Wednesday, 28 October 2015
1. Kelalaian dari Hal-hal yang Membinasakan
Jika seorang manusia jatuh dalam sebuah sumur dan hampir binasa, logika akal mengharuskan kita untuk menyelamatkannya terlebih dahulu sebelum melakukan hal lainnya. Kemudian kita mulai dari fase kosong.
Seperti diketahui, kedudukan orang secara umum itu ada tiga kemungkinan negatif - kosong - positif. Orang yang sedang berada dalam kebinasaan adalah orang yang sedang berada dalam fase negatif. Jadi, ia harus diselamatkan terlebih dahulu sebelum mulai bergerak dengan sehat.
Rasulullah saw, bersabda:
"Jauhilah hal-hal yang diharamkan, niscaya engkau menjadi orang yang paling banyak ibadahnya" (hr. Ahmad dan Tirmidzi)
Jadi salah satu hal kelalaian yang dapat membinasakan adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Maka berusahalah sekuat tenaga kita menjauhi hal2 yang haram ini bila kita tidak ingin binasa.
Para ulama salaf berkata, "Kami meninggalkan banyak pintu kebaikan karena takut jatuh dalam kejahatan."
Rasulullah saw bersabda,"Seorang hamba tidak mencapai derajat muttaqin hingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak haram karena hati-hati agar tidak jatuh kepada yang haram" (hr Tirmidzi dan ibnu Majah).
Keterjagaan dan cepat kembali dari ketergelinciran, wujudnya adalah ketika seseorang sedang tergelincir ke dalam kejahatan, ia segera bertobat dan kembali kepada Rabb-nya. Sesuai dengan firman Allah swt:
dalam surat al-A'raf ayat 201:
{إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201)
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya."
Setan mempunyai banyak cara untuk menggoda manusia. Bila ia tidak mampu menjerumuskan manusia ke dunia kesesatan, ia akan mendorongnya melakukan tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan amal-amal yang sudah dilakukan menjadi musnah. Ia tumbuhkan rasa riya di hati manusia. Bila cara ini tidak berhasil , ia akan memasukkan rasa bangga terhadap diri sendiri dan keinginan untuk dipuji dalam hati mereka. Bila cara ini tidak berhasil, ia akan mendorong mereka membicarakan keberhasilan-keberhasilan mereka dan di hati mereka ditumbuhkan rasa dan keinginan untuk dipuji. Begitulah seterusnya, bila satu cara tidak berhasil, setan akan mencoba dengan cara yang lain hingga tipu dayanya berhasil. Singkatnya, setan tidak pernah capai apalagi putus asa.
Bahkan lebih dari itu, iblis juga berusaha untuk menumbuhkan rasa penyesalan di hati manusia atas ketaatan dan amal-amal kebajikan yang selama ini mereka lakukan, hingga pahala-pahala amalnya sedikit demi sedikit semakin berkurang. Akhirnya, bisa jadi ada seorang hamba Allah yang di dunia ini banyak melakukan ketaatan dan sama sekali tidak pernah melakukan kemaksiatan, tetapi di akhirat nanti ia tidak mendapatkan pahala sama sekali.
Penutup
Jika kita telah berhasil menjauhi hal2 yang bisa menyebabkan binasa dan selalu waspada dari godaan dan bujuk rayu syetan, maka kita telah berhasil membersihkan diri dari penyakit2 yang membahayakan, utamanya penyakit lalai, ceroboh, dan kurang waspada.
Sampai tingkatan ini maka kita berada pada titik nol. Artinya, kita tidak menyimpan hal-hal yang membahayakan dan juga tidak mempunyai modal dan bekal untuk meraup keuntungan.
Oleh karena itu, pada langkah2 selanjutnya, kita harus memperbanyak bekal diri dengan melakukan tindakan2 yang dapat mendatangkan keuntungan bagi kita, baik berupa ketaatan, ketakwaan, maupun amal2 kebajikan lainnya. Tentunya, semua ini harus dilakukan atas dasar mencari ridha Allah swt.
Sumber:
1. "Nasihat untuk Orang2 Lalai" karya Khalid A. Mu'thi Khalid.
2. Berbagai sumber dari internet
(Gantira, 28 Oktober 2015, Bogor)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment