Saturday 5 September 2015

1. ZUHUD

A. Arti dan makna zuhud

Zuhud menurut bahasa berarti berpaling dari sesuatu karena hinanya sesuatu tersebut dan karena tidak memerlukannya.

Hakekat zuhud itu berada di dalam hati, yaitu dengan keluarnya rasa cinta dan ketamakan terhadap dunia dari hati seorang hamba. Ia jadikan dunia (hanya) di tangannya, sementara hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan akhirat.

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total dan menjauhinya. Lihatlah Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, sebagai seorang penguasa mempunyai kekuasaan yang luas sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Para Shahabat, juga mempunyai istri-istri dan harta kekayaan, yang di antara mereka ada yang kaya raya.

Semuanya ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakekat zuhud yang sebenarnya.

Mengenai zuhud disebutkan dalam sebuah hadits,

Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang hasan)

Dalam hadits di atas terdapat dua nasehat, yaitu
 untuk zuhud pada dunia, ini akan membuahkan kecintaan Allah, dan zuhud pada apa yang ada di sisi manusia, ini akan mendatangkan kecintaan manusia.

1) Zuhud pada dunia

Adapun mengenai zuhud terhadap dunia para ulama menyampaikan beberapa pengertian, diantara definisi yang paling bagus, ‘zuhud terhadap dunia’ adalah seseorang meninggalkan sesuatu yang dapat melalaikannya dari mengingat Allah.

2) Zuhud terhadap apa yang ada di sisi manusia

Manusia dikenal begitu tamak terhadap harta dan berbagai kesenangan di kehidupan dunia.

Kebanyakan manusia sangat kikir untuk mengeluarkan hartanya dan enggan untuk berderma.

Padahal Allah Ta’ala berfirman,

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghaabun: 16)

Seharusnya seseorang tidak terkagum-kagum dengan orang yang sangat tamak terhadap dunia dan menampakkan padanya.

Jika seseorang merasa cukup dengan apa yang ada pada manusia, dia akan memperoleh kecintaan mereka dan manusia pun akan mencintainya. Jika sudah demikian, maka dia akan selamat dari keburukan mereka.

B. Kriteria zuhud

Beberapa kriteria zuhud:

1) Tidak hubud dunia (tidak mencintai dunia) dan lebih mengutamakan akhirat daripada dunia

Orang yang zuhud tidak selalu harus miskin. Orang yang zuhud bisa saja miskin dan bisa saja kaya. Yang penting, zuhud ialah tidak mencintai dunia dan memandang dunia ini sebagai sesuatu yang hina.

“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 38-39)

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17)
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَ
“Demi Allah, tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari salah seorang dari kalian yang dicelup di lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa.” (HR. Muslim no. 2858)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya harga dunia itu di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk tentu Allah tidak mau memberi orang orang kafir walaupun hanya seteguk air.” (HR. Tirmidzi no. 2320. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

2)  Yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih diharap-harap dari apa yang ada di sisinya

Sahabat Abu Dzar.
Abu Dzar mengatakan,

“Zuhud terhadap dunia bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah engkau begitu yakin terhadap apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu.

Zuhud juga berarti ketika engkau tertimpa musibah, engkau lebih mengharap pahala dari musibah tersebut daripada kembalinya dunia itu lagi padamu.”

3) jika seorang hamba ditimpa musibah dalam hal dunia berupa hilangnya harta, anak atau selainnya, maka ia lebih mengharap pahala dari musibah tersebut daripada dunia tadi tetap ada

"Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan bersedih terhadap apa yang tidak kamu dapatkan, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-Hadid: 23)

Ali bin Abi Tholib pernah mengatakan, “Siapa yang zuhud terhadap dunia, maka ia akan semakin ringan menghadapi musibah.”

4) keadaan seseorang ketika dipuji atau pun dicela dalam kebenaran itu sama saja.

Orang yang kondisinya sama ketika dipuji dan dicela dalam kebenaran, ini menunjukkan bahwa hatinya tidak mengistimewakan satu pun makhluk. Yang ia cinta adalah kebenaran dan yang ia cari adalah ridho Ar Rahman.

5) Mendahulukan ridho Allah SWT dari pada ridho manusia

Akan merasa tenang jiwanya ketika hanya bersama Allah SWT. Dan merasa bahagia dengan mengerjakan syari'atNYA

C. Cara agar bisa zuhud

1) Yakin bahwa kita selalu diawasi oleh Allah yang telah menjamin rizki kita dan yakin kematian selalu menanti hingga harus mempersiapkan amal kebaikan

Hasan al-Bashri – ulama senior masa tabii’in – pernah ditanya,

“Apa rahasia zuhud anda terhadap dunia?”

Jawab beliau,
 "Aku yakin bahwa rizkikku tidak akan diambil orang lain, sehingga hatiku tenang dalam mencarinya. Saya yakin bahwa amalku tidak akan diwakilkan kepada orang lain, sehingga aku sendiri yang sibuk menjalankannya. Aku yakin bahwa Allah selalu mengawasi diriku, hingga aku malu merespon pengawasannya dengan melakukan maksiat. Aku yakin bahwa kematian menantiku. Sehingga aku siapkan bekal untuk ketemu Allah…"

2) Keimanan yang kuat

Selalu ingat bagaimana kita berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat guna mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang tampak ataupun yang tersembunyi

Ingat! betapa dahsyatnya peristiwa datangnya hari kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya terhadap dunia dan kelezatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya dan merasa cukup dengan hidup sederhana.

3) Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang telah ia peroleh, sebagaimana firman Allah,

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At-Takaatsur: 6)

4) Merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan dunia serta kenikmatannya yang menipu (manusia)

"Dunia hanyalah tipu daya, permainaan dan kesia-siaan belaka. Allah mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat, sebagaimana dalam firman-Nya,

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Naaziat: 37-39)

D. Pendapat  beberapa ulama shaleh terdahulu tentang zuhud

1) Wahib bin Al Warod mengatakan, “Zuhud terhadap dunia adalah seseorang tidak berputus asa terhadap sesuatu yang luput darinya dan tidak begitu berbangga dengan nikmat yang ia peroleh.”

2) Abu Sulaiman Ad Daroni, mengatakan “Zuhud adalah meninggalkan berbagai hal yang dapat melalaikan dari mengingat Allah.”[8]

3) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat.”

4) Ibnu Rajab Al Hambali : Zuhud adalah berpaling darinya dengan sedikit dalam memilikinya, menghinakan diri darinya, serta membebaskan diri darinya"

E. Keutamaan zuhud

1) Akan memperoleh rezki yang telah Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah

Berbeda dengan orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan susah payah lahir dan batin.

"Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“ (HR Ibnu Majah (no. 4105), jAhmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih)

2) Akan terhindar dari ketakutan, kepayahan dan penyesalan tiada akhir

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata[5], “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir.

3) Memiliki kekayaan hakiki yaitu kekayaan jiwa/hati

Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya hvarta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa“ l(Hr. Bukhari dan Muslim)

Penutup

"Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kalian, dan jangan ( pula) penipu (syetan) memperdayakan kalian dalam (mentaati) Allah." (Qs. Luqman: 33)

Rasulullah bersabda, " Di antara yang aku takuti atas kalian sepeninggalku ialah apa yang dibukakan bagi kalian, berupa keindahan dunia dan perhiasannya." (Muttafaq Alaihi)

Mudah2an kehidupan dunia tidak menyebabkan kita lupa pada kehidupan akhirat kelak. Dan semoga di akhir ramadhan nanti kita memiliki sifat zuhud, aamiin..3x

10 Tempat - Tempat Persinggahan Dalam Menggapai Pertolongan Allah



Setiap orang mukmin pasti sangat mengharapkan pertolongan Allah dalam menjalani kehidupannya  untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam kitab "Madarijus Salihin (Pendakian Menuju Allah)" karya Ibnu Qayyim Al- Jauziyah, disebutkan beberapa tempat persinggahan untuk mendapatkan pertolongan Allah. Sepuluh tempat persinggahan diantaranya adalah dengan melalui:

1. Zuhud

Zuhud adalah amalan hati, dimana bisa dilakukan oleh orang yang  berlimpah harta dan bisa juga  dilakukan oleh orang yang hidup sangat sederhana.

Orang  zuhud adalah orang yang meninggalkan segala sesuatu yang dapat melalaikan dalam mengingat Allah atau meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat buat kehidupan akhirat.

2. Ikhlas

Ikhlas merupakan buah dan intisari dari iman.

Ikhlas adalah memurnikan amal shaleh hanya untuk Allah dengan mengharapkan pahala atau balasan dari-Nya semata, tidak dari manusia atau makhluk2 yang lain.

3. Istiqomah

Istiqomah adalah berpegang teguh dalam melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya serta memurnikan katauhidan kepada-Nya dengan ikhlas.

4. Tawakal

Tawakal adalah rasa pasrah hamba kepada Allah swt yang disertai dengan segala daya dan upaya mematuhi, setia dan menunaikan segala perintah-Nya.

Orang yang bertawakal akan senantiasa bersyukur jika mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya dan bila mengalami kegagalan akan menerima dengan ikhlas  tanpa merasa putus asa atau larut dalam kesedihan.

5. Ridha

Ridha adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hukum maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

Sikap ridha terutama ditunjukkan tatkala ditimpa takdir yang tidak sesuai dengan kehendak kita.

Musibah itu tidak lepas dari dua perkara, yaitu:

a. Sebagai hukuman atas dosanya, namun hal ini diibaratkan obat dari suatu penyakit agar tidak terjerumus ke dalam kebinasaan.

b. Sebagai  sebab untuk mendapatkan suatu nikmat, yang tidak bisa didapatkan kecuali lewat sesuatu yang dibenci itu.

6. Tawadhu

Tawadhu adalah lawan kata dari takabur (sombong).

Secara bahasa tawadhu bermakna merendahkan hati, yaitu kerelaan hati untuk menerima kebenaran apapun bentuk dari kebenaran itu tanpa memandang darimana kebenaran itu berasal.

7. Ilmu

Ilmu adalah
Sesuatu yang paling utama yang diperoleh jiwa, yang dihasilkan oleh hati dan dengannya seorang hamba mencapai ketinggian derajat di dunia dan akhirat.

Ilmu adalah yang menjadi landasan bukti petunjuk. Dan yang paling bermanfaat dari ilmu adalah apa yang dibawa oleh Rasulullah saw.

Ilmu merupakan penentu yang membedakan antara keraguan dan yakin, penyimpangan dan kelurusan, petunjuk dan kesesatan. Dengan ilmu bisa diketahui berbagai macam syariat dan hukum, bisa dibedakan antara yang halal dan haram.

Wilayah ilmu mencakup dunia dan akhirat.

8. Akhlak

Rasulullah adalah suri tauladan terbaik dalam berakhlak bagi umat manusia.

Allah telah menghimpun akhlak-akhlak yang mulia pada diri beliau sebagaimana yang tersurat dalam Qs. A'raf ayat 199:

"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.".

Akhlak yang baik didasarkan pada empat sendi, yaitu sabar, kehormatan diri, keberanian, dan adil.

9. Dzikir

Dzikir adalah segala aktifitas yang mengingat Allah, baik dengan hati, lisan ataupun amal perbuatan.

Dzikir merupakan pembersih dan pengasah hati serta obat jika hati itu sakit.

Dzikir juga merupakan ruh amal, dimana jika amal terlepas dari dzikir maka amal itu seperti badan yang tidak memiliki ruh.

10. Ihsan

Ihsan secara bahasa artinya adalah berbuat baik. Sedangkan menurut istilah yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati beribadah kepada Allah swt.

Sedangkan dalam hadist dijelaskan, "Ihsan adalah bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak dapat melihatnya, maka sesungguhnya dia sedang melihat kamu." (Hr. Abu Hurairah)

Secara fundamental, ihsan meliputi tiga aspek, yaitu ihsan dalam ibadah, dalam muamalah dan dalam akhlah.

Untuk penjelasan detail  point - point pada "Tempat-tempat persinggahan dalam menggapai pertolongan Allah" di atas, bisa dilihat pada postingan berikutnya.