Thursday 29 December 2016

"Seperti Apakah Keindahan itu?"

Dengan semakin berkembangnya media sosial serta semakin murahnya biaya untuk mengakses informasi yang ada.  Kita akan semakin mudah mengetahui kondisi teman2 lama kita dari foto2 atau video yang mereka unggah di fb, instegram, wa atau media sosial lainnya.

Nampak seakan2 kehidupan mereka lebih indah daripada kehidupan yang kita alami, dimana nampak photo bersama pasangan dan keluarga yang tersenyum nampak seperti keluarga bahagia, nampak photo2 yang sedang refresing ke berbagai negara, nampak juga photo rumah dan kendaraan mewah yang menyertainya.

Sehingga dengan tampilan2 yang ada seakan2 mereka lebih bahagia daripada hidup kita, nampak seakan2 kehidupan mereka jauh lebih sempurna daripada kita.

Padahal semuanya hanyalah snapshot dari kejadian2 yang ada, yang tidak menggambarkan kehidupan mereka secara utuh. Mungkin saja yang di unggah adalah snapshot kehidupan yang bahagianya, sedangkan snapshot kehidupan yang menyesakkannya mereka  sembunyikan.

Sadarilah bahwa  hidup di dunia ini bukanlah tempat yang akan mengalami bahagia selamanya, dan juga bukan tempat yang akan mengalami sengsara selamanya. Semua kehidupan akan silih berganti, baik bahagia ataupun sengsara. Semua itu semata2 agar kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami dan juga orang lain alami.

Pernahkah kita merasakan sakit gigi atau sakit apa saja? Atau pernahkah kita mengalami sesak dada dikarenakan permasalahan yang sedang kita hadapi? Cobalah kita hitung2 lebih lama mana mengalami sehat atau mengalami sakit? Coba hitung juga, lebih lama mana mengalami sesak dada karena masalah atau mengalami dada plong karena terbebas dari masalah?

Seringkali penderitaan yang kita alami itu hanya karena kita salah dalam menyikapi situasi yang ada, dimana saat sakit atau sesak dada karena permasalahan yang ada, kita merasa menjadi orang yang satu2nya menderita yang tak pernah merasakan kebahagiaan.

Namun saat menjalani kehidupan yang sehat dan lepas dari permasalahan hidup, kita malah melihat  photo orang lain yang nampak lebih bahagia daripada kita, sehingga situasi yang seharusnya kita syukuri malah berbalik menjadi kesedihan karena tidak bisa menjadi seperti snapshot yang dialami orang lain.

Kedua sikap di atas malah akan membuat kita menderita, baik dalam keadaan benar2 menderita ataupun dalam kondisi yang baik2 saja.

Ingatlah Kisah Nabi Ayub, beliau mendapatkan cobaan yang luar biasa. Dimana semua harta kekayaannya lepas darinya, semua anak2nya meninggal, bahkan beliau masih diuji kembali dengan berbagai penyakit. Namun beliau tetap bersabar dan bersyukur dalam menghadapi situasi yang dialaminya. Dan beliau hanya memohon kepada-Nya, sehingga kesabaran Nabi Ayub diabadikan dalam firman-Nya:


"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44)

Jadi, sadarilah bahwa kehidupan di dunia ini akan terus berganti antara siang dan malam, antara sehat dan sakit dan antara situasi bahagia dan situasi yang menyesakkan dada.

Namun semua itu akan terasa menjadi indah, saat kita menghadapinya dengan sabar dan Syukur.

Ingatlah salah satu Sabda Rasulullah saw,  “ Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya ”. (Hr. Muslim no. 2999).

Semoga kita semua dapat menjalani kehidupan ini dengan indah, yaitu kita pandai dalam bersyukur dan pandai juga dalam bersabar, Aamiin..aamiin..aamiin ya robbal alamin..

(Gantira, 29 Desember 2016)