Saturday 19 November 2016

"Prinsip Hidup Seorang Mukmin"

Prinsip hidup seorang mukmin itu adalah "Berusaha untuk istiqomah dalam berlaku adil, jujur, amanah walaupun dirinya berkali2 diperlakukan tidak adil, dicurangi dan dikhianati"

Kalau kita lihat secara selintas, prinsip hidup seperti itu nampak rugi. Dimana orang lain dengan bebasnya bisa berbuat curang, licik dan seenaknya berbohong tanpa merasa berdosa, sebaliknya seorang mukmin harus tetap membalasnya dengan adil, jujur dan amanah.

Namun ada satu hal yang harus disadari, bahwa tujuan akhir fase perjalanan kehidupan manusia itu adalah untuk menempati kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Sehingga orang2 berakal akan bersikap sabar dalam memegang erat pada semua aturan-Nya walaupun selintas di dunia tampak rugi untuk menggapai kehidupan abadi kelak.

Sebaliknya orang2 yang senantiasa berbuat dholim, walaupun di dunia ini nampak menguntungkan dengan bebasnya berbuat dholim, curang, licik dan seenaknya berbohong tanpa merasa berdosa. Namun sesungguhnya mereka sangat rugi, karena mereka mengganti kebahagiaan abadi kelak dengan kebahagiaan sesaat ini.

Ingatlah perintah bersikap adil dalam salah satu firman-Nya:

“Dan Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berbuat tidak adil. Bersikap adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa”. (Q.S Al-Maidah : 8)

Ingat pula penyesalan orang2 zhalim di akhirat kelak, sesuai dengan.ayat:

“Dan (alangkah mengerikan) jika engkau melihat ketika orang-orang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain. Orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, ‘Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang beriman.’ Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, ‘Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk setelah petunjuk itu datang kepadamu? Tidak. Sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berbuat dosa.’” (Saba: 31-32)

(Gantira, 20 November 2016, Bogor)

"Seperti Apakah Azab Dunia yang Paling Besar?"

Kebanyakan orang beranggapan bahwa azab dunia yang paling besar yang ditimpakan pada seseorang atau suatu wilayah adalah menyebarnya penyakit, bencana alam atau bangkrutnya ekonomi.

Padahal kejadian yang memilukan di atas bukanlah azab terbesar, karena semuanya hanya dirasakan di dunia ini saja yang sifatnya sementara atau tidak kekal.

Jadi seperti apakah azab yang besar itu?

Sesungguhnya azab yang paling besar yang ditimpakan Allah pada seseorang atau suatu wilayah bukanlah penyakit yang parah, hilangnya harta, atau bencana alam lainnya. Tapi azab yang paling besar adalah dicabutnya kenikmatan iman Islam dalam dada manusia, wilayah dan keturunannya. Sehingga bisa saja mereka hanya diberikan kenikmatan yang sesaat saat di dunia ini saja, tapi diancam dengan azab yang kekal di akhirat kelak.

Betapa banyak suatu wilayah atau negara yang dulunya dikenal sebagai wilayah yang mayoritas beragama Islam, namun saat ini di wilayah atau berbagai tersebut menjadi minoritas.

Sesungguhnya Allah menjamin bahwa islam tidak akan musnah di muka bumi ini, karena bila Islam musnah maka saat itulah akan diturunkan kiamat kubro.

Namun tidak ada jaminan Islam tidak akan hilang di suatu wilayah, hal ini terbukti dengan hilangnya suasana Islam di beberapa wilayah atau negara tapi masih tetap ada suasana islam di wilayah atau negara lain.

Hilangnya islam di suatu wilayah atau negara tertentu nampak seakan2 sebagai kemenangan dan kemakmuran bagi orang2 non Islam dan orang yang mustad serta keturunannya. Padahal hilangnya Islam di daerah tersebut sebagai azab Allah terhadap mereka. Karena Orang2 yang sudah meninggal di negeri tersebut, baik orang2 yang telah memurtadkannya ataupun orang2  yang tidak sabar hingga ikut murtad. Mereka di alam kubur dalam keadaan sangat menyesal dan menderita sejak mereka meninggal sampai saat ini. Disamping itu mereka ingin kembali ke dunia untuk taat kepada Allah walaupun dalam waktu sesaat, namun keinginannya hanya harapan kosong belaka.

Sebaliknya orang2 fyang tetap istiqomah dalam Islam, walaupun di dunia mereka nampak seakan2 terdholimi dan tersiksa tetapi sejak mereka meninggal sampai saat ini, mereka dalam kondisi sangat bahagia. Ingatlah beberapa firman-Nya,

Gambaran penduduk neraka, diabadikan dalam ayat:

"Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin" [as-Sajdah/32:12]

Sedangkan gambaran suasana surga, tergambar dari ayat al-quran:

“Penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.” (QS.Az-Zumar:73)

Bila kita menyayangi diri kita dan keturunan kita, maka jagalah Islam di dada kita dan anak2 kita, karena itulah yang akan membuat kita bahagia dunia dan akhirat. Walaupun jika ada orang yang dicoba dengan dunia hingga nampak sengsara, namun itu hanya sesaat jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal.

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (Surah Al-An'Am ayat 32)


“Allah bertanya: Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi ?”.
“Mereka menjawab: Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”.
“Allah berfirman: Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”.( Qs. Al Mu’minuun, ayat 112 – 114:)


Semoga Allah swt senantiasa memberikan pemahaman, kenikmatan iman dan Islam pada diri kita, keluarga kita, keturunan kita dan juga lingkungan kita, sehingga kita dapat merasakan kebahagiaan akhirat yang abadi dan mendapatkan bonus kebahagian dunia yang fana ini, Aamiin..aamiin..aamiin yra.

(Gantira, 20 November 2016, Bogor)