Allah membenci orang kaya yang sombong, tapi Allah lebih benci lagi orang miskin yang sombong.

Orang kaya sombong adalah hal yang umum terjadi karena ada yang disombongkannya. Dia tidak meminta kepada Allah karena kesombongnya merasa diri kaya. Dia menghina orang miskin, karena merasa bahwa semua harta yang dimilikinya adalah hasil jerih payahnya.

Namun Allah lebih benci orang miskin yang sombong. Dia serba kekurangan, tapi tidak mau meminta kepada Allah. Dia menghina orang lain padahal dirinya sama keadaannya dengan orang yang dihina. Kondisi sebenarnya dia tidak memiliki apa2, tapi merasa diri lebih hebat dari orang lain.

Sebaliknya Allah mencintai orang kaya yang pemurah, tapi Allah lebih mencintai lagi orang miskin yang pemurah.

Orang kaya yang pemurah karena merasa bersyukur atas segala nikmat yang diterimanya, sehingga dia menzakatkan harta berlebih yang memang sudah menjadi kewajibannya. Allah mencintai hamba kaya yang mensyukuri nikmat hart yang didapatkannya.

Namun Allah lebih mencintai lagi orang miskin yang pemurah. Dari kondisi harta yang dimilikinya, dia tidak dikenakan wajib zakat atau shadaqah. Namun karena kemarahannya dia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri karena mengharapkan ridha Allah. Dia mengejar cinta-Nya semaksimal kemampuan yang bisa dilakukannya. Maka orang miskin seperti ini lebih dicintai lagi daripada orang kaya yang pemurah yang sama2 juga dicintai Allah, namun dengan kadar yang berbeda.

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (surat An-Nisaa ayat 17)

Rasulullah sw bersabda, " “ Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” [H.R. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]


Rasulullah saw bersabda, "Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat .” [HR. Bukhari, no. 5789; Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim]

“ Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin ketinggian (menyombongkan diri ) dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. ” [Al-Qashash/28: 83]

Rasulullah saw bersabda, " Belumlah sempurna iman seseorang dari kalian hingga kalian mencintai saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya “ ( HR Bukhari )

Rasulullah saw bersabda, " Sesungguhnya akan terjadi sesudahku sifat mementingkan diri sendiri ( mengenyampingkan orang lain ) dan berbagai perkara yang kalian mengingkarinya. Mereka ( para sahabat ) berkata, “ Wahai Rasulullah, lantas apa yang engkau perintahkan kepada kami ? “ Beliau bersabda, “ Kalian tunaikan haq yang wajib atas kalian dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian “. ( HR Bukhari dan Muslim )

Dalam hadis Qudsi disebutkan bahw Allah swt. Berfirman, “Dan hamba-Ku akan terus beramal mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku sudah mencintainya maka Aku (menjadikan) pendengarannya yang dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia menggenggam dan kakinya yang dengannya dia berjalan.” (HR Bukhori).

(Gantira, 18 Desember 2016)

Friday 9 December 2016

"Efek Sebuah Kebanggan"

Umumnya orang akan senang jika dilihat dan diperhatikan orang lain. Efek dari kesenangan ini  menyebabkan banyak orang berusaha untuk menerangkan siapa dirinya pada orang lain, baik ditanya ataupun tidak.

Namun walaupun demikian, segala suatu tindakan itu akan ada efek negatif dan efek positifnya. Tinggal kita harus berusaha memilah-milah mana yang memiliki efek positif dan mana yang memiliki efek negatif.

Orang yang menyebarkan kebaikan pada orang lain, bisa bernilai positif jika hal itu dilakukan dengan ikhlas dan dengan niat agar orang lain mengikutinya sehingga dia mendapatkan amal kebaikan sebagaimana amal yang didapat dari yang mengikutinya, sebagaimana hadist:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
"Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (Shahih Muslim 2674-16)

Namun bagi orang  yang merasa bangga dengan amal kebaikan yang telah dilakukannya, serta menyebarkan pada orang lain agar semua orang tahu bahwa dirinya berjasa adalah perbuatan yang sia2, dimana amal ibadahnya sirna karena tidak diterima oleh-Nya, sebagaimana Sabda Rasulullah saw,

”Maukah kalian aku beritahu tentang apa yang aku takutkan terhadap kalian daripada Al-Masih Dajjal?’ Kami menjawab, ’Tentu, wahai Rasiulullah.’ Beliau Saw berkata, ’Syirik yang tersembunyi, yaitu orang yang melakukan shalat kemudian membaguskan shalatnya tatkala dilihat oleh orang lain” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).


Sebaliknya dengan perbuatan buruk, maka sebaiknya perbuatan tersebut dirahasiakan. Kita jangan sampai merasa bangga dengan kemaksiatan kita, sehingga kita sebarkan di wa, facebook, twitter atau media lainnya.

Karena salah satu dosa yang tidak akan diampuni adalah orang berbuat kemaksiatan lalu dengan bangga menyebarkannya pada orang lain, padahal Allah telah menutupi aibnya dengan tidak ada seorang pun yang tahu.

Sesuai hadist:
Rasulullah bersabda: “Semua ummatku akan diampuni dosanya kecuali orang yang mujaharah (terang-terangan dalam berbuat dosa) yaitu seorang yang melakukan perbuatan dosa di malam hari, kemudian Allah telah menutupi dosanya itu hingga pagi hari, tapi kemudian dia berkata : wahai fulan semalam saya berbuat ini dan berbuat itu. Padahal Allah telah menutupi dosa tersebut semalaman, tapi di pagi hari dia buka tutup Allah tersebut.” (H.R. Bukhari Muslim)

Jadi kesimpulannya adalah kalau kita mau berbuat baik, maka lihatlah efek nantinya, apakah kira2 akan diikuti atau tidak? dan apakah kita akan ikhlas atau tidak? Jika bisa ikhlas dan akan diikuti maka lakukan dengan terang2an tidak jadi masalah. Namun bila kedua hal itu tidak terpenuhi, maka melakukannya dengan sembunyi2 tahu lebih baik.

Berbeda dengan perbuatan buruk, jika kita terlanjur atau terpaksa melakukan perbuatan buruk maka lakukanlah dengan sembunyi2. Karena kita berharap dosa yang dilakukan dengan terpaksa akan mendapatkan ampunan-Nya.

(Gantira, 10 Desember 2016)

Saturday 3 December 2016

"Menghadapi Perbedaan dengan Bijak"

Kita harus bijak dalam menghadapi perbedaan pendapat, karena seringkali perbedaan pendapat itu terjadi akibat dari ketidak sengajaan antara dua pihak yang mana salah satu pihak memiliki pengetahuan yang terbatas dibandingkan pihak yang lain.

Jika perbedaan itu bukan sesuatu yang prinsipil atau efek buruknya lebih besar jika kita melayani perdebatan tersebut, maka lebih baik hal itu kita hindari saja.

Contohnya:

Bila ada seseorang yang teriak2 dan mengatakan bahwa 3x8 =28. Dan setiap ada orang yang mengoreksi bahwa 3x8=24, bukan 28, dia akan marah2 dan berani bersumpah serta taruhan nyawa.

Dimana bila dirinya yang menyatakan 3x8 =28 ternyata salah maka dia siap memenggal kepalanya sendiri, sedang bila orang yang menyatakan bahwa  3x8=24 ternyata salah maka dia harus siap di hukum mati.

Menghadapi orang yang nekad seperti ini, sebaiknya kita hindari perdebatan dan taruhan tersebut. Karena gak ada manfaatnya mendebatkan perhitungan 3x8.

Dimana jika taruhan itu dilakukan maka hasil ujungnya akan membawa kemudharatan yang jauh lebih besar, yaitu nyawanya bisa melayang dengan memenggal kepalanya sendiri. Dan kita pun akhirnya dibuat repot juga dengan mengurusi jenazahnya yang kemungkinan besar akan menguras tenaga dan keuangan kita.

Namun jika kita menghindari taruhan tersebut, mudharatnya jauh lebih kecil, yaitu dia menjadi orang yang bodoh sendirian karena gak mau dikasih tahu sesuatu yang benar.

Jadi kita harus bijak dalam menasehati seseorang. Jika hal itu suatu hal yang sederhana dan bukan hal yang prinsipil maka tugas kita hanya sebatas memberi tahu kebenaran. Mengenai dia setuju atau tidak dengan nasihat kita, maka itu bukan urusan kita lagi.

Berbeda bila hal itu adalah perkara yang sangat besar dan prinsipil. Dimana bila dibiarkan maka masalahnya akan jauh lebih besar dan membawa maka petaka yang mengerikan. Maka kita wajib meluruskannya, walaupun nyawa kita sebagai taruhannya.

Sebagai contoh:

Bila ada orang yang iseng mau melemparkan puntung rokok yang menyala pada ujung selang pom bensin yang sedang mengisi bis sekolah yang penuh dengan anak2 sekolah.

Maka kita harus melarangnya bahkan kalau dia nekat, kita bisa menempelengnya bahkan memotong tangannya kalau tangan itu nekad pada pendiriannya untuk melemparkan puntung rokok tersebut.

Kita tidak bisa membiarkan suatu permasalahan yang prinsipil dan berbahaya dengan hanya alasan memberi kebebasan pada keisengan dan kebodohan orang lain.

(Gantira, 3 Desember 2016, Bogor)