Sunday 2 August 2015

Harapan dan Putus Asa


Aku termenung akan respon anak-anakku tentang masa yang akan datang.

Pada jumat kemarin, saat mau berangkat sekolah, putriku sangat ceria, nampak dari refleksi ucapannya: "Aku sangat senang banget sekolah di hari jum'at".

Isteriku bertanya, "Lho kok senang banget, emangnya ada apa?"

Putriku menjawab, " Karena besok hari sabtu, aku bisa bebas bermain".

Dan semalam, saat akan pergi ke mesjid bersama putraku, dia berucap, "Ah, besok hari minggu. Aku gak suka hari minggu".

Aku heran, lalu bertanya, "Kenapa gak suka?"

Putraku menjawab, " Karena, sebentar lagi senin dan aku gak bebas lagi bermain"

(Nb. Saya membuat peraturan buat anak-anaku bahwa hari senin sampai hari jumat tak ada main games dan tak ada dvd. Sedangkan hari sabtu dan minggu bebas main games dan nonton dvd.)


Melihat respon kedua anakku tentang masa depan, aku jadi memahami sesuatu, yaitu:

Orang yang terbaik adalah orang yang memenuhi hatinya dengan penuh harapan di masa datang. Sehingga dia bisa menikmati hari ini, yang sebenarnya situasinya tidak nyaman, hanya karena berharap akan datangnya kebahagiaan masa yang akan datang.

Sedangkan orang yang terburuk adalah orang yang berputus asa di masa depan. Sehingga dia gelisah akan hari ini, yang sebenarnya membahagiakan , hanya karena takut akan datangnya keburukan masa datang.


Jadi, sebaik- baik makhluk adalah orang mukmin, karena mereka berharap akan kehidupan akhirat. Sehingga hati mereka akan tenang saat mengingat kematian sebagai pintu gerbang menuju surga.

Sebaliknya, seburuk-butuk makhluk adalah orang kafir, karena mereka putus asa akan kehidupan akhirat. Sehingga hati mereka akan gelisah saat mengingat kematian sebagai pintu gerbang menuju neraka.

"Ya Rabb,  jadikanlah keluarga kami sebagai keluarga yang selalu taat pada-Mu, serta selalu berhusnuzhan dan penuh harap pada rahmat-Mu. Aamiin..3x"

(Gantira, 2 Agustus 2015, Bogor)