A. ARTI, MAKNA DAN HAKIKAT TAWAKAL
Pengertian tawakal secara istilah adalah rasa pasrah hamba kepada Allah swt yang di sertai dengan segala daya dan upaya mematuhi, setia dan menunaikan segala pertintahNya.
Orang yang mempunyai sikap tawakal akan senantiasa bersyukur jika mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya. Hal ini karena ia menyadari bahwa keberhasilan itu di dapatkan atas izin dan kehendak Allah.
Sementara itu, jika mengalami kegagalan orang yang mempunyai sifat tawakal akan senantiasa merasa ikhlas menerima keadaan tersebut tanpa merasa putus asa dan larut dalam kesedihan karena ia menyadari bahwa segala keputusan Allah pastilah terbaik.
Sikap tawakal harus di terapkan dalam kehidupan sehari-hari setiap muslim. Sikap tawakal dalam kehidupan sehari-hari dicapai dengan motivasi sebagai berikut:
1) Yakin bahwa allah sebagai penguasa alam semesta. Tahu keutamaan dari sikap tawakal.
2) Menyadari bahwa manusia banyak kekurangan ( yang sempurna hanyalah Allah ).
3) Dalam bertawakal hendaknya kita serahkan semuanya kepada allah SWT, hal ini diperintahkan Allah dalam surat al-maidah ayat 23 sebagai berikut :
…. وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ * سورة المائدة 23
Artinya : …. “ dan hanya kepada allah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Seringkali dijumpai dalam firman-Nya, Allah Ta’ala menyandingkan antara tawakal dengan orang-orang yang beriman. Hal ini menandakan bahwa tawakal merupakan perkara yang sangat agung, yang tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang mukmin.
Tawakal merupakan bagian dari ibadah hati yang akan membawa pelakunya ke jalan-jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Para ulama menjelaskan bahwa tawakal harus dibangun di atas dua hal pokok yaitu bersandarnya hati kepada Allah dan mengupayakan sebab yang dihalalkan. Karena, mengambil sebab itu tidaklah menafikan tawakal. Bahkan mengambil sebab merupakan bagian dari tawakal.
Orang berupaya menempuh sebab saja namun tidak bersandar kepada Allah, maka berarti ia cacat imannya. Adapun orang yang bersandar kepada Allah namun tidak berusaha menempuh sebab yang dihalalkan atau pasrah tanpa berusaha (tawakul) , maka ia berarti cacat akalnya.
Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)
Tidak kita temukan seekor burung diam saja dan mengharap makanan datang sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan ini, jelas sekali bahwa seekor burung pergi untuk mencari makan, namun seekor burung keluar mencari makan disertai keyakinan akan rizki Allah, maka Allah Ta’ala pun memberikan rizki-Nya atas usahanya tersebut.
Apabila seorang hamba bertawakal kepada Allah dengan benar-benar ikhlas dan terus mengingat keagungan Allah, maka hati dan akalnya serta seluruh kekuatannya akan semakin kuat mendorongnya untuk melakukan semua amalan.
Dengan besarnya tawakal kepada Allah akan memberikan keyakinan yang besar sekali bahkan membuahkan kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan dan ujian yang berat.
Dengan mendasarkan diri pada keyakinan bahwa hanya Allah saja yang dapat memberikan kemudharatan maka seorang mukmin tidak akan gentar dan takut terhadap tantangan dan ujian yang melanda, seberapapun besarnya, karena dia yakin bahwa Allah akan menolong hambaNya yang berusaha dan menyandarkan hatinya hanya kepada Allah.
Dengan keyakinan yang kuat seperti inilah muncul mujahid-mujahid besar dan ulama-ulama pembela agama Islam yang senantiasa teguh di atas agama Islam walaupun menghadapi ujian yang besar, bahkan mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk agama Islam.
Setiap hari, dalam setiap sholat, bahkan dalam setiap raka’at sholat kita selalu membaca ayat yang mulia, ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’; hanya kepada-Mu ya Allah kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan…
Oleh sebab itu bagi seorang mukmin, tempat menggantungkan hati dan puncak harapannya adalah Allah semata, bukan selain-Nya. Kepada Allah lah kita serahkan seluruh urusan kita.
Tawakkal termasuk dari ibadah qalbiah (hati) yang paling mulia dan paling urgen, sampai-sampai Allah Ta’ala menggandengkan tawakkal dengan tauhid kepada-Nya dalam firman-Nya,
“(Dia-lah) Allah tidak ada sembahan yang hak selain Dia. Dan hanya kepada Allah, hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.” (QS. Ath-Thaghabun: 13).
B. UNSUR-UNSUR DALAM MEMEGANG PRINSIP TAWAKAL
Sebuah aktivitas bisa di kategorikan menggunakan prinsip tawakal apabila terdapat 4 unsur, yaitu :
1) Mujahadah
Artinya sungguh sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, artinya tidak asal asalan. Contohnya, sebagai pelajar, belajarlah sungguh sungguh agat dapat memperoleh prestasi yang baik.
2) Doa
Artinya walaupun kita sudah melakukan upaya mujahadah (sungguh sungguh) kita pun harus tetap berdoa memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala
3) Syukur
Artinya apabila menemukan keberhasilan kita harus mensyukurinya. Prinsip ini perlu kita punya. Jika tidak, kita akan menjadi orang yang sombong atau angkuh (kufur nikmat).
4) Sabar dan ridho
Artinya tahan uji menghadapi berbagai cobaan termasuk hasil yang tidak memuaskan (kegagalan). Sabar tidak berarti diam dan meratapi kegagalan, tetapi sabar adalahu instropeksi dan bekerja lebih baik agar kegagalan tidak terulang.
Disamping itu, kita ridho dengan hasil yang di dapat jika semua kemampuan kita sudah dikerahkan. Karena apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Sesungguhnya Allah memberikan hal yang terbaik buat hamba yang bertawakal kepada-Nya.
C. PENDAPAT PARA ULAMA TERKAIT TAWAKAL
1) Imam Ahmad berkata, "Tawakal adalah perbuatan hati, artinya sesuatu yang dilakukan dalam hati, tidak dengan ucapan lisan, tidak perbuatan dengan anggota badan dan tidak pula masuk katagori pembahasan ilmu dan pengetahuan."
2) Sahal berkata, "Tawakal adalah pasrah kepada Allah swt atas segala yang dikehendaki-Nya."
3) Yahya bin Muadz ditanya, "Kapankah seseorang dikatakan bertawakal?" Ia menjawab,"Jika dia ridha Allah sebagai menolongnya."
4) Dzun nun berkata, "Tawakal adalah berserah diri kepada Tuhan dan mencari sebab-sebabnya."
5) Abu Said Al-Kharrazi berkata, " Tawakal adalah rasa kegundahan tanpa menghilangkan ketenangan sekaligus ketenangan tanpa menghilangkan kegundahan."
Maksudnya kecenderungan jiwa pada sebab-sebab tertentu baik yang nampak maupun yang tidak nampak,
ketenangan hati kepada Allah, tidak goncang hatinya dengan apa yang ada bersamanya serta tidak menghilangkan keparahannya tentang sebab yang menghubungkannya dengan ridha Allah swt.
6) Abu Turab an-Nakhai berkata, " Tawakal adalah mencurahkan anggota badan dalam urusan ibadah, tergantung nya hati dengan Allah serta rasa tenang terhadap kecukupan, jika diberi nikmat ia bersyukur dan jika belum mendapatkannya ia bersabar."
7) Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hakikat tawakal adalah hati benar-benar bergantung kepada Allah dalam rangka memperoleh maslahat (hal-hal yang baik) dan menolak mudhorot (hal-hal yang buruk) dari urusan-urusan dunia dan akhirat”
8) Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Allah dalam mengupayakan yang dicari dan menolak apa-apa yang tidak disenangi, disertai percaya penuh kepada Allah Ta’ala dan menempuh sebab (sebab adalah upaya dan aktifitas yang dilakukan untuk meraih tujuan) yang diizinkan syari’at.”
9) Ibnu Qoyim al-Jauzi
berkata, “Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
D. TAWAKAL YANG SALAH
Semua manusia sebenarnya bertawakal, Cuma tidak seluruhya bertawakal kepada allah.
Ada yang bertawakal kepada benda keramat, manusia, dukun, jin dan sebagainya, hal ini yang harus di luruskan.
Dalam salah satu firman-Nya, disebutkan:
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ * سورة هود 123
Artinya : dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nyalah di kembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakalah kepadaNya . dan sekali-sekali tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan." (Qs. Hud: 123)
Kesalahan dalam memahami dan mengamalkan tawakal akan menyebabkan rusaknya iman dan bisa menyebabkan terjadi kesalahan fatal dalam agama, bahkan bisa terjerumus dalam kesyirikan, baik syirik akbar (syirik besar) maupun syirik asghar (syirik kecil).
Adapun kesalahan dalam tawakal yang menyebabkan terjerumus dalam syirik akbar adalah seseorang bertawakal kepada selain Allah, dalam perkara yang hanya mampu diwujudkan oleh Allah. Misalnya: bertawakal kepada makhluk dalam perkara kesehatan, bersandar kepada makhluk agar dosa-dosanya diampuni atau bertawakal kepada makhluk dalam kebaikan di akhirat atau bertawakal dalam meminta anak sebagaimana yang dilakukan para penyembah kubur wali.
Adapus jenis tawakal yang termasuk dalam syirik asghar adalah bertawakal kepada selain Allah yang Allah memberikan kemampuan kepada makhluk untuk memenuhinya. Misalnya: bertawakalnya seorang istri kepada suami dalam nafkahnya, bertawakalnya seorang karyawan kepada atasannya.
Termasuk dalam syirik akbar maupun asghar keduanya merupakan dosa besar yang tidak akan terampuni selama pelakunya tidak bertaubat darinya.
E. KEUTAMAAN TAWAKAL
Beberapa keutamaan yang akan didapatkan oleh orang yang bertawakal kepada Allah adalah:
1) Allah akan memberikan kepadanya kecukupan dalam kebutuhan-kebutuhannya
Sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan penyelesaian. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”. (QS. Ath-Thalaaq: 2-3).
2) Akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat dengan masuk Surga
Berdasarkan firman Allah ta’ala:
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلأَجْرُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ* الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (QS.An-Nahl: 41-42).
3) Allah akan memberikan kepadanya pertolongan, keselamatan dan kemenangan dalam menghadapi musuh
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata: “Tawakal adalah sebab yang paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta memusuhinya, tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang memberinya kecukupan, maka barang siapa yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya.” (Lihat Bada-i’u Al-Fawa’id II/268)
4) Ia akan masuk ke dalam Surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa
Di dalam suatu riwayat disebutkan sifat-sifat 70.000 orang dari umat Islm yang masuk Surga secara langsung tanpa dihisab dan disiksa oleh Allah, yaitu:
“Mereka adalah yang tidak bertathoyyur, tidak meminta diruqyah, tidak pula meminta diobati dengan Kay, dan mereka hanya bertawakkal kepada Rabb mereka.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dalam ar-Riqaaq XI/305 dari hadits Ibnu ‘Abbas, dan Muslim dalam al-Iman III/89 dari hadits ‘Imran bin Hushain).
* Tathoyyur ialah beranggapan sial pada semua yang dilihat,
didengar, serta beranggapan sial pada tempat dan waktu tertentu.
* KAY ialah metode pengobatan dengan menggunakan besi yang
digarang di atas api.
Penutup
Ini semua menunjukkan kepada kita bahwa kesempurnaan iman dan tauhid seorang hamba ditentukan oleh sejauh mana ketergantungan hatinya kepada Allah semata dan upayanya dalam menolak segala sesembahan dan tempat berlindung selain-Nya. Jika kita yakin bahwa Allah ta’ala yang menguasai hidup dan mati kita, mengapa kita menyandarkan hati kita kepada makhluk yang lemah yang tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat kepada kita?
Maka bersikap tawakal yang benar sesuai dengan contoh rasulullah, sahabat serta para ulama shaleh terdahulu akan mendatangkan pertolongan Allah hingga kita bisa hidup bahagia dunia dan akhirat.
Semoga kita di anugrah sifat tawakal yang benar, aamiin..3x
Sunday, 6 September 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment