Friday, 31 July 2015

6. JUJUR



A. Pengertian dan makna jujur

Kata jujur sama maknanya dengan benar, atau berkata benar.

Kejujuran adalah perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu.

Kejujuran merupakan pondasi utama atas tegaknya nilai-nilai kebenaran karena jujur itu identik dengan kebenaran.

Sifat jujur merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak di atas kebohongan, khianat serta perbuatan curang.

Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya (jujur) karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat.

Rasulullah mengajarkan kepada kita agar selalu hidup jujur. Jujur dalam berbicara dan jujur dalam beramal.

Ketika seseorang sudah berani berbicara tidak jujur, minimal madaratnya akan dirasakan di dalam hatinya. Ia tidak tenang berhadapan dengan orang yang dibodohinya, karena takut ketahuan. Selain itu, sekali tidak jujur, maka pintu-pintu kebohongan akan terus dibuka yang pada akhirnya menjadi pembohong.

B. Jenis-jenis Kejujuran

Kejujuran dapat terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:

1. Jujur dalam berniat

Kejujuran yang tertanam dalam hati akan membuahkan ketentraman, sebagaimana firman-Nya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 28)

2. Jujur saat berucap

Jujur saat berkata adalah harga yang begitu mahal untuk mencapai kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata jujur, maka dirinya akan dipercaya seumur hidup. Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka tak akan ada orang yang percaya padanya. .
sebagaimana firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 70-71)

3. Jujur kala berbuat

Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia di surga. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan setiap amal yang kita lakukan. Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan antara ungkapan yang kita sampaikan kepada umat dengan amal yang kita perbuat. Jangan sampai yang kita sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang kita lakukan sebab Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal.

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaff [61]: 2-3)

4. Jujur bila berjanji

Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang selalu mengingkari janji sebagaimana dalam firman-Nya:

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (Q.S. An-Nahl [16]: 91)

5. Jujur dalam kenyataan

Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain.

Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, Rasulullah Saw. mengingatkan kita dengan ungkapan, “Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.” (H.R. Muslim).

Dari ungkapan ini, Rasulullah Saw. menganjurkan kepada umatnya untuk selalu hidup di atas kenyataan dan bukan hidup dalam dunia yang semu.

C. Keutamaan-keutamaan jujur

Beberapa keutamaan memiliki karakter jujur, diantaranya adalah:

1. Memperoleh Ketenangan Jiwa

Rasulullah SAW bersabda,

اَلإِثْمُ مَاحَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسَ

“Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwamu dan kamu tidak suka bila hal itu diketahui orang lain.” (HR. Ahmad)

2. Memperoleh Keberkahan Hidup

Rasulullah SAW bersabda,

اَلْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِمَالَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَ الْبَيِّعَانِ وَبَيَّنَا، بُوْرِكَ لَهُمَافِى بَيْعِهِمَا، وَاِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا، فَعَسَىاَنْ يَرْبَحَارَبْحَا، وَيَمْحَقَا بَرَكَةَ بَيْعِحِمَا.

“Penjual dan pembeli mempunyai hak untuk menentukan pilihan selama belum saling berpisah. Jika keduanya berlaku jujur dan menjelaskan yang sebenarnya, transaksi mereka diberkahi. Namun, jika keduanya saling menyembunyikan kebenaran dan berdusta, mungkin keduanya mendapatkan keuntungan tapi melenyapkan keberkahan transaksinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Memperoleh Keselamatan

Rasulullah saw. bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّهُ مَعَ الْبِرِّ وَهُمَا فىِ الْجَنَّةِ

“Kamu harus berkata benar, karena sesungguhnya ia bersama kebajikan dan keduanya adalah dalam surga.” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Ibnu Majah)

4. Tercatat Sebagai Ahli Kebenaran

Rasulullah SAW bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى الْبِرِّ وَاِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى اِلىَ الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا

“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa pada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur.” (HR. Bukhari)

5.Terhindar dari Kemunafikan

Rasulullah SAW bersabda,

ءَايَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: اِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَاِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَاِذَائْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik ada tiga: apabila berkata dusta, bila berjanji mangkir, dan bila dipercaya khianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Penutup

Sifat jujur merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Orang yang beriman harus memiliki karakter jujur, yaitu yang meliputi jujur hati, perkataan, perbuatan, janji dan jujur dalam kenyataan.

No comments: