Monday 30 November 2015

"Seorang Pemimpin"

Salah satu faktor kesuksesan dalam memimpin adalah melayani, membimbing dan siap berkorban untuk memenuhi kebutuhan orang2 yang dipimpinnya dalam mencapai tujuan bersama.

Jika seseorang enggan melayani atau berkorban bagi orang lain, maka jangan mimpi ingin jadi pemimpin atau diakui sebagai pemimpin mereka.

Seorang ayah adalah pemimpin bagi istri dan putra-putrinya. Sehingga seorang ayah harus siap berkorban dalam mendidik, menafkahi, melindungi dan memberikan contoh akhlak yang baik buat mereka. Jika seorang ayah enggan berkorban, maka jangan tersinggung jika istri dan putra-putrinya enggan mengakui dia sebagai pemimpin mereka.

Seorang ibu adalah pemimpin bagi putra putrinya. Sehingga seorang ibu harus siap berkorban dalam meluangkan waktunya untuk membesarkan dan mendidik putra- putrinya dengan akhlak terbaik untuk pembentukan karakter mereka. Jika seorang ibu enggan mengorbankan waktunya untuk mereka, maka jangan heran jika anak-anaknya nanti tidak mengakui kepemimpinannya.

Seorang bupati, gubernur bahkan presiden adalah pemimpin bagi rakyat di daerahnya. Sehingga dia mesti mau berkorban untuk ikut menyelesaikan permasalahan yang timbul pada rakyatnya. Jika dia tidak mau berkorban, bahkan malah menimbulkan permasalahan baru maka jangan marah jika rakyatnya enggan mengakui kepemimpinannya.

Ingatlah Rasulullah, beliau adalah pemimpin umat Islam umat islam di dunia dan di akhirat kelak. Karena beliau mau berkorban untuk umatnya dalam mensejahterakan dunia dan akhirat mereka. Bahkan saat menjelang wafatnya kata-kata terakhir beliau adalah 'umati, umati, umati...'

Ingat pula Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, mereka adalah para pemimpin umat Islam saat itu. Mereka diakui kepemimpinannya karena mereka mau mengorbankan hidupnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran umat islam saat itu.

Jadi sebelum kita ingin jadi dan diakui sebagai seorang pemimpin di suatu komunitas tertentu, maka tanyalah dulu diri kita apakah kita siap melayani dan berkorban untuk kepentingan dan kemaslahatan komunitas tersebut. Jika enggan melakukannya, maka jangan bermimpi jadi pemimpin di wilayah itu.

(Gantira, 1 Desember 2015, Bogor)