Friday 29 April 2016

"Rizqi dan Syukur"

Sesungguhnya semua makhluk yang telah Dia ciptakan, baik manusia maupun binatang sudah dijamin rizkinya.

Sehingga tidak ada hubungan antara rizqi dan kepintaran, karena binatang yang tidak berakal pun sudah ada rizkinya. Juga tidak ada hubungan antara kerja keras dengan rizqi karena bayi yang tidak mampu berbuat apa2 pun sudah dijamin rizkinya. Sebagaimana yang difirmankan  oleh Allah SWT:

“Dan tidak ada satupun hewan melata di muka bumi ini, kecuali rizkinya telah ditetapkan oleh Allah. Dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Q.s. Hûd: 6).

Bahkan rizqi akan mengejar seseorang sebagaimana maut akan mengejarnya, seperti yang telah disabdakan Rasulullah,

“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya (untuk menjalankan perintah Allah) sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.”
( HR Ibnu Hibban No. 1084)

Juga sebagaimana yang terdapat pada hadist lainnya:

“Jika kalian bertawakkal dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia telah memberi rizki kepada burung yang berangkat (pagi) dengan perut kosong, dan pulang dengan (perut) kenyang.” (H.r. At-Tirmidzi dan Ahmad).

Jadi pada hakekatnya setiap orang sudah dijamin rizkinya walaupun kuantitas dan kualitas rizqi itu berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai yang Allah kehendaki sebagai salah satu bentuk ujian dari-Nya.

Banyaknya limpahan rizqi dunia yang diberikan pada seseorang tidaklah menunjukkan kemuliaan orang tersebut di sisi Allah. Begitu pula sedikitnya limpahan rizqi yang diberikan pada seseorang tidaklah menunjukkan kehinaan di sisi-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,
“ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” . (QS. Al Fajr :15-16)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman,

“ Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar” (QS. Al Mu’minun:55-56)

Jadi banyak sedikitnya rezeki duniawi adalah bentuk ujian belaka bukan sebagai standar kecintaan Allah terhadap orang tersebut. Rizqi duniawi sebagai ujian pada manusia untuk mengetahui siapakah diantara hamba-Nya yang paling bersyukur dan bersabar.

Jadi rizqi tidak ada hubungan dengan status, kedudukan, kepintaran, dan kerja keras seseorang. Karena pada hakekatnya setiap orang sudah ditentukan rizkinya masing2 baik dia pekerja keras atau tidak, baik dia kafir ataupun beriman, baik dia pejabat atau rakyat biasa.

Namun walaupun demikian, rizqi ada hubungannya dengan rasa syukur. Dimana dengan meningkatnya rasa syukur maka rizkinya akan Allah tambah kepadanya.

Sesungguhnya orang yang bekerja keras mencari  nafkah akan dapat meningkatkan rizkinya jika hal itu dilakukan semata2 sebagai bentuk taat pada perintah-Nya dan juga sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas kenikmatan diberi kemampuan oleh-Nya sebagaimana dalam firman Allah swt:

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah anugerah Allah.” (Q.s Al Jumu’ah: 10)

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. 'Ibrahim [14] : 7)

 Namun jika dia bekerja keras semata2 dengan niat untuk mengumpulkan harta dunia semata tanpa didasari niat karena mencari ridho-Nya maka rizqi yang didapatkannya hanyalah sebatas apa yang sudah ditakdirkan untuknya tanpa ditambah dan dikurangi. Seandainya walaupun nampak besar, namun pada dasarnya tidak banyak yang bisa dia manfaatkan untuk kemanfaatan hidupnya di dunia,  Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya) “ ( HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680))

Jadi jangan takut akan rizqi karena pada dasarnya semua makhluk sudah mendapatkan jatah rizkinya masing2. Namun bila kita ingin mendapatkan tambahan rizqi dari rizqi yang telah ditetapkan-Nya maka tingkatkan rasa syukur kita kepada-Nya dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya baik itu berupa melaksanakan semua kewajiban kita, mencari nafkah dengan cara yang halal, menjauhi barang yang haram,  memperbanyak istigfar, memperbanyak doa kepada-Nya serta berbagai aktifitas lainnya yang akan mendatangkan cinta-Nya.

ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺍَﻛْﻔِﻨِﻲْ ﺑِﺤَﻠَﺎﻟِﻚَ ﻋَﻦْ ﺣَﺮَﺍﻣِﻚَ، ﻭَﺃَﻏْﻨِﻨِﻲْ ﺑِﻔَﻀْﻠِﻚَ ﻋَﻤَّﻦْ ﺳِﻮَﺍﻙَ .

“ Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, sehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu .” (HR. Ahmad)

Aamiin..3x.. ya rabbal ‘alamin

(Gantira, 29 April 2016, Bogor)