Friday 30 December 2016

"Belahan Jiwa Kita (Bag.2)"


Sebelumnya saya pernah menulis dengan tema yang sama, bisa dilihat di http://sudutpandang2.blogspot.co.id/2008/09/belahan-jiwa.html?m=1.

Pada tulisan kali ini, saya akan lebih fokus lagi pada belahan jiwa yang sudah sekian lama berada disamping kita, yaitu pasangan hidup kita.

Kalau kita cermati dengan seksama, siapakah orang yang paling tahu saat ini tentang rahasia2 kita? Kemungkinan besar jawabannya adalah belahan jiwa kita.

Dia tahu akan kekurangan dan kelebihan kita. Dia tahu siapa diri kita saat berpakaian rapi dan juga tahu sesaat setelah bangun tidur, dimana muka dan pakaian kita berantakan.

Dia adalah orang yang siap mendengarkan segala ocehan kita, dari saat bangun tidur sampai tidur lagi, dan hal ini sudah terbukti selama bertahun2 semenjak ikatan resmi disahkan. Padahal, tidak ada seorangpun selain belahan jiwa kita yang siap mendengarkan ocehan kita selama itu.

Sesungguhnya tidak ada yang sia2 saat kita bercanda dan bercerita sesuatu yang tanpa awal dan ujungnya, kecuali dengan belahan jiwa kita. Bahkan diamnya kita sambil memegang tangannya masih tetap bermanfaat dan menghapus dosa2 kita.

Sungguh, belahan jiwa kita sudah terbukti akan kesabarannya menemani kita hingga kita harus berusaha menjaganya jangan sampai dia hancur hatinya karena kesetiaannya kita hianati.

Janganlah tergoda dengan rumput tetangga yang katanya lebih indah daripada rumput sendiri. Karena bisa jadi rumput tetangga nampak indah karena rumputnya terbuat dari bahan plastik, dimana saat kita memaksakan diri untuk berbaring di rumput tetangga di siang hari malah akan membuat kita kepanasan. Atau bahkan dilempari banyak orang.

Sesungguhnya belahan jiwa kita adalah setengah agama kita, dimana agama kita tidak akan sempurna tanpa ada dirinya.

Sayangilah dia, cintailah dia, peluklah dia, pegang eratlah tangannya dengan penuh cinta, walaupun seandainya kulitnya sudah mulai keriput tapi dia akan muda kembali saat kita bisa hidup bersamanya di alam keabadian nanti.

Sungguh, perhiasan yang paling indah di dunia ini adalah belahan jiwa kita yang bertakwa kepada-Nya. Jadi jagalah keimanan kita dan dirinya agar senantiasa taat kepada-Nya.

Beberapa hadist yang menjelaskan tentang belahan jiwa kita, diantaranya:

“Dunia itu semuanya menyenangkan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita sholehah” .
(H.R. Muslim. Lihat Riyâdhush-Shâlihîn)

“Barang-siapa yang di beri Allâh rezeki berupa isteri yang sholehah, maka sungguh Allâh telah menolongnya mendapat separoh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allâh untuk memperoleh yang separohnya” .
(H.R. Ath-Thabrânî dan Al-Hâkim. Lihat Al-Ahâdîtsush-Shahîhah oleh Syaikh Al-Albânî jilid II hal. 200)

“Maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allâh, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allâh telah memelihara mereka…” .
(Surah An-Nisâ’ (4):34)


“Sebaik-baik isteri ialah yang menyenangkan-mu ketika engkau menatapnya, mematuhi-mu ketika engkau perintah; dan ketika engkau pergi, ia menjaga kehormatan-mu, yaitu dengan menjaga dirinya dan juga harta-mu” .
(H.R. Ath-Thabrânî. Lihat Al-Fathul-Kabîr juz III hal. 126 no.: 3294)

"Orang yang baik diantara kamu sekalian ialah orang yang paling baik terhadap keluarganya. Saya ( Nabi ) Adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap keluargaku, tidak ada orang yang mulia kecuali dia memuliakan wanita ( istrinya ), dan tidak ada orang yang menghina wanita ( istrinya ) kecuali dia sendiri orang yang hina. "( HR. Ibnu Asakir)

"Apabila istri itu menjaga sholat lima waktu, puasa romadhon, menjaga kehormatannya dan taat kepada suaminya, maka dia akan masuk surga." ( HR. Al Bazzar )

"Wanita manapun yang dia mati dan suaminya rela terhadapnya, maka dia akan masuk surga "( HR. Tirmidzi )

Dari Saad bin Abi Waqosh ra berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu“ (HR Bukhori (VI/293) dan Muslim (V/71)

Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

Nabi saw sering mencium Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa (HR Nasai dalam Sunan Kubra II/204)

Dan banyak lagi hadist lainnya yang menjelaskan tentang keutamaan dan indahnya hidup bersama belahan jiwa kita.

Semoga kita dan belahan jiwa kita senantiasa istiqomah dalam menjaga ketaatan kepada-Nya, sehingga akan terbentuk surga dunia dan dilanjutkan dengan surga yang abadi di akhirat kelak, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin..

(Gantira, 31 Desember 2016, Bogor)

"Pembuktian Diri"

Banyak orang yang bertekad untuk membuktikan siapa dirinya nanti pada orang lain.

Sehingga banyak diantara mereka yang belajar keras untuk membuktikan bahwa dirinya tidak sebodoh yang dibayangkan orang lain.

Ada juga diantara mereka yang bekerja keras untuk membuktikan bahwa dirinya bisa juga menjadi kaya raya atau menjadi pejabat yang disegani orang lain.

Atau bahkan ada juga orang yang berusaha menguruskan badannya serta merawat wajahnya untuk membuktikan bahwa dirinya tidak seburuk yang dibayangkan orang lain.

Dalam proses perjalanan waktu, diantara mereka ada yang benar2 bisa membuktikan dirinya bahwa dia seperti yang dia tekadkan. Namun diantara mereka juga ada yang tidak bisa membuktikannya, baik itu karena tekadnya mengendur atau memang karena takdir sudah menentukan mereka seperti itu walaupun sekeras apapun mereka merubah keadaan.

Bila apa yang mereka tekadkan terbukti, hasilnya banyak diantara mereka yang menjadi sombong dengan mengatakan bahwa semua yang dirasakan saat ini adalah semata2 hasil kerja kerasnya; yang sekaligus  menjadi seorang yang merendahkan orang lain yang menurut pandangannya sebagai seorang pemalas. Sifatnya  berubah menjadi sifat seseorang yang dulu menghinanya.

Atau sebaliknya bila yang ditekadkannya tidak juga terbukti pada dirinya, dia menjadi seorang yang berputus asa serta merasa diri lebih rendah daripada orang lain. Disamping itu, dia akan lebih cenderung menyalahkan takdir yang menimpa dirinya.

Oleh karena itu, sadarilah bahwa bila pembuktian itu diniatkan hanya untuk dunia maka yang kita rasakan akan cepat sirna pula. Bila seandainya sudah belajar atau bekerja keras selama berpuluh2 tahun lalu menjadi orang yang kita tekadkan seperti menjadi kaya, pejabat atau berparas menawan. Maka hal itu hanya bisa dinikmati maksimal sampai usia kita 100 tahun. Setelah itu sirna tanpa bekas.

Berbeda bila pembuktian itu diniatkan untuk akhirat kelak, maka yang akan kita rasakan abadi selamanya dengan usia kita tetap muda sekitar usia 33 tahun. Bila ini yang kita tekadkan, maka kita akan benar2 puas, lalu menyatakan bahwa inilah hasil kerja kerasku ketika di dunia yang fana itu. Dan sekarang bisa terbukti hasilnya abadi selama2nya.

Ingatlah beberapa firman-Nya yang menyatakan situasi para penduduk surga dalam membuktikan pada orang2 yang dulu saat di dunia sering memperolok2nya:

"Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan" (Yasin 55-56)


"Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap.

Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata: “Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)?

 Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?” Berkata pulalah ia: “Maukah kamu meninjau (temanku itu)?”

 Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. Ia berkata (pula): “Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku, jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka)."
 (As shaffat 50-57))


"Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim." (7: 44)

"Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun 'alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya)". (7: 46)

"Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu". (7: 47)

"Dan orang-orang yang di atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu". (7: 48)

Jadi, mari mulai sekarang kita buktikan bahwa semua yang kita lakukan semata2 karena Allah, karena mengharapkan ridho-Nya.

Saat kondisi kita miskin, mari kita buktikan bahwa kita masih bisa menjadi seorang pemurah. Dan bila kita diberi limpahan rizqi maka kita buktikan lagi bahwa kita akan menjadi jauh lebih pemurah lagi.

Saat kita dalam kondisi lemah dan sakit, mari kita buktikan bahwa kita masih bisa bersabar sekaligus bersyukur. Dan bila kita diberi kekuatan dan kesehatan, kita akan lebih membuktikan bahwa kita akan jauh lebih bersyukur lagi.

Saat kita dalam kondisi rakyat biasa, mari kita buktikan bahwa kita senantiasa membantu kepada sesama kaum yang lemah. Dan bila kita diberi wewenang kekuasaan, mari kita buktikan lagi bahwa kita akan jauh lebih membantu orang2 yang lemah yang menjadi tanggung jawab kita.

Akhir dari pembuktian ini, kita berharap dan berdoa agar bisa dibuktikan dengan ucapan lafazh tauhid pada akhir napas kita. Hingga pada puncaknya kita akan membuktikan mengenai janji Allah itu benar, bahwa Surga dan kenikmatan abadi akan Allah limpahkan pada orang2 yang senantiasa taat kepada-Nya.

Semoga kita semua termasuk orang2 yang memiliki tekad untuk membuktikan bahwa janji Allah itu benar, dan kita termasuk golongan orang2 yang husnul khatimah, orang2 yang mendapatkan anugrah kenikmatan dari-Nya..Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin.

(Gantira, 31 Desember 2016, Bogor)