Wednesday, 28 October 2015
3. Kelalaian dari Umur atau Waktu
A. Keberhagaan Waktu
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Allah bersumpah dengan al ‘ashr, yang dimaksud adalah waktu atau umur.
Karena waktu atau umur inilah nikmat besar yang diberikan kepada manusia. Waktu atau Umur ini akan menjadi nikmat yang sangat besar jika digunakan untuk beribadah kepada Allah. Karena sebab waktu atau umur, manusia menjadi mulia dan jika Allah menetapkan, ia akan masuk surga.
Sebaliknya, jika waktu atau umur ini tidak digunakan dengan baik maka manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian mutlak yaitu orang yang merugi di dunia dan akhirat. Ia luput dari nikmat dan mendapat siksa di neraka jahim.
Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang punya empat sifat: (1) iman, (2) beramal sholeh, (3) saling menasehati dalam kebenaran, (4) saling menasehati dalam kesabaran.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata: “Seandainya Allah menjadikan surat ini sebagai hujjah pada hamba-Nya, maka itu sudah mencukupi mereka.”
B. Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Waktu
Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Semua harta benda di dunia ini, baik itu uang, emas, rumah, kendaraan atau bahkan makanan tidak lagi bermanfaat jika waktu hidup kita sudah habis tinggal di dunia ini. Oleh karena itu seorang muslim harus memanfaatkan waktu ini dengan sebaik mungkin.
Beberapa kewajiban seorang muslim dalam menggunakan waktu ini adalah:
1. Menjaga untuk selalu mengambil manfaat dari waktu
Apabila manusia sangat perhatian terhadap hartanya, sangat menjaga dan memanfaatkannya, dan dia mengetahui bahwa harta selalu datang dan pergi maka dia harus lebih lagi memperhatikan waktu dan memanfaatkan seluruhnya pada apa yang akan bermanfaat buat dunia dan akhirat. Karena waktu akan akan segera berlalu tanpa akan kembali.
2. Pengaturan waktu
Salah satu kewajiban seorang muslim adalah mengatur dan menyusun kewajiban2 dengan amalan2 lainnya, baik itu secara agama ataupun yang lainnya. Sehingga sebagian tidak mengalahkan sebagian lainnya dan tidak pula perkara yang tidak penting mengalahkan perkara penting.
Salah seorang ulama berkata bahwa waktu seorang hamba ada empat, yaitu taat, nikmat, cobaan dan maksiat.
Bila seorang hamba berada dalam ketaatan maka perlakukanlah bahwa hal itu merupakan karunia Allah yang telah memberinya hidayah dan kemudahan dalam beribadah.
Bila seorang hamba berada dalam kenikmatan maka jalannya adalah dengan cara bersyukur.
Bila seseorang berada dalam cobaan maka jalannya adalah dengan cara keridhaan dan kesabaran.
Dan barangsiapa yang waktunya berada dalam kemaksiatan maka jalannya adalah dengan bertobat dan meminta ampun.
3. Memanfaatkan waktu luangnya
Waktu luang adalah kenikmatan yang sering dilalaikan oleh banyak orang, sehingga banyak orang yang tidak menunaikan rasa syukur dan tidak pula menghargai dengan sebenarnya.
Ibnu Abbas radhiyallohu anhu berkata: Nabi shalallahualaihi wasallam bersabda :
« نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ »
“Ada dua kenikmatan yang membuat banyak manusia tertipu dengannya, yakni kesehatan dan waktu luang.”
Apabila terkumpul pada diri seseorang itu nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang, lalu ia tidak mampu mempergunakan dua nikmat itu untuk mengerjakan sesuatu yang mendatangkan manfaat di dunia maupun di akhirat, berarti ia telah tertipu dan merugi dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya.
C. Aktifitas yang dapat Dilakukan dalam Memanfaatkan Waktu
Sesungguhnya kesempatan untuk memanfaatkan waktu sangatlah banyak, bagi seorang muslim hendaklah dia memilih darinya apa yang sesuai dan lebih pantas untuknya, beberapa diantaranya adalah:
1. Menghafal kitab Allah dan mempelajarinya
Ini adalah kesibukan terbaik yang dapat dilakukan oleh seorang muslim dalam memanfaatkan waktunya.
Bukhari meriwayatkan dalam kitab sahihnya dari Utsman r.a. bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya".
Dari Abu Umamah ra. dia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Bacalah Al Qur'an sesungguhnya ia akan datang di hari Kiamat menjadi syafaat (penolong) bagi pembacanya."
(Riwayat Muslim)
2. Menuntut ilmu
Pada jaman dahulu, para salafus shaleh memanfaatkan waktunya dengan menuntut ilmu dan mempelajarinya; karena mereka mengetahui bahwa mereka membutuhkannya melebihi kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman.
Menuntut ilmu ini bisa dengan cara menghadiri ceramah2 penting, mendengarkan audio2 bermanfaat, membaca buku yang ada faedahnya.
3. Berzikir kepada Allah
Dari Abu Sa’id al-Khudry, Rasulullah saw pernah ditanya : “Hamba yang bagaimana yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah kelak di hari Kiamat?” Rasulullah saw menjawab : “Mereka yang banyak berdzikir kepada Allah”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan yang berperang di jalan Allah?” Rasulullah saw menjawab : “Sekalipun ia membunuh orang kafir dan orang musyrik sehingga berlimpah darah, tetap orang yang berdzikir lebih mulia derajatnya” (HR. Turmudzi).
4. Memperbanyak amalan sunnah
Dalam hadits dari Abi Umamah riwayat At-Thabrani di dalam Al-Kabir, disebutkan: “….Hamba-Ku yang terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah sunah, maka pasti Aku akan mencintainya.."
5. Berdakwah, amar ma'ruf nahi munkar
Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”
6. Silaturrahmi
"Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan silaturahim. "
(HR. Bukhari Muslim dari Anas radhiyallohu'anhu)
7. Mempelajari segala sesuatu yang bermanfaat
Mempelajari segala sesuatu yang bermanfaat buat dirinya, keluarganya dan juga masyarakat seperti mempelajari komputer, pertanian, perdagangan, listrik, mekanik, bahasa serta ilmu lainnya yang dapat menunjang dalam rangka mencari nafkah dan kemakmuran umat manusia di dunia.
C. Kisah beberapa para
Sahabat dan Salafus Shaleh dalam memanfaatkan waktunya
Generasi terbaik umat ini sangat perhatian dengan berlalunya kedipan mata, menit, detik, siang dan malam. Mereka koreksi amal mereka di sepanjang waktu dengan disertai bertaubat dan memperbanyak amal kebajikan yang bisa menghilangkan keburukan dan memutihkan lembar catatan amal.
Beberapa kisah mereka terkait waktu ini adalah:
1. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Aku tidak pernah menyesali sesuatu sebagaimana penyesalannya disebabkan matahari sudah tenggelam yang berarti jatah hidupku berkurang namun amal kebaikanku tidak bertambah”.
2. Jika malam tiba, Mufadhdhal bin Yunus mengatakan, “Sudah genap sehari umurku berlalu.” Demikian pula jika pagi tiba, beliau menyambutnya dengan berkata, “Genap sudah semalam umurku berkurang”. Saat menjelang meninggal beliau menangis seraya berkata, “Aku sadar dengan beriringnya malam dan siang aku memiliki hari yang sangat menyusahkan, menyedihkan dan menyesakkan. Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan zat yang menetapkan kematian atas makhluknya dan menjadikannya sebagai sebuah keadilan di antara hamba-hambaNya”. Setelah itu beliau membaca firman Allah,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. al Mulk[67]: 2). Beliau kemudian menarik napas panjang lantas tak lama kemudian meninggal.
3. Mufadhdhal bin Yunus bercerita, “Suatu hari aku berjumpa dengan saudara Bani al Harits yang bernama Muhammad bin an Nadhr dalam kondisi murung dan sedih. “Bagaimanakah keadaanmu? Ada apa dengan dirimu”, sapaku. “Satu malam dari umurku sudah berlalu sedangkan aku belum berbuat apa-apa untuk diriku. Satu hari juga sudah berlalu dan aku belum melihat diriku berbuat sesuatu yang berarti. ‘Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un’, jawabnya dengan lugas.
Serta banyak lagi kisah-kisah lainnya.
Dari tiga contoh kisah di atas, apakah mereka benar-benar belum berbuat apa-apa? Tentu kita yakin, kata tidak adalah jawaban dari pertanyaan tersebut karena adalah orang yang gemar mengerjakan shalat, berpuasa dan berzikir. Tetapi mereka menilai bahwa mereka belum melakukan apa yang seharusnya mereka kerjakan. Mereka selalu menilai diri mereka belum berbuat yang terbaik padahal mereka telah melakukan yang terbaik dan mereka telah bersusah-payah untuk itu.
Penutup
Banyak orang yang berniat untuk bertaubat, berbuat baik, meninggalkan kemaksiatan dan sebagainya, tetapi semuanya terhenti pada niat, keinginan, harapan dan angan-angan, serta cukup puas dengan hanya mengeluarkan kata "akan", "mudah-mudahan", "semoga"….. tanpa ada tekad kuat untuk merealisasikannya.
Seorang penyair berkata, tak akan kutunda pekerjaan hari ini hingga hari esok karena malas, sungguh esok adalah hari bagi para pemalas.
Keputusan ini ada di tangan kita, meniti jalan Allah dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sekarang, atau kita tetap tenggelam dalam kemaksiatan.
Ya Rahman, Bimbinglah kami ke Jalan kebenaran...aamiin...3x
Sumber:
1. "Nasihat untuk Orang2 Lalai" karya Khalid A. Mu'thi Khalid.
2. Berbagai sumber dari internet
(Gantira, 28 Oktober 2015, Bogor)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment