Wednesday, 28 October 2015
4. Kelalaian dari Tujuan Diciptakannya Manusia
Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata karena hanya suka-suka saja. Bahkan seekor nyamuk pun tidaklah diciptakan sia-sia.
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun:115).
Masih ada segelintir orang yang muncul dalam dirinya pertanyaan, "Untuk tujuan apa sih, kita diciptakan di dunia ini?”, bahkan dia belum menemukan jawaban dari pertanyaan ini hingga berpuluh-puluh tahun lamanya.
Dalam sebuah biografi Einstein, dia diwawancarai oleh seorang wartawan dengan pertanyaan, sandainya Einstein diberi kesempatan bertemu Tuhan, apa yang akan ditanyakannya.
Einstein menjawab bahwa dia akan bertanya kapan bumi diciptakan, kalau tahu jawabannya maka dia bisa memprediksi kapan kiamat tiba. Tapi tidak berapa lama kemudian, Einstein meralat ucapannya. Dia berkata bahwa bila dia diberi kesempatan bertemu Tuhan maka dia akan bertanya," untuk apa manusia di ciptakan?" Sehingga dia bisa melakukan semaksimal mungkin untuk tujuan itu. Einstein sampai meninggalnya tidak tahu jawaban dari pertanyaannya tersebut.
Sungguh kita sebagai seorang muslim sangat beruntung karena memiliki pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini, yaitu al-quran dan hadist.
Allah Ta’ala sudah menjelaskan dengan sangat gamblangnya di dalam Al Qur’an apa yang menjadi tujuan kita hidup di muka bumi ini, beberapa diantaranya adalah:
1. Mengilmui Tentang Allah
Allah Ta’ala berfirman
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12).
Allah menceritakan bahwa penciptaan langit dan bumi, agar manusia mengetahui tentang ke Maha Kuasaan Allah Ta’ala, bahwa Allah lah pemilik jagad raya ini dengan ilmu Allah yang sempurna. Tidak ada satu pun yang terluput dari ilmu dan pengawasan Allah, karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
Kita diwajibkan untuk mengesakan Allah dalam nama dan sifat yang Allah namai dan sifati pada dirinya didalam kitabNya atau melalui lisan RasulNya. Yang demikian ini dengan menetapkan apa yang Allah tetapkan dan menafikan (meniadakan) apa yang Allah nafikan.
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Tujuan yang terpuji yang jika setiap insan merealisasikannya bisa menggapai kesempurnaan, kebahagiaan hidup, dan keselamatan adalah dengan mengenal, mencintai, dan beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Inilah hakekat dari perkataan seorang hamba “Laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah)”. Dengan kalimat inilah para Rasul diutus dan semua kitab diturunkan. Suatu jiwa tidaklah menjadi baik, suci dan sempurna melainkan dengan mentauhidkan Allah semata.” (Miftaah Daaris Sa’aadah, 2/120)
2. Beribadah
Allah Ta’ala berfirman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).
Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata.
Ayat ini mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah.
Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal.
Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu adalah buah dari amal.
Jadi, Allah tidaklah membiarkan kita begitu saja. Bukanlah Allah hanya memerintahkan kita untuk makan, minum, melepas lelah, tidur, mencari sesuap nasi untuk keberlangsungan hidup. Ingatlah, bukan hanya dengan tujuan seperti ini Allah menciptakan kita. Tetapi ada tujuan besar di balik itu semua yaitu agar setiap hamba dapat beribadah kepada-Nya.
Jadi beribadah kepada Allah adalah tujuan diciptakannya jin, manusia dan seluruh makhluk.
Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada Allah itu bukan berarti bahwa Allah butuh ibadah manusia. Tapi Allah Ta’ala menciptakan manusia justru dalam rangka berderma dan berbuat baik pada mereka, yaitu supaya mereka beribadah kepada Allah, lalu mereka pun nantinya akan mendapatkan keuntungan.
Semua keuntungan pun akan kembali kepada mereka. Hal ini sama halnya dengan perkataan seseorang, “Jika engkau berbuat baik, maka semua kebaikan tersebut akan kembali padamu”.
Jadi, barangsiapa melakukan amalan sholeh, maka itu akan kembali untuk dirinya sendiri. ” (Thoriqul Hijrotain, hal. 222)
Jelaslah bahwa sebenarnya kita lah yang butuh pada ibadah kepada-Nya karena balasan dari ibadah tersebut akan kembali lagi kepada kita.
Pengertian ibadah
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: ”Ibadah adalah suatu nama yang mencakup seluruh perkara yang dicintai oleh Allah dan diridhoi-Nya baik berupa ucapan maupun perbuatan baik yang tampak maupun yang tersembunyi”.
Asal ibadah adalah ketundukan dan perendahan diri. Suatu ibadah tidaklah dikatakan ibadah sampai diikhlashkan untuk Allah. Apabila ibadah itu tercampur suatu kesyirikan maka ibadah tersebut tertolak atau tidak diterima.
3. Khalifah
Dalam sebuah peristiwa besar yang disebut Allah dalam al-quran sebelum penciptaan Adam. Dalam peristiwa tersebut para malaikat dan jin yang sudah diciptakan lebih dahulu sebelum Adam, semuanya dikumpulkan di hadapan Allah.
Kemudian Allah berfirman kepada para mereka,
”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan dimuka bumi ini seorang khalifah (pemakmur/penanggungjawab yang akan mengolah, memanfaatkan, memakmurkan bumi dengan segala aktifitasnya)”. (Qs. Al Baqarah: 30)
Dari peristiwa besar yang disebut secara jelas dalam ayat di atad, kita tahu bahwa keberadaan manusia di muka bumi bukanlah sebuah kecelakaan melainkan memang sengaja Allah menciptakan manusia di dunia ini sebagai makhluk yang dimuliakan dan dipercaya sebagai pengemban amanah dengan sebutan “Khalifah fil Ardli” (khalifah di muka bumi).
Apa Maksudnya “Khalifah fil Ardli” (Khalifah di muka bumi)?
Makna khalifah sendiri ditafsirkan dalam beberapa makna yang berbeda oleh sebagian ulama. Namun dari beberapa penafsiran tersebut semuanya merujuk pada pengertian: pemakmur, pengemban amanah, penanggung jawab, pengelola.
Pengertian ini sebenarnya tidak berbeda dengan pengertian Khalifah dalam sebuah pemerintahan Islam. Seorang Khalifah dalam Islam adalah orang yang diberi amanah, tanggungjawab untuk mengelola SDM dan Sumber Daya Alam di wilayah yang dipercayakan kepadanya agar lebih bermanfaat untuk rakyat banyak.
Seorang Khalifah dalam Islam harus mempertanggungjawabkan kinerja nya kepada Seluruh Rakyat dan Kepada Allah.
Penutup
Kami memohon kepada Allah, agar menunjuki kita sekalian dan seluruh kaum muslimin kepada perkataan dan amalan yang Dia cintai dan ridhoi. Tidak ada daya untuk melakukan ket_aatan dan tidak ada kekuatan untuk meninggalkan yang haram melainkan dengan pertolongan Allah.
Sumber:
1. "Nasihat untuk Orang2 Lalai" karya Khalid A. Mu'thi Khalid.
2. Berbagai sumber dari internet
(Gantira, 28 Oktober 2015, Bogor)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment