Friday 4 December 2015

4. As-Salaam

A. Pendahuluan

As-Salaam artinya Mahaselamat (Mahasejahtera)

Nama tersebut disebutkan di dalam Al-qur'an, yaitu pada firman Allah Ta'ala,



 هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚسُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan." (Surat Al-Hasyr:23)

Makna dari nama mulia ini ialah Yang Mahaselamat dari semua aib dan kekurangan, karena kesempurnaan yang ada pada Dzat-Nya, sifat2 dan perbuatan2-Nya. Allah Ta'ala adalah Mahaselamat lagi Maha hak dari segala tinjauan. Allah Ta'ala Mahaselamat dari istri dan anak; Mahaselamat dari saingan dan tandingan, dari kesamaan dan keserupaan; Mahaselamat dari sekutu dan serikat.

Jika kita melihat satu2 dari sifat2 kesempurnaan-Nya, maka kita akan mendapati setiap sifat tersebut selamat dari segala hal yang berlawanan dengan kesempurnaannya. Kehidupan-Nya selamat dari kematian, rasa kantuk, dan tidur. Demikian pula dalam mengurus makhluk-Nya secara terus menerus dan kekuasaan-Nya selamat dari rasa lelah dan letih. Ilmu-Nya selamat dari tersembunyinya sesuatu dari-Nya atau munculnya kelalaian. Keinginan-Nya selamat dan tidak keluar dari jalur hikmah dan mashlahat. Firman-Nya selamat dari dusta dan aniaya. Kekayaan-Nya selamat dari segala kebutuhan kepada selain-Nya dari segala segi; Justru selain-Nya yang butuh kepada Dia; Dia Mahakaya dari siapa saja selain-Nya. Kerajaan-Nya selamat dari pihak lain yang memusuhi, berserikat atau menolong dan membantu, atau memberi syafa'at di sisi-Nya dengan tanpa izin dari-Nya.

Ampunan-Nya selamat dari kehinaan atau main2 sebagaimana halnya pada selain-Nya. Bahkan semua itu adalah murni kedermawanan-Nya, kebaikan, dan kemuliaan-Nya. Demikian pula siksa-Nya, kerasnya azab-Nya dan cepatnya hukuman-Nya selamat dari kezhaliman atau balas dendam atau kasar dan keras. Bahkan semua itu murni hikmah-Nya, keadilan-Nya dan penempatan-Nya segala sesuatu sesuai dengan tempatnya masing2. Dengan semua itu. Allah Ta'ala berhak mendapatkan pujian dan sanjungan sebagaimana Dia berhak mendapatkan semua itu lantaran kebaikan, pahala,  dan segala kenikmatan-Nya.

Qadha dan takdir-Nya selamat dari kesia-sian, kezhaliman, aniaya, dan anggapan bahwa Dia dapat terjatuh kepada hal yang bertentangan dengan hikmah agung-Nya. Syariat dan agama-Nya selamat dari kontradiksi, perselisihan, keguncangan, atau menyelisihi maslahat hamba2, rahmat-Nya, perbuatan baik-Nya kepada mereka atau menyelisihi hikmah-Nya. Bahkan syariat-Nya seluruhnya penuh dengan hikmah, rahmat, maslahat, dan keadilan.

Pemberian-Nya selamat dari keadaannya sebagai ganti atau karena keperluan untuk diberikan. Mencegahnya Dia (tidak memberi) selamat dari kikir dan takut fakir. Bahkan pemberian-Nya adalah murni perbuatan baik, bukannya sebagai ganti atau keperluan. Mencegahnya Dia juga murni keadilan dan hikmah yang tidak terkontaminasi dengan sifat kikir dan kelemahan.

Bersemayamnya Allah dan ketinggian-Nya di atas Arsy-Nya selamat dari keadaan-Nya yang membutuhkan sesuatu untuk memikul-Nya atau untuk Bersemayamnya Dia. Bahkan Arsy yang membutuhkan-Nya dan para pemikul Arsy juga butuh kepada-Nya. Karena Dia tidak membutuhkan Arsy dan para pemikulnya dan dari segala sesuatu selain keduanya. Itu adalah bersemayam dan ketinggian yang tidak dapat dibatasi dan tidak membutuhkan Arsy atau yang lainnya, dan tidak pula meliputi-Nya Subhanahu wa Ta'ala, bahkan Allah telah ada tanpa ada Arsy dan Dia tidak membutuhkannya, Dia Mahakaya lagi Maha Terpuji. Bahkan Bersemayamnya Dia di atas Arsy-Nya dan berkuasanya Dia atas seluruh makhluk merupakan konsekuensi dari kekuasaan dan keperkasaan-Nya, tanpa butuh kepada Arsy atau makhluk lain sama sekali.

Pertolongan-Nya kepada para wali-Nya selamat dari membutuhkan (makhluk), sebagaimana makhluk yang
satu membutuhkan yang lain. Allah tidak menafikan bahwa Dia memiliki wali secara mutlak. Namun, yang Allah nafikan dari-Nya adalah adanya wali lantaran Dia membutuhkannya.

Demikian pula kecintaan Allah bagi orang2 yang mencintai-Nya dan para wali-Nya selamat dari faktor2 cintanya makhluk kepada makhluk yang lain, karena mereka membutuhkan cinta itu, membutuhkan kelembutan atau mengambil manfaat karena kedekatan tersebut, dan selamat dari apa yang diucapkan tanpa dalil.

B. Ucapan Salam

Diantara kandungan maknanya adalah bahwasanya Allah Tabaraka wa Ta'ala Pemilik ucapan salam, yakni Yang mengucapkan salam kepada para hamba-Nya, Dia juga mengucapkan salam kepada para rasul dan nabi-Nya lantaran keimanan mereka, kesempurnaan penghambaan mereka dan mereka menyampaikan risalah yang terang. Allah Ta'ala berfirman,

قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللَّهُ خَيْرٌ أَمْ مَا يُشْرِكُونَ (59)
Katakanlah, "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia ?” (Qs. An-Naml ayat 59)

Allah mengucapkan salam kepada hamba2 dan para wali-Nya di surga tempat segala kenikmatan. Allah Ta'ala berfirman,

سَلَامٌ قَوْلًا مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ

"(Kepada mereka dikatakan): 'Salam', sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang." (QS. Yasin: 58)

Allah Tabaraka wa Ta'ala menjadikan surga-Nya sebagai negeri keselamatan bagi para hamba-Nya dari kematian, rasa sakit, kesedihan, penyakit, gundah gulana, dan lain sebagainya. Allah Ta'ala berfirman

 لَهُمْ دَارُ السَّلَامِ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۖ وَهُوَ وَلِيُّهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan." (Qs. Al-An'am:127)

Allah Tabaraka wa Ta'ala menjadikan tersebarnya nama ini di dunia sebagai sebab masuk surga di akhirat. Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

 لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

"Kalian tak akan masuk surga hingga kalian beriman, & tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yg mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi? Sebarkanlah salam di antara kalian." (Hr. Muslim nomor 54)


C. Ucapan Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh artinya "semoga keselamatan, keberkahan, dan kasih sayang (rahmat) dari Allah SWT menyertai Anda/kalian".

Ucapan seorang Muslim yang berbunyi "Assalamu'alaikum" adalah sebuah pemberitahuan bagi orang yang disalami bahwa dia aman dari tipuan, kecurangan dan tindakan yang tidak baik dari orang yang mengucapkannya. Dan orang yang yang mendapat salam menjawab dengan ucapan serupa, yang berarti semoga Allah memberikan hal yang sama pula atasmu.

Ucapan Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, mengandung hikmah bahwa rahmat dan barakah lebih sempurna daripada sekedar salamah yang disebutkan secara menyendiri. Sebab salamah itu adalah menghindarkan dari segala keburukan. Sedangkan rahmah dan barakah adalah memperoleh kebaikan yang terus menerus, kokoh dan terus bertambah. Dan ini lebih sempurna, sebab inilah yang diinginkan.

Rasulullah melarang para sahabatnya untuk menyampaikan salam kepada Allah, sebab salam kepada orang yang disalami adalah sebagai doa kepadanya agar ia selamat. Sedangkan Allah adalah Dzat yang  dari-Nya diminta permohonan, dan bukan yang didoakan. Maka, mustahil untuk mendoakan salam untuk-Nya. Karena Allah-lah yang mengucapkan salam dan kesejahteraan atas hamba-Nya. Sebagaimana yang Dia mengucapkan salam itu dalam kitab-Nya,

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ (180) وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ (181)


"Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul." (Qs. Ash-Shaffaat:180-181)

 Juga Rasulullah bersabda,

لاَ تَقُوْلُوا: السَّلاَمُ عَلَى اللهِ، فَإِنَّ اللهَ هُوَ السَّلاَمُ

"Janganlah kalian mengatakan, 'Keselamatan atas Allah; karena Allah adalah as-Salam.”' (HR. al-Bukhari no. 831)


D. Penutup

Dengan mengimani nama Allah as-Salam, kita mengetahui kebesaran Allah dan Dia Mahaselamat dari semua aib dan kekurangan, karena kesempurnaan yang ada pada Dzat-Nya, sifat2 dan perbuatan2-Nya.  Keyakinan ini membuat kita semakin mantap dalam beribadah kepada-Nya karena Rabb yang kita ibadahi adalah Rabb Yang Mahasempurna, tiada kekurangannya sedikit pun. Dengan demikian, segala pinta dan harapan kita dalam tawakal dan doa tidak akan sia-sia. Dia pasti memenuhi janji-Nya dan Mahakuasa untuk memenuhinya karena Dia Mahakaya dan Mahamampu. Maka dari itu, ibadahilah Dia satu-satu-Nya, tentu ibadah kita takkan sia-sia. Tinggalkan semua sesembahan selain-Nya, karena selain-Nya tidak ada yang memiliki kesempurnaan seperti yang dimiliki-Nya, yang ada justru berbagai kekurangan.


Sumber:
1. Asma-ul Husna, hasil buah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
2. Fikih Asma-ul Husna, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
3. Berbagai sumber dari internet

(Gantira, 4 Desember 2015, Bogor)