Sunday 29 May 2016

"Tanggung Jawab Kita"

Selama kita masih bernapas, maka tanggung jawab tetap ada di pundak kita. Baik itu tanggung jawab orang tua terhadap anak atau sebaliknya, pemimpin terhadap anak buahnya atau sebaliknya, suami terhadap istri atau sebaliknya, saudara terhadap saudara kandungnya, rumah tangga terhadap tetangganya, dan banyak lagi tanggung jawab2 lainnya terutama tanggung jawab kita sebagai seorang hamba untuk beribadah kepada-Nya. Yang jelas kita sebagai manusia tidak bisa berperilaku dengan sebebas2nya.

Kita boleh melakukan kesenangan apapun dengan sebebas2nya selama hal itu tidak melanggar tiga patokan utama, yaitu:
1) Tidak melanggar syariat-Nya
2) Tidak mengganggu orang lain
3) Tidak merugikan diri kita sendiri.
Jadi selama tiga patokan di atas tidak dilanggar, kita boleh melakukannya dan jangan hiraukan celaan orang lain yang suka mencela.

Namun tidak bisa kita melakukan apa saja sekehendak kita hanya karena alasan kebebasan. Karena bagaimana pun juga setiap apapun perbuatan kita akan berefek pada orang lain. Bahkan bila kita sendiri sakit akibat ulah diri  kita sendiri maka hal ini bisa membuat repot keluarga kita. Dimana mau tidak mau mereka akan merasa khawatir dan kehidupannya menjadi terganggu akibat ulah kita yang ingin bebas tanpa batas.

Jadi ingatlah akan tanggung jawab kita sebagai pribadi,  keluarga, masyarakat dan juga tanggung jawab kita sebagai seorang hamba. Dan selalulah ingat akan 3 patokan dasar dalam bertindak, yaitu tidak melanggar aturan-Nya, tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.

(Gantira, 29 Mei 2016, Bogor)

Saturday 28 May 2016

"Sistem Lebih Penting daripada Keunggulan Individual"

"Sistem Lebih Penting daripada Keunggulan Individual"

Sebuah organisasi atau negara yang sistem nya sudah baik, maka siapapun yang memimpin organisasi atau negara itu, baik memiliki kemampuan jenius ataupun biasa saja, selama dia berpegang teguh pada sistem tersebut maka organisasi atau negara itu tetap akan berjalan. Apalagi bila pemimpinnya jenius maka organisasi atau negara akan maju lebih cepat lagi.

Namun sebaliknya bila sebuah sistem berantakan, maka siapa pun yang memimpin nya organisasi akan mengalami kekacauan. Kalaupun mendapat seorang pemimpin yang brilian maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu kepemimpinannya akan dihancurkan oleh sistem atau organisasi itu akan sukses sesuai dengan kebrilianan pemimpinnya, namun sayang hal itu hanya akan berjalan selama dia ada. Apabila dia telah tiada maka organisasi atau negara itu akan hancur kembali.

Jadi agar kita memperoleh kesuksesan yang gemilang maka solusinya hanya tiga, yaitu kita memiliki kejeniusan yang luar biasa lalu berpegang pada anugrah ini, atau kita mengikuti orang yang terbukti memiliki kejeniusan tindakan sehingga setiap langkahnya berhasil atau kita mengikuti sebuah sistem yang dijamin kesuksesannya, dimana siapa pun pemimpinnya selama dia taat pada sistem yang ada maka organisasi itu akan sukses.

Sesungguhnya manusia telah diberikan anugrah sebuah sistem yang sempurna yang langsung diturunkan oleh-Nya. Sistem ini tidak hanya akan mendatangkan kesuksesan dunia, tapi juga akhirat. 

Sistem yang sempurna tersebut adalah al-quran dan hadist. Siapapun orangnya, baik dia jenius ataupun tidak, baik dia kuat ataupun lemah, baik dia kaya ataupun miskin, baik dia pejabat ataupun rakyat biasa. Jika dia mengikuti sistem ini secara kaffah pasti dia akan sukses, baik sukses dunia maupun akhirat.

(Gantira, 28 Mei 2016, Bogor)

Friday 27 May 2016

"Penyesalan dari Sebuah Titik Balik Kehidupan"

"Penyesalan dari Sebuah Titik Balik Kehidupan"

Bagaimana rasanya bila ada seseorang yang sejak muda dia bekerja keras dengan keyakinan yang penuh bahwa pada akhir perjalanannya dia akan mencapai kesuksesan.

Namun ternyata di ujung usia tuanya, dia tidak memperoleh apa2. Anak yang diharapkannya malah membuat dia menderita, dimana semua harta yang diusahakannya direbut dengan paksa sehingga dirinya tidak memiliki apa2 lagi.

Pada saat mau memulai kembali, tenaganya sudah tidak sekuat dulu dan hartanya sudah habis direbut anaknya. Impiannya tinggal sebuah impian belaka, sehingga di dalam dirinya hanyalah sebuah pertanyaan besar, di titik mana kesalahan itu terjadi hingga mimpinya hancur berantakan.

Itulah kehidupan yang ada di dunia, bila kita memiliki keyakinan dan cara yang tidak tepat, maka hasilnya pun akan jauh dari bayangan kita. Apalagi    kehidupan setelah mati nanti, orang2 yang salah melangkah baru tersadar bahwa semua hasil kerja kerasnya ketika di dunia sia2 belaka, yang ada adalah penyesalan yang tidak ada manfaatnya lagi.

Oleh karena itu, maka langkah yang paling baik agar kita selamat dari penyesalan di ujung kehidupan kita adalah dengan mencari keyakinan dan cara yang benar. Sehingga semua langkah yang kita lewati tidak diikuti dengan ujung penyesalan yang tak ada manfaatnya lagi.

Ketahuilah bahwa Sang Pencipta Alam semesta ini telah memberikan nikmat yang paling besar, yaitu nikmat petunjuk yang sempurna yang bisa diikuti oleh semua orang yang dengan ikhlas mengikutinya. Nikmat tersebut adalah nikmat Islam, yang semua ajarannya ada dalam al-quran dan hadist.   
Maka pegang teguhlah dua pedoman hidup ini. Walaupun semua orang menyimpang darinya, maka jangan pernah kita bergeser dari dua petunjuk kehidupan utama ini. Karena bila kita menyangsikannya, apalagi melanggarnya maka siap2lah di ujung kehidupan kita akan diliputi penyesalan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺃَﻛْﻤَﻠْﺖُ ﻟَﻜُﻢْ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺗْﻤَﻤْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻧِﻌْﻤَﺘِﻲ ﻭَﺭَﺿِﻴﺖُ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡَ ﺩِﻳﻨًﺎ
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]

ﺍَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺹ ﻗَﺎﻝَ : ﺗَﺮَﻛْﺖُ ﻓِﻴْﻜُﻢْ ﺍَﻣْﺮَﻳْﻦِ ﻟَﻦْ ﺗَﻀِﻠُّﻮْﺍ ﻣَﺎ ﻣَﺴَﻜْﺘُﻢْ ﺑِﻬِﻤَﺎ : ﻛِﺘَﺎﺏَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَ ﺳُﻨَّﺔَ ﻧَﺒِﻴّﻪِ

Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya “. [HR. Malik]

(Gantira, 28 Mei 2016, Bogor)

Saturday 21 May 2016

"Makna Ikhlas yang Benar"

Makna Ikhlas bukanlah sekedar berbuat tanpa tujuan, karena orang yang sedang tidur pun bisa melakukan ini tanpa dia sadari.

Makna Ikhlas bukan seperti buang air besar lalu melupakan apa yang dibuangnya, karena binatang pun bisa melakukan semua ini.

Makna Ikhlas bukan seperti akar yang gigih menembus padas keras mencari air tanpa pamrih demi pohon bisa hidup dan tumbuh, berdaun rindang, berbunga indah, berbuah lebat, dan menampakkan pesonanya ,mendapat pujian pula. Tapi akar tetap sembunyi di dalam  tanah tidak ikut ikutan menampakkan diri. Karena seluruh sel dan jaringan tubuh pada semua makhluk hidup pun melakukan hal yang sama, namun mereka juga sama  tidak mengharapkan pujian.

Kalau makna ikhlas di definisikan seperti makna2 di atas, maka makna itu terlalu sederhana sehingga tidak ada bedanya manusia dengan makhluk lainnya.

Makna yang benar dari ikhlas adalah sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ulama
Abul Qosim Al Qusyairi, “Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari makhluk."

Makna yang benar dari ikhlas adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Sahl bin Abdullah at-Tasturi rahimahullah, “Orang-orang yang cerdas memandang tentang hakikat ikhlas ternyata mereka tidak menemukan kesimpulan kecuali hendaklah gerakan dan diam yang dilakukan, yang tersembunyi maupun yang tampak, semuanya dipersembahkan untuk Allah ta’ala semata. Tidak dicampuri apa pun; apakah itu kepentingan pribadi, hawa nafsu, maupun perkara dunia.” (lihat Adab al-’Alim wa al-Muta’allim, hal. 7-8)

Makna yang benar dari ikhlas adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Abu ‘Utsman rahimahullah, “Ikhlas adalah melupakan pandangan orang dengan senantiasa memperhatikan bagaimana pandangan (penilaian) al-Khaliq.” (lihat Adab al-’Alim wa al-Muta’allim, hal. 8)

Makna yang benar dari ikhlas adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, “ Bahwa seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan, selama jika dia berkata maka dia berkata karena Allah, dan apabila dia beramal maka dia pun beramal karena Allah.” (lihat Ta’thir al-Anfas min Hadits al-Ikhlas, hal. 592)

Makna yang benar dari Ikhlas adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah, "Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat."  (Sunan Abu Daud 3179)

Makna yang benar dari ikhlas adalah sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala,

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS.Az-Zumar : 65 )

Jadi makna ikhlas hanyalah dapat diraih oleh orang yang mengenal-Nya serta tidak menyekutukan-Nya. Oleh karena itu agar keikhlasan kita semakin baik maka kenalilah Dia, Apa saja yang disukai dan diperintahkan-Nya, Apa saja yang dibenci dan dilarang-Nya, lalu murnikan semua itu dilakukan semata2 untuk menggapai ridho-Nya.

(Gantira, 21 Mei 2016, Yogyakarta)

'Sesuatu yang Patut Kita Yakini dan Percayai"

Segala sesuatu yang sudah disebutkan dalam Al-qur'an dan Hadist shahih itu patut kita yakini kebenarannya, sedangkan ungkapan atau ide manusia itu belum tentu kebenarannya berlaku bagi semua orang walaupun kata2 nya sangat memukau.

Al-quran dan hadist adalah sebuah ketetapan langsung yang sumber utamanya dari yang menciptakan alam semesta ini dan dari utusan-Nya sehingga berlaku bagi semua manusia.

Sedangkan perkataan seseorang sumbernya hanyalah ide  pribadinya yang bisa saja hanya sebuah khayalan biasa atau hasil perenungan yang mungkin berlaku hanya bagi dirinya atau beberapa orang saja.

Yang bisa dijadikan patokan untuk lebih di percayai dan diyakini itu adalah sebuah analisa dari hasil pengalaman hidup yang sudah kita lewati. Sedangkan analisa dari hasil pengalaman hidup orang lain itu hanyalah sebagai masukan saja bukan sebagai patokan utama.

Kita harus lebih percaya pada pengalaman hidup kita daripada pengalaman hidup orang lain, karena takdir setiap orang itu berbeda2. Bila orang lain mengerjakan salah satu kegiatan atau usaha bisa mendapatkan kesuksesan besar, sedangkan kita belum tentu akan memperoleh kesuksesan yang sama walaupun apa yang kita lakukan sama persis seperti yang orang lain lakukan.

Adalah suatu perbuatan bodoh bila kita melakukan suatu kegiatan atau usaha ternyata mengalami kegagalan yang berulang2, tapi kita tetap yakin bahwa usaha itu pada akhirnya akan meraih keberhasilan hanya karena melihat orang lain mendapat keberhasilan yang sama pada bidang itu. Sadarilah bahwa bisa jadi takdir kita dengan dia itu berbeda, bisa jadi kita berhasil pada bidang yang lain bukan pada bidang itu.

Umar  bin Khatab pernah berkata bahwa jika kita melakukan suatu usaha yang sama secara berulang2 namun selalu gagal, maka cobalah pindah pada bidang yang lain karena bisa jadi bidang itu bukan takdir hidup kita. Seorang yang berakal itu tidak mungkin jatuh berulang2 pada lubang yang sama.

Jadi kesimpulannya adalah bila kita ingin menggapai masa depan yang lebih baik maka jadikanlah Al-qur'an dan hadist sebagai pedoman hidup kita, serta jadikan pengalaman hidup kita sebagai pelajaran untuk kita ambil hikmahnya dalam memperbaiki apa yang telah terjadi.

Sedangkan perkataan dan pengalaman hidup orang lain, jadikanlah hanya sebagai masukan belaka. Dimana bila hal itu cocok dengan hidup kita maka dapat kita pakai, namun bila tidak sesuai dengan hidup kita maka dapat kita abaikan.

(Gantira, 21 Mei 2016, Yogyakarta)

Thursday 19 May 2016

" Tayangan Ulang Kehidupan"

Saya tiba2 teringat akan cerita almarhum kakak bahwa saat dia tidak sadar diri, semua kehidupan dari kecil sampai saat pingsan, dia melihat semua kehidupan diputar ulang dengan sangat cepat.

Saya tiba2 teringat akan isi sebuah buku bahwa di saat menjelang kematian, kehidupan kita akan ditayangkan dengan super sangat cepat dari saat lahir sampai akhir napas kita. Sehingga karena sangat cepatnya putaran itu, di akhir tayangan semua syaraf otak langsung terputus dan berhenti dengan tiba2. Yang secara kedokteran semua sel otaknya langsung mati yang menandakan bahwa sudah tidak ada lagi kehidupan.

Saya tiba2 teringat, bahwa di hari penghisaban nanti semua episode kehidupan kita akan ditayangkan di hadapan semua manusia dari mulai diciptakannya nabi Adam sampai kiamat tiba.

Saya tiba2 teringat bahwa orang2 yang akan binasa merasa sangat malu dan tersiksa akan tayangan dirinya yang disaksikan oleh semua umat manusia. Sehingga dia ingin cepat masuk neraka karena rasa malunya, yang dia sendiri belum menyadari bahwa azab neraka lebih mengerikan daripada suasana saat itu.

Saya tiba2 teringat bahwa orang2 yang akan beruntung, kehidupan nya akan ditayangkan pula dihadapan semua manusia. Namun karena kasih sayang Allah, maka yang ditayangkan hanyalah kehidupan yang baik2 saja, sedangkan yang buruknya Allah sembunyikan. Sehingga dia mendapat banyak pujian dari penduduk padang masyar, sedang dia sendiri bersyukur bahwa hanya yang baik saja yang ditampilkan.

Ya, Rabb. Kami tidak tahu apakah yang terjadi pada kami. Apakah akan mengalami seperti kebinasaan ahli neraka yang semua kehidupan kita ditayangkan dari dosa yang kecil sampai yang besar atau seperti keberuntungan ahli surga yang hanya ditayangkan yang baik baik saja.

Ya Rabb, dosa kami yang Engkau tahu bagai sebuah gunung, dibandingkan amal kami yang tidak kami sadari mungkin  Engkau nilai hanya sebesar sayap lalat.

Namun, ya Rabb kami tidak akan putus asa dari rahmat dan rahim-Mu. Karena ampunan-Mu berjuta2 kali lipat dari besarnya dosa kami.

Ya Rabb, ampuni dosa kami sebelum kami meninggalkan dunia yang fana ini, aamiin
3x..


(Gantira, 19 Mei 2016, Yogyakarta)

Friday 13 May 2016

"Menggapai Solusi dengan Sabar dan Shalat"

"Menggapai Solusi dengan Sabar dan Shalat"

Setiap orang pasti memiliki permasalahan hidup yang berbeda2, ada masalah yang berat sehingga membuat tidurnya tetap dalam kondisi gelisah, ada juga masalah yang ringan hingga membuatnya termenung sejenak dalam memikirkan jalan keluarnya.

Satu2nya cara yang paling tepat adalah meminta pertolongan kepada yang menciptakan semua makhluk di alam semesta ini, agar semuanya diberikan jalan keluar sehingga kita  dapat melewatinya dengan  benar.

Sebagaimana yang terdapat pada salah satu ayat dalam kitab suci al-qur'an:

“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (QS. AlFatihah : 5)

Jadi hanya kepada Allah kita meminta pertolongan atas semua permasalah hidup kita. Kita dilarang minta tolong kepada selain-Nya, kalau pun terpaksa meminta pertolongan kepada selain-Nya, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, sebagaimana yang terdapat dalam  Syarh Ushul Tsalatsah Syaikh Utsaimin, yaitu:


1) Makhluk itu hidup

Jika makhluk itu mati maka tidak boleh dimintai pertolongannya, meskipun di masa hidupnya dulu ia seorang nabi, wali, atau orang saleh.


2) Makhluk itu hadir di hadapannya

Jika makhluk itu tidak hadir seperti jin, maka ia tidak boleh meminta pertolongan pada makhluk tersebut.


3) Makhluk itu mampu untuk memberikan pertolongan

Mampu memberikan pertolongan itu semisal membawakan barang yang berat, meminjamkan uang, atau yang lainnya. Jika makhluk itu tidak mampu, maka ini adalah perbuatan sia-sia dan mengolok-olok makhluk tersebut.


Namun tetap langkah yang paling utama adalah mengutamakan memohon kepada Allah atas semua kebutuhan kita.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimanakah cara kita minta tolong kepada Allah?

Segala sesuatu itu ada tata caranya dalam meminta. Dan tata cara itu tidak dibuat oleh sembarang orang tapi mesti berasal dari yang akan memberi pertolongan tersebut. Allah swt telah menetapkan bagaimana cara meminta tolonglah kepada-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (Al Baqarah [2] : 45 - 46)

Jadi ada dua cara atau sarana untuk meminta pertolongan kepada Allah yaitu dengan sabar dan shalat.

1) Sabar

Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang2 yang sabar, sehingga Dia senantiasa bersama mereka, dan disamping itu orang sabar akan diberi kemenangan yang besar.

Sebagaimana dalam firman-Nya:

"Allāh mencintai orang-orang yang sabar." (Āli 'Imrān 146)

“Allāh bersama orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah 153)

“Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka pada hari ini, karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.”(Al-Mukminun: 111).

Bahkan orang yang dapat bersabar akan diberikan balasan pahala tanpa batas, dan memperoleh anugrah surga-Nya,

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar 39:10)

“Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”. (QS. Al Furqaan 25:75)

Bentuk sabar bagaimanakah yang akan mendapatkan pertolongan-Nya?

Bentuk sabar yang akan mendapatkan pertologan-Nya adalah:

a. Sabar yang khusyuk

Yaitu kesabaran yang diliputi keyakinan bahwa dia akan menemui Rabbnya dan akan kembali kepada-Nya sebagaimana ayat Al-Baqarah 45-46 di atas.

Sehingga dengan sabar yang khusyuk ini, kita akan menganggap ringan setiap cobaan yang ada bila dibandingkan dengan besarnya adzab Allah yang akan ditimpakan pada orang yang berputus asa pads hari kiamat nanti. Disamping dengan sabar yang khusuk dia akan menyadari  betapa besar limpahan kebaikan yang akan diterimanya kelak.

b. Sabar yang ridho

Yaitu sabar yang ridho pada semua keputusan Allah sehingga semuanya dikembalikan kepada-Nya.

Sebagaimana yang ada dalam firman-Nya,

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun' (Kita ini milik Allah, dan kepadaNya kita kembali)" (al-Baqarah [2]: 155-157)

Bahkan orang yang sabar serta ridho atas keputusan-Nya dengan diiringi ucapan istirja' ini akan mendapatkan gantinya yang jauh lebih baik dari yang diambil darinya. Sebagaimana hadist

Shahabiyah Ummu Salamah menyebutkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“ Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah (yaitu): ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, wahai Allah, berilah aku pahala pada (musibah) yang menimpaku dan berilah ganti bagiku yang lebih baik darinya’; kecuali Allah memberikan kepadanya yang lebih baik darinya .” (HR. Muslim no. 918)

c. Sabar yang istiqomah

Yaitu kesabaran yang diliputi keistiqomahan dalam ketaatan pada semua perintah Allah,  keistiqomahan dalam menjauhi semua larangan-Nya serta keistiqomahan dalam menggapai rahmat-Nya.

Dia bisa secara istiqomah melakukan semua hal yang benar dalam rangka taat kepada Allah, dia tidak terpengaruh akan ejekan dan celaan orang2 yang suka mencela.

Allah berfirman, “ Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah )?’’ (QS Maryam [19]: 65).

Dia bisa secara istiqomah dalam menjauhi apa yang dilarang-Nya walaupun itu sesuatu yang sangat diinginkan oleh hawa nafsunya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “ Apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu dan apa yang aku larang maka jauhilah “. (HR Bukhari)

Dia pun berusaha untuk istiqomah dalam menggapai rahmat-Nya.

Allah berfirman yang isinya menyebutkan perkataan Nabi Ya’qub:

"Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya; dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"
(Yusuf: 87)

d. Sabar yang  diiringi dengan dzikir

Yaitu kesabaran yang diiringi dengan berdzikir kepada Allah,  dia selalu menyebut nama-Nya baik dalam hati maupun dengan lisannya.

Allah Ta’ala berfirman:“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta jangan ingkar (pada nikmat-Ku).” (Al-Baqarah, 2:152)


Dalam sebuah hadist, Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
"Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” [HR. Al-Bukhari 8/171 dan Muslim 4/2061.

e. Sabar yang diliputi dengan bertobat kepada Allah

Yaitu sabar yang diiringi dengan tobat, memohon ampun kepada-Nya atas segala dosa yang telah diperbuat. Sebagaimana dalam salah satu ayat dalam al-qur'an:

"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya". (Huud : 3)


2) Shalat

Shalat adalah rahmat Allah yang besar. Mencari pertolongan dengan shalat ketika menghadapi kesulitan berarti menuju rahmat Allah. Dan jika rahmat Allah datang, tidak akan ada lagi kesulitan.

Bahkan Rasulullah senantiasa shalat jika menemukan kesulitan sebagaimana hadist. Dari Hudzaifah radhiallahu anhu., ia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan shalat.” (Ahmad, Abu Dawud – Durrul Mantsur).

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa beliau bersabda, “Perbanyaklah shalat sunah di rumahmu agar rumahmu dipenuhi kebaikan."

Wahab bin Munabbih rah.a. berkata, “Dianjurkan untuk meminta keperluan kepada Allah melalui shalat. Orang-orang terdahulu, jika sesuatu menimpa mereka, mereka akan mengerjakan shalat. Siapa saja di antara mereka yang tertimpa masalah akan segera mengerjakan shalat.

Ia bercerita, “Di Kuffah ada seorang kuli barang yang terkenal. Orang-orang selalu mempercayainya. Karena sifatnya yang jujur dan terpercaya, para pedagang banyak menitipkan barang atau uang kepadanya.


Ketika ia sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu bertanya, “Engkau mau kemana?” Jawab kuli itu, “Aku akan ke kota fulan.” Sahut laki-laki itu, “Aku juga akan ke sana. Aku dapat berjalan kaki bersamamu, atau bagaimana jika aku menumpang baghalmu dengan bayaran sedinar?” Kuli itu pun setuju.


Ketika tiba di suatu persimpangan jalan, penumpang tadi berkata, “Jalan manakah yang akan engkau lalui?” Jawab kuli, “Jalan besar yang umum ini!” Sahut penumpang tadi, “Jalan yang satu ini lebih dekat dan lebih mudah bagi makanan binatang karena banyak rumput di sana.” Jawab kuli, “Aku belum pernah melihat jalan ini.” Kata penumpang, “Aku sering melewatinya.” “Baiklah jika begitu,” jawab kuli.


Mereka pun melalui jalan itu. Beberapa lama kemudian, mereka tiba di sebuah hutan seram yang banyak berserakan bangkai manusia. Tiba-tiba penumpang tadi melompat dari baghal yang dinaikinya dan langsung mengeluarkan pedang dari balik punggungnya dengan niat membunuh kuli tadi. “Jangan!” teriak kuli. “Ambillah baghal beserta semua barangnya, tetapi jangan bunuh aku!” Penumpang itu tidak mempedulikan tawaran tersebut, bahkan ia bersumpah akan membunuh kuli tersebut untuk kemudian mengambil semua barangnya. Kuli merasa cemas, namun si penumpang tidak mempedulikan sama sekali.


Akhirnya kuli berkata, “Baiklah, izinkan aku shalat dua rakaat untuk terakhir kalinya.” Sambil tertawa, penumpang itu mengabulkan keinginan kuli dan berkata, “Silakan, cepatlah shalat! Mereka yang mati ini pun telah meminta hal yang sama sebelum mati, tetapi shalat mereka ternyata tidak menolong mereka sedikit pun.”


Segera kuli itu shalat, tetapi setelah membaca Al-Fatihah, tidak ada satu surat pun yang dapat diingatnya. Sedang orang zhalim itu menunggu sambil terus berteriak, “Cepat, selesaikan shalatmu!” Tanpa sengaja, terbaca oleh lidah si kuli ayat yang berbunyi:


“Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan bila ia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesulitan.” (Q.s. An-Naml: 62).


Kuli tersebut membacanya sambil menangis. Tiba-tiba muncullah seorang penunggang kuda bertopi gemerlapan dari besi. Ia datang dan menikam orang zhalim tadi sehingga mati. Dan di tempat orang zhalim itu mati keluarlah nyala api. Kuli langsung bersujud syukur ke hadirat Allah swt.. Lalu ia lari ke penunggang kuda tadi dan bertanya, “Siapakah engkau dan bagaimanakah engkau datang?” Jawabnya, “Aku adalah hamba dari ayat yang engkau baca tadi. Sekarang engkau aman dan dapat pergi ke mana pun sesukamu.” Setelah berkata demikian, orang itu pun menghilang.”

 (Nazhatul-Majalis).

Dalam kitab Zaadul Ma'ad disebutkan pula bahwa "shalat adalah pintu rezeki. Shalat menjaga kesehatan, mengusir penyakit, menguatkan hati, mencerahkan wajah, menyenangkan jiwa, menyegarkan badan, menjauhkan malas, melapangkan dada, makanan rohani, mencerahkan hati, menjaga tetapnya nikmat Allah pada kita, perlindungan dari azab Allah, menjauhkan syaitan, dan mendekatkan diri kepada Ar-Rahman."

Pada hakikatnya, shalat adalah kekayaan yang sangat besar. Selain akan mendatangkan keridhaan Allah, shalat juga akan menyelamatkan dari bencana dunia dan menenangkan hati.

Bentuk shalat yang bagaimana kan yang akan mendapatkan pertolongan Allah?

Bentuk shalat yang akan mendapatkan Pertolongan-Nya, diantaranya adalah

a. Shalat yang khusuk

Yaitu shalat yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, sebagaimana dalam surat Al-baqarah 45-46 yang telah dituliskan pada awal2 pembahasan ini.

Sehingga dengan shalat yang khusuk ini, kita akan menghayati apa yang kita baca dan merasa bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah secara langsung. Bahkan Rasulullah karena khusuknya beliau shalat, walaupun kakinya sampai bengkak2  beliau tidak merasakan kesakitan itu. Disamping itu banyak juga para ulama yang menangis saat shalat sendirian dikarenakan kenikmatan dari khusuknya shalat ini.

b Shalat yang kualitasnya baik

Yaitu shalat yang kualitasnya sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah, baik dari segi tepatnya waktu, tata cara gerak shalat, maupun dari segi mengutamakan shalat berjamaah untuk shalat fardhu.

Sabda Rasulullah saw : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku melakukan shalat” (Shahih Bukhari)

Dari Ibnu Mas`ud  berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah : “ Apakah amalan yg paling afdhal? ”, beliau bersabda: “ Shalat pd waktunya ”, aku berkata kembali: “Kemudian apa?”, beliau bersabda: “ Berbakti kepada kedua orang tua ”, kemudian apa?”, beliau bersabda: “ Berjihad fi sabilillah ”. Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah  telah menyampaikannya kepadaku secara langsung, jikalau aku meminta tambahan nasehat lagi niscaya beliau menambahnya. Muttafaq ’alaih.
[Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist :527 & Muslim no hadist: 85]

Umar ra bahwa Rasulullah Saw bersabda,
“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat.” (HR Bukhari)

c. Shalat yang kuantitas shalat sunatnya lebih banyak

Selain itu, semakin banyak dia menambah dengan melakukan shalat sunat, maka pertolongan Allah kepadanya akan semakin dekat.

Dalam hadits diriwayatkan, Rasulullah Saw berkata kepada Rubi’ah ibn Malik : “Wahai Rubi’ah, mintalah apa yang engkau inginkan dariku”. Maka Rubi’ah berkata : “Ya Rasuulullah, saya ingin menemani engkau sampai dengan di surga”. Rasulullah Saw bersabda : “Apakah tidak ada permintaanmu selain itu?”. Rubi’ah menjawab: “Hanya itu, ya Rasulullah”. Rasulullah Saw :”Kalau begitu, tolonglah aku agar aku bisa memberikan syafa’at dan pertolongan untukmu dengan jalan kamu memperbanyak sujud”. (HR Muslim 1/353)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata,
“Dua orang dari (kabilah) Baliy, suatu kabilah keturunan Qudha’ah telah masuk Islam di hadapan Rasulullah saw.. Salah seorang dari keduanya telah mati syahid dan yang seorang lagi mati setahun kemudian.” Thalhah bin Ubaidillah r.a. berkata, “Aku bermimpi bahwa orang yang mati terakhir itu dimasukkan ke surga lebih dahulu daripada yang mati syahid.” Aku merasa heran terhadap kejadian tersebut. Esok paginya aku sampaikan mimpiku kepada Nabi saw., (atau mimpi itu diceritakan oleh seseorang kepada Nabi saw.) Maka beliau bersabda, “Bukankah orang yang mati terakhir itu berpuasa penuh pada bulan Ramadhan dan shalat sebanyak enam ribu rakaat dan sekian rakaat shalat selama setahun?” (Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban – At-Targhib).

d. Shalat yang terealisasi dalam kehidupan

Sesungguhnya salah satu ciri shalat yang disenangi oleh Allah adalah shalat yang menimbulkan efek pada kehidupan sehari2.

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan fahsya’ dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. 29:45)

Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Al Hasan dan Al A’masy berkata : siapa yang sholatnya tidak mencegah dari fahsya’ dan mungkar, sholatnya tidak akan menambah kecuali akan jauh dari Allah. ( padahal sholat adalah dalam rangka dekat kepada allah )

e. Shalat yang diliputi rasa syukur

Sesungguhnya kita shalat sebagai salah satu bentuk rasa syukur kita kepada Allah yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan kepada kita. Bahkan karena rasa syukur yang begitu besar, Rasulullah melakukan shalat dengan sangat lama sehingga membuat kakinya sampai bengkak.

Ketika Rasulullah SAW beribadah sampai kaki beliau bengkak-bengkak, Sayidah Aisyah istrinya berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau beribadah sampai seperti itu, bukankah Allah telah mengampuni segala dosamu?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah engkau suka aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?” (HR Bukhari dan Muslim).

Jadi bila kita ingin selalu berada dalam kemenangan dan selalu dekat dengan-Nya sehinga mudah mendapatkan pertolongan-Nya maka tingkatkanlah kesabaran kita serta perbaiki shalat kita sehingga semua harapan kita semakin mudah terkabul oleh-Nya.

“Ya Tuhan, limpahkan kesabaran pada hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.”

"Ya Tuhanku jadikanlah kami dan anak cucu kami orang – orang yang tetap mendirikan sholat"


“Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengarahkan Hati, arahkanlah hati-hati kami untuk selalu taat pada-Mu"

" ya Tuhan kami perkenankanlah doa kami"

Aamiin..3x.. ya rabbal ‘alamin

(Gantira, 14 Mei 2016, Bogor)

Friday 6 May 2016

"Tiga Nikmat Terbesar bagi Manusia"

Sesungguhnya Allah swt telah memberikan banyak kenikmatan kepada manusia. Allah telah menciptakan langit, bumi, matahari, bulan, udara, air dan seluruh yang ada di dalamnya sebagai sarana untuk bisa dimanfaatkan manusia. Bahkan pada diri manusia pun diberikan berbagai kenikmatan pula, yaitu nikmat mata untuk melihat, nikmat telinga untuk mendengar, nikmat kulit untuk merasakan, nikmat kaki untuk berjalan dan banyak lagi nikmat yang Allah berikan pada tubuh kita.

Banyaknya nikmat yang diberikan Allah kepada manusia ini terdapat dalam salah satu firman-Nya:

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (An-Nahl:18)

Dari sekian banyaknya nikmat Allah yang tak terhitung tersebut, tetap ada peringkat nikmat terbesar. Tiga Nikmat terbesar itu, diantaranya adalah:

1. Nikmat Iman

Semua nikmat di atas yang Allah berikan pada manusia hanyalah bisa dinikmati ketika di dunia saja. Namun setelah mati maka semua nikmat tersebut akan sirna seiring dengan habisnya jatah hidup kita di dunia.

Walaupun demikian, ada satu nikmat terbesar yang tidak hanya bisa dinikmati ketika di dunia ini saja, tapi juga akan dirasakan efeknya ketika kita telah meninggalkan dunia yang fana ini. Nikmat Terbesar itu adalah nikmat iman, yaitu berupa nikmat hidayah yang Allah berikan pada manusia2  pilihan-Nya sehingga hidupnya senantiasa taat pada semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam sebagai aturan hidupmu (Al-Maaidah:3)

Betapa besar nikmat Allah atas manusia ketika Dia mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya Islam dan menunjukkannya kepada agama yang diridhai-Nya. Itu semua untuk menggapai tujuan utama penciptaan manusia, yaitu menyembah Allah. Karena itu manusia akan meraih kebahagiaan di dunia dan pahala yang baik di akhirat kelak.

Orang yang tidak memperoleh nikmat iman ini, mereka mungkin hanya akan merasakan kebahagiaan ketika di dunia. Namun setelah mereka mati maka mereka akan mendapatkan azab yang pedih, yang berlangsung tanpa berkesudahan. Pada saat mereka telah melihat azab Allah, mereka akan menyesal telah menyia nyiakan waktunya di dunia dan mereka ingin kembali untuk beribadah kepada Allah,
"Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), 'Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin' " [as-Sajdah/32:12]

Bahkan mereka siap menukarkan semua kenikmatan dunia ditambah kenikmatan sebesar itu lagi untuk mendapatkan kenikmatan iman tersebut,

"Bagi orang2 yang memenuhi seruan Tuhan, mereka (disediakan) balasan yang baik. Dan orang2 yang tidak memenuhi seruan-Nya, sekiranya mereka memiliki semua yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak itu lagi, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu. Orang2 itu mendapatkan (perhitungan) yang buruk dan tempat kediaman mereka Jahanam, dan itulah seburuk2 tempat kediaman." (Qs. Ar-Ra'd:18)

Orang yang mendapatkan nikmat iman, dia akan hidup kekal di surga-Nya, sedangkan orang yang tidak mendapatkan nikmat ini, dia pun akan hidup kekal pula namun dalam neraka-Nya.

”Penghuni surga akan masuk surga dan penghuni neraka akan masuk neraka, kemudian penyeru berdiri di antara mereka dan berkata, Wahai penghuni surga, sekarang tidak ada lagi kematian. Wahai penghuni neraka, sekarang tidak ada lagi kematian. Semuanya kekal abadi di tempat masing-masing.” (HR Al-bukhori-Muslim).

2. Nikmat Sehat

Nikmat Terbesar kedua di dunia ini setelah nikmat iman adalah nikmat sehat.

Pernahkah kita mengalami sakit gigi?  Bagi orang yang sedang mengalami sakit gigi, hidupnya terasa menyiksa. Semua makanan yang nikmat jadi terasa hambar, semua pemandangan yang indah tidak bisa lagi dinikmati, semua pakaian yang mewah tak lagi berarti. Yang dia fokuskan adalah bagaimana cara agar sakit giginya cepat hilang.

Sakit gigi ini akan terasa menyengsarakan bagi orang yang sedang mengalaminya, namun sangat disepelekan bagi orang yang belum atau tidak sedang mengalaminya. Sakit gigi yang terasa sepele saja sudah sangat menyiksa dan menyita seluruh hidupnya, apalagi sakit yang lain yang lebih berat yang sulit disembuhkan, seperti sakit kangker, sakit jantung, sakit ginjal, ataupun sakit berat lainnya.

Banyak orang yang menghabiskan hartanya dalam waktu sekejap untuk mencari kesembuhan dari penyakit yang dideritanya, padahal dia telah mengumpulkannya selama bertahun2. Tapi dia tetap lebih rela menghabiskan harta benda yang sudah susah payah dikumpulkannya hanya untuk mendapatkan kembali nikmatnya  sehat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan dengan sabdanya :

ﻣَﻦْ ﺃَﺻْﺒَﺢَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻣُﻌَﺎﻓًﻰ ﻓِﻲ ﺟَﺴَﺪِﻩِ ﺁﻣِﻨًﺎ ﻓِﻲ ﺳِﺮْﺑِﻪِ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻗُﻮﺕُ ﻳَﻮْﻣِﻪِ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﺣِﻴﺰَﺕْ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ

"Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya. [HR Ibnu Majah, no. 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al Albani di dalam Shahih Al Jami’ush Shaghir, no. 5918]

Pada kisah lain diriwayatkan bahwa seseorang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang ‘alim.

Maka orang ‘alim itu berkata: “Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”
Dia menjawab: “Tidak”.

Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Dia menjawab: “Tidak”.

Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?” Dia menjawab: “Tidak”.

Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Dia menjawab: “Tidak”.

Orang ‘alim itu berkata: “Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu (Allah Azza wa Jalla) sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dirham padamu?”

(Mukhtashar Minhajul Qashidin)

3. Nikmat Waktu Luang

Nikmat terbesar ke tiga di dunia ini setelah nikmat iman dan nikmat sehat adalah nikmat waktu luang.

Betapa banyak orang yang memiliki nikmat sehat, memiliki banyak harta, pasangan yang cantik/tampan, anak2 yang lucu, namun mereka tidak bisa menikmati semua itu. Hal ini disebabkan karena kesibukan yang luar biasa, sehingga badannya kelelahan dan pikirannya terpecah-pecah karena banyaknya urusan yang datang terus berganti sehingga tidak bisa menikmati apa yang sudah dimilikinya.

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari, no. 5933].

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Kadang-kadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak longgar, karena kesibukannya dengan penghidupan. Dan kadang-kadang manusia itu cukup (kebutuhannya), tetapi dia tidak sehat. Maka jika keduanya terkumpul, lalu dia dikalahkan oleh kemalasan melakukan kataatan, maka dia adalah orang yang tertipu. Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan ladang akhirat, di dunia ini terdapat perdagangan yang keuntungannya akan nampak di akhirat. Barangsiapa menggunakan waktu luangnya dan kesehatannya untuk ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang yang pantas diirikan. Dan barangsiapa menggunakan keduanya di dalam maksiat kepada Allah, maka dia adalah orang yang tertipu. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan, dan kesehatan akan diikuti oleh sakit, jika tidak terjadi, maka itu (berarti) masa tua (pikun). [Fathul Bari].

Jadi kesimpulannya adalah harapkan dan kejarlah nikmat tertinggi, yaitu berupa nikmat iman  yang ada di dunia ini sebelum kita mati. Dan jangan pernah rela kenikmatan yang tak terhingga ini ditukar dengan kenikmatan lain yang sifatnya sesaat yang hanya bisa dinikmati di dunia saja. Serta jangan pernah iri kepada orang lain yang berlimpah hartanya dan sehat badannya namun tidak memiliki iman, karena pada dasarnya mereka adalah orang2 yang rugi.

"Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman, beramal shalih, saling berwasiat dengan kebenaran serta berbuat sabar" (QS Wal-Ashri 1-3).

Bila kita diberi nikmat iman dan juga nikmat sehat, maka ini adalah dua nikmat terbesar yang harus kita syukuri. Apalagi kita juga di anugrahi nikmat waktu luang, dimana segala kebutuhan dunia  terpenuhi sehingga kita tidak terlalu disibukkan oleh berbagai urusan dunia, maka sudah sepantasnya memanfaatkan ketiga nikmat ini dengan banyak bersyukur yaitu dengan cara  semakin taat kepada-Nya, agar nikmat yang ada semakin bertambah pada kita.

“Dan ingatlah ketika Rabb-mu memberitahukan, jika kalian bersyukur niscaya Aku akan tambah bagi kalian. Dan jika kalian kufur, sesungguhnya adzab-Ku itu amatlah berat.” (Qs. Ibrahim: 7)


ﺭَﺏِّ ﺃَﻭْﺯِﻋْﻨِﻲ ﺃَﻥْ ﺃَﺷْﻜُﺮَ ﻧِﻌْﻤَﺘَﻚَ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺃَﻧْﻌَﻤْﺖَ ﻋَﻠَﻲَّ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻭَﺍﻟِﺪَﻱَّ ﻭَﺃَﻥْ ﺃَﻋْﻤَﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﺗَﺮْﺿَﺎﻩُ ﻭَﺃَﺩْﺧِﻠْﻨِﻲ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻓِﻲ ﻋِﺒَﺎﺩِﻙَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ


“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (Q.S. An-Naml : 19)

Aamiin..3x.. ya rabbal ‘alamin

(Gantira, 7 Mei 2016, Bogor)

Sunday 1 May 2016

"Kurva Kehidupan Manusia"

Bila dilihat dari segi faktor kemampuan yang dimiliki manusia, umumnya grafik perjalanan waktu yang dimiliki manusia bagaikan  grafik kurva parabola terbuka ke bawah. Dimana diawali dengan ketiadaan yang berkemampuan nol, lalu terlahir sebagai seorang bayi yang masih lemah, kemudian berkembang hingga memiliki kemampuan maksimal, setelahnya kemampuan itu terus menurun sampai pada  posisi terendah yang tidak memiliki kemampuan apa2 lagi, yaitu kembali kepada tanah.

Sebagaimana yang terdapat dalam  Surah Al-Hajj ayat 5
“…… Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya….”

Kemampuan kemandirian yang dimiliki manusia ini di awali dengan datangnya akhir baligh, dimana untuk laki2 ditandai dengan mimpi basah sedangkan bagi perempuan diawali dengan datang bulan. Pada saat awal kedewasaan ini, maka sudah berlaku baginya kewajiban untuk memegang amanah. Pada usia ini pula mulai berlaku hukum pahala dan dosa baginya, sudah saatnya untuk dilakukan pengkaderan padanya hingga suatu saat dia siap memimpin perjuangan selanjutnya.  Di awal kedewasaan ini pun, dia sudah mulai diberi tanggung jawab untuk ikut berjihad ke medan perang bila terjadi peperangan dalam wilayahnya. Umumnya  awal kedewasaan ini terjadi ketika usia menginjak 15 tahun, sebagaimana yang terdapat dalam hadist:

Dari Ibnu ’Umar radliyallaahu ’anhuma , ia berkata :

”Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam
menunjukku untuk ikut serta dalam perang Uhud, yang ketika itu usiaku empat belas tahun. Namun beliau tidak memperbolehkan aku. Dan kemudian beliau menunjukku kembali dalam perang Khandaq, yang ketika itu usiaku telah mencapai lima belas tahun.
Beliau pun memperbolehkanku”.

Naafi’ berkata : ”Aku datang kepada ’Umar bin ’Abdil-’Aziz yang ketika itu menjabat sebagai khalifah, lalu aku beri tahu tentang hadits tersebut. Kemudian ia berkata : ’Sungguh ini adalah batasan antara kecil dan besar’. Maka ’Umar menugaskan kepada para pegawainya untuk mewajibkan bertempur kepada orang yang telah berusia lima belas tahun, sedangkan usia di bawahnya mereka tugasi untuk mengurus keluarga orang-orang yang ikut berperang” [HR. Al-Bukhari no. 2664, Muslim no. 1868, Ibnu Hibban no. 4727-4728, dan yang lainnya].

Dan usia matang kedewasaan seseorang terjadi pada usia 40 tahun. Saat usia inilah dia sudah memiliki kemampuan analisis terbaik baginya, baik analisis dari segi akhirat maupun keduniaan. Pada saat usia ini, dia bisa memaksimalkan potensinya terutama untuk mengumpulkan bekal buat di kehidupan abadi kelak.

Sebagaimana yang terdapat dalam al-qur'an,  Allah SWT berfirman:
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah 30 bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa, "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tua ku, dan supaya aku dapat berbuat amal yang salah yang Engkau ridahai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri." (QS Al-ahqaaf:15)

Pada usia sekitar 40 tahun ini pula Rasulullah diutus sebagai seorang Rasul. Oleh karena itulah, pada saat menginjak usia 40 tahun kita harus menerapkan arah tujuan kita mau kemana dan terus berjuang semaksimal kemampuan kita karena potensi yang kita miliki sudah sangat matang.

Jangan sampai awal usia 40 tahun ini berlalu begitu saja hingga pada akhirnya kita akan melemah dan tidak bisa lagi memiliki kemampuan untuk mewujudkan visi besar hidup kita.

Tubuh mulai melemah di saat usia mulai 60 tahunan. Saat usia ini,  kita harus mulai menyadari bahwa kemampuan kita tidak seperti dulu dan kita harus mulai mengurangi segala aktifitas dan makanan yang dapat menggerogoti kemampuan kita secara cepat. Melemahnya kemampuan kita sebagaimana yang terdapat dalam salah satu hadis:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Allah memberi udzur kepada seseorang yang Dia akhirkan ajalnya, hingga sampai usia 60 tahun." (HR. Bukhari 6419).

Saat usia ini, sudah saatnya memberikan estafet kepemimpinan perjuangan pada generasi selanjutnya yang usianya sudah mulai menginjak 40 tahunan.

Dengan menyadari kurva kehidupan manusia ini, maka kita harus berusaha merefleksikan dalam kehidupan kita.

Usia berapakah diri kita saat ini?

Jika usia kita masih di bawah 40 tahun, maka kita masih memiliki waktu untuk mencari banyak pengalaman, ilmu pengetahuan, mencoba berbagai macam makanan halal, mengasah dan meningkatkan kemampuan kita untuk menentukan jalan hidup kita. Disamping itu, pada usia di bawah 40 tahun kita bisa membuat daftar ilmu apa saja yang harus kita miliki, kegiatan apa saja yang harus kita tekuni, makanan apa yang bagus dan bermanfaat untuk mendukung kehidupan nanti yang ingin kita gapai.

Bila kita sudah menginjak 40 tahunan, maka sudah saatnya kita menentukan jalan hidup kita arahnya mau kemana, lalu istiqomahlah di jalan itu semaksimal kemampuan kita. Disamping itu juga pada saat usia ini merupakan usia aplikasi hidup. Dimana kita mulai menerapkan dengan sungguh2 semua ilmu yang sudah kita kumpulkan, kita harus mendalami dengan tekun skala prioritas yang ingin kita gapai. Serta memaksimalkan untuk bisa mewujudkan cita2 yang sudah kita tulis dalam daftar dan juga mengkonsumsi makanan2 yang berkualitas yang bisa meningkatkan kesehatan kita dalam mendukung target2 yang ingin kita wujudkan.

Bila usia kita sudah menginjak usia 60 tahun, kita harus mulai menyadari bahwa kemampuan kita mulai melemah. Kita harus tahu diri, hingga mulai mengidentifikasi apa saja pantangan2  dalam menjalani hidup ini. Tidak semua makanan dan aktifitas yang bagus  masa usia 40 tahun bagus juga ketika usia 60 tahun. Sehingga kita mulai memilih2 mana saja yang harus terus dikurangi seiring dengan meningkatnya usia kita.

Semoga kita semua, pada akhir hidup kita dianugrahi husnul khatimah hingga kembali kepada-Nya dalam keadaan ridho dan diridhoi-Nya, aamiin.aamiin..aamiin..ya Rabbil alamin..

(Gantira, 2 Mei 2016, Bogor)