Friday 18 September 2015

Persahabatan

Persahabatan yang paling menguntungkan adalah persahabatan dengan orang mukmin.

Mereka berbuat baik pada kita, tanpa mengharapkan balasan kita.

Bahkan mereka tetap berbuat baik walaupun kita telah khilaf berbuat kesalahan pada mereka.

Mereka menasehati kita, tanpa merasa kita dipojokkannya.

Kita tidak akan takut akan kezaliman mereka karena mereka lebih takut mendholimi orang lain daripada didholimi.

Mereka tetap membantu kita, baik kita kaya maupun miskin, baik kita pejabat maupun rakyat biasa, baik kita kuat maupun lemah.

Mereka selalu mengajak kita pada kebahagiaan abadi.

Bahkan di akhirat kelak, saat mereka telah masuk surga mereka akan tetap mengingat kita dan memohon kepada-Nya agar menyelamatkan kita dari panas-Nya api neraka dan memohon agar bisa hidup bahagia bersama mereka.

Sungguh indah bersahabat dengan orang mukmin.


Persahabatan yang paling merugikan adalah persahabatan dengan orang dholim.

Mereka berbuat baik pada kita, kalau ada sesuatu yang sangat menguntungkan buat mereka.

Bahkan mereka akan tetap berbuat  dholim pada kita walaupun kita telah berbuat baik pada mereka apalagi bila kita telah berbuat salah pada mereka.

Mereka selalu mengajak kita pada keburukan; bila mereka menasehati kita, nasehatnya sangat menyakitkan dan membuat kita nampak hina di depan banyak orang.

Kita akan selalu khawatir  akan kezalimannya karena mereka sangat senang mendolimi orang lain tapi takut di dholimi.

Mereka selalu mengajak kita pada kebinasaan abadi.
Bahkan di akhirat kelak, saat mereka telah masuk neraka mereka akan tetap menarik kita agar bisa bergabung bersamanya merasakan panasnya api neraka.

Sungguh sangat merugikan bersahabat dengan orang2 dholim.

(Gantira, 19 September 2015, Bogor)

"Aib Orang Lain"



Menceritakan aib orang lain bagaikan sebuah rutinitas sarapan yang banyak dinikmati oleh sebagian besar manusia, baik itu di dalam perkumpulan kantor, sesama alumni, sesama tetangga bahkan dalam lingkungan terkecil diantara suami istri.


Namun, seringkali kita tidak menyadari bahwa menceritakan aib orang lain itu akan membakar amal kebaikan yang dengan susah payah sudah kita kumpulkan.


Bahkan yang paling menakutkan adalah seringkali aib orang lain yang sering diceritakannya pada akhirnya terjadi juga pada dirinya. Sehingga berbalik, dialah yang akan menjadi isu utama atas aib yang dulu dia hina.


Jadi berhati-hatilah untuk tidak membicarakan aib orang lain karena bisa jadi masa depan kita adalah apa yang kita bicarakan tentang Aib orang lain.

Sibukkanlah diri kita dengan berintrospeksi diri, lalu perbaikilah secara terus menerus. Lupakan aib orang lain karena kita tidak tahu dengan pasti apa yang terjadi pada orang lain.

(Gantira, 19 September 2015, Bogor)